Wacana Karikatur Indonesia Perspektif Kajian Pragmatik
201
BAB VI PEMAHAMAN KARIKATURIS DAN PEMBACA
TENTANG FUNGSI KEMASYARAKATAN DALAM KARIKATUR
A. Pengantar
Seorang komunikator biasanya menginginkan terjadinya hal-hal tertentu dengan pengiriman informasinya. Dia mungkin ingin supaya
pesannya itu diterima, dipahami, diingat-ingat dan digunakan. Sering seorang komunikator menginginkan agar yang dikomunikasikan diterima
semuanya oleh komunikan. Namun kadang-kadang seorang komuni- kator hanya memberi tekanan pada salah satu tujuan saja. Pemahaman
mencakup makna dan pengertian. Komunikator menginginkan beberapa makna tertentu dari pesan itu dihilangkan terutama pesan yang
mengandung makna ganda, dan dia mengharapkan makna yang diterima itu adalah yang dimaksudkan dan inilah yang disebut
pengertian Abdillah Hanafi, tt:230
Ada tujuh faktor penentu komunikasi yang perlu diperhatikan, yaitu 1 jarak status sosial budaya partisipan komunikasi antara lain apakah
status sosial O1 lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan O2 dan O3, 2 jarak atau hubungan partisipan komunikasi: bagaimana
tinggi rendahnya dan jauh dekatnya hubungan kekeluargaan, per- sahabatan, pekerjaan antara O1 dan O2, jika mungkin O3, 3 tempat
dan waktu berlangsungnya komunikasi: di rumah, di restoran, di tempat umum, di kantor, dan apakah berlangsung pagi, siang, atau sore, 4
situasi komunikasi: resmi, tidak resmi, 5 suasana komunikasi: nasional atau kedaerahan, 6 topik komunikasi: afektif atau rasional; budaya
atau keilmuan dan 7 tujuan komunikasi yang menyangkut keinginan O1 pada atau dari O2 Geertz, 1969; Oka, 1987; Leech, 1983; Brown, 1978;
Errington, 1988; Maryaeni, 2001:16.
Wacana Karikatur Indonesia Perspektif Kajian Pragmatik
202
Dalam suatu pesan, komunikator karikaturis juga memasukkan unsur waktu. Komunikasi melalui gambar karikatur, pembaca atau
komunikan dalam menerima pesan dari karikaturis ada perbedaan rentang waktu. Biasanya karikatur muncul setelah adanya peristiwa
yang telah terjadi di masyarakat dan banyak mengundang perhatian publik baru sehari atau tiga hari berikutnya muncullah opini surat kabar
yang berwujud gambar karikatur. Opini yang disampaikan karikaturis merupakan kebijakan redaksi surat kabar yang bersangkutan dengan
pertimbangan matang dan observasi peristiwa yang terjadi, baru karikaturis mengolah data fenomena yang ada dalam bentuk gambar
karikatur. Dalam ilmu komunikasi ada dalil yang mengatakan bahwa pesan diberi makna berlainan oleh orang yang berbeda. ‘words don’t
mean; people mean
. ‘kata-kata tidak mempunyai makna; oranglah yang memberi makna’.
Proses pengolahan informasi, yang di sini disebut komunikasi intrapersonal, meliputi sensasi, persepsi, memori dan berpikir. Sensasi
adalah proses menangkap stimuli. Persepsi ialah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan
kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir
adalah mengolah dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberi respons. Rakhmat, 1992: 49
Proses informasi menurut Jalaludin Rakhmat di atas dapat dijelas- kan bahwa tahap paling awal dalam penerimaan informasi ialah sensasi.
1. Sensasi berasal dari kata “sense” artinya alat pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Bila alat-alat
indera mengubah informasi menjadi impuls-impuls saraf dengan bahasa yang dipahami oleh otak, maka terjadilah proses sensasi
Coon, 1977: 79. ‘Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis atau
konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera Wolman, 1973: 343.
Apa pun definisi sensasi, fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Melalui alat indera,
manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Melalui alat indera lah manusia memperoleh pengetahuan dan kemampuan
untuk berinteraksi dengan dunianya. Tanpa alat indera manusia sama, bahkan mungkin lebih dari rumput-rumputan, karena rumput
Wacana Karikatur Indonesia Perspektif Kajian Pragmatik
235
BAB VII PERSPEKTIF UMUM WACANA