ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner.
Analisis data
penelitian ini
menggunakan analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan
untuk mendeskripsikan karakteristik responden berupa tingkat pendidikan,
pekerjaan,
tingkat pendapatan
responden, serta keikutsertaan akseptor KB pria dan dukungan keluarga.
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui
hubungan dukungan
keluarga dengan keikutsertaan akseptor KB
pria di
Kelurahan Jagalan
Kecamatan Jebres menggunakan uji koefisien kontingensi dengan program
SPSS 16.0 for windows dengan tingkat kepercayaan 95 α = 0,05 atau 5.
HASIL PENELITIAN A.
Analisis Univariat 1.
Tingkat Pendidikan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di RW VII Kelurahan Jagalan Kecamatan Jebres
Tingkat Pendidikan f
Dasar SD dan SMP 20
37,0 Menengah SMASMK
25 46,3
Tinggi Diploma dan Sarjana
9 16,7
Jumlah 54
100 Berdasarkan
tabel 1,
menunjukkan bahwa mayoritas responden berpendidikan terakhir
tingkat menengah SMASMK yaitu sebanyak 25 responden
46,3, dan hanya 9 responden 16,7
yang berpendidikan
tinggi diploma dan sarjana.
2. Pekerjaan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pekerjaan di RW VII Kelurahan
Jagalan Kecamatan Jebres Pekerjaan
f Karyawan swasta
34 63,0
Wirausaha 12
22,2 PNS
2 3,7
Buruh 5
9,3 Tidak benerja
1 1,9
Jumlah 54
100 Berdasarkan
tabel 2,
menunjukkan bahwa mayoritas responden
bekerja sebagai
karyawan swasta yaitu sebanyak 34 responden 63, sedangkan
hanya 1 responden 1,9 yang tidak bekerja.
3. Tingkat Pendapatan
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendapatan di RW VII Kelurahan Jagalan Kecamatan Jebres
Tingkat Pendapatan
f 1.222.400
39 72,2
= 1.222.400 6
11,1 1.222.400
9 16,7
Jumlah 54
100 Berdasarkan
tabel 3,
menunjukkan bahwa mayoritas responden berpendapatan kurang
dari Rp1.222.400 yaitu sebanyak 39 responden 72,2, dan hanya
6
responden 11,1
yang berpendapatan
sebesar Rp1.222.400.
4. Dukungan Keluarga
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Dukungan Keluarga di RW VII
Kelurahan Jagalan Kecamatan Jebres
Dukungan Keluarga f
Mendukung 24
44,4 Tidak Mendukung
30 55,6
Jumlah 54
100
Berdasarkan tabel
4, menunjukkan bahwa mayoritas
responden memiliki
keluarga yang tidak mendukung yaitu
sebanyak 30 responden 55,6, sedangkan
yang keluarganya
mendukung sebanyak
24 responden 44,4.
5. Keikutsertaan Akseptor KB
Pria Tabel 5. Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan
Keikutsertaan Akseptor KB Pria di RW VII Kelurahan Jagalan
Kecamatan Jebres
Keikutsertaan Akseptor
KB Pria f
Ya 5
9,3 Tidak
49 90,7
Jumlah 54
100 Berdasarkan
tabel 5,
menunjukkan bahwa mayoritas responden
tidak ikut
serta menjadi akseptor KB pria yaitu
sebanyak 49 responden 90,7, sedangkan
yang ikut
serta menjadi akseptor KB pria hanya
sebanyak 5 responden 9,3.
B. Analisis Bivariat
Tabel 6. Distribusi Keikutsertaan Akseptor KB Pria Berdasarkan
Dukungan Keluarga di Kelurahan Jagalan Kecamatan Jebres
Dukungan Keluarga
Keikutsertaan Akseptor KB Pria
Jumlah
Ya Tidak
f f
Mendukung 5
20,8 19
79,2 24
Tidak Mendukung
30 100
30
Jumlah 5
9,3 49
90,7 54
r p
0.336 0.009
Berdasarkan tabel
6, menunjukkan bahwa sebanyak 30
responden 100 tidak ikut serta menjadi akseptor KB pria dan
berada pada kelompok responden yang
keluarganya tidak
mendukung, sedangkan hanya 5 responden 20,8 yang ikut
serta menjadi akseptor KB pria dan
berada pada
kelompok responden
yang keluarganya
mendukung. Hasil analisis dengan uji
koefisien kontingensi didapatkan nilai r = 0.336 dan nilai p =
0.009. Nilai p 0.009 0.05 maka H
ditolak ada hubungan. Hal
tersebut menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan
keikutsertaan akseptor KB pria. Hasil
uji kekuatan
korelasi menunjukkan nilai r = 0.336,
sehingga dapat
disimpulkan kekuatan
korelasi antara
dukungan keluarga
dengan keikutsertaan akseptor KB pria
lemah.
PEMBAHASAN A.
Karakteristik Responden 1.
Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil
penelitian yang ditunjukkan pada tabel
1 mengenai
distribusi frekuensi responden berdasarkan
tingkat pendidikan didapatkan bahwa
mayoritas responden
berpendidikan terakhir tingkat menengah SMASMK yaitu
sebanyak 25 responden 46,3, sedangkan
responden yang
berpendidikan terakhir tingkat
tinggi diploma dan sarjana sebanyak 9 responden 16,7.
Berdasarkan hasil
penelitian yang ditunjukkan pada tabel 1, mayoritas responden
berpendidikan terakhir tingkat menengah SMASMK yaitu
sebanyak 25 responden 46,3, 4 diantaranya ikut serta menjadi
akseptor
KB pria.
Menurut Indrilia 2013, seseorang dengan
pendidikan terakhir
tingkat menengah
memiliki daya
penerimaan informasi baru yang cukup baik, hal tersebut dapat
memudahkan seseorang untuk memahami informasi tersebut
yang
nantinya dapat
mempengaruhi sikap
dan perilakunya dalam hal ini yang
berkaitan dengan KB pria. Berdasarkan
hasil penelitian yang ditunjukkan pada
tabel 1, sebanyak 9 responden 16,7 berpendidikan terakhir
tingkat tinggi diploma dan sarjana, namum tidak ada yang
menjadi
akseptor KB
pria. Menurut Fortuna 2014, materi
tentang keluarga berencana tidak diajarkan
dalam pendidikan
formal kecuali pada institusi pendidikan
program studi
kesehatan. Maka seseorang yang menjalani
pendidikan non-
kesehatan lebih
banyak memperoleh informasi tentang
keluarga berencana dari media massa, media elektronik, teman,
dan saudara. Keinginan untuk memperoleh informasi mendalam
tentang KB pria juga kecil, sehingga
hal tersebut
mempengaruhi pria
dalam pengambilan keputusan untuk
berpartisipasi dalam
program KB.
2. Pekerjaan
Berdasarkan hasil
penelitian yang ditunjukkan pada tabel
2 mengenai
distribusi frekuensi responden berdasarkan
pekerjaan, mayoritas responden bekerja sebagai karyawan swasta
yaitu sebanyak 34 responden 63,
sedangkan hanya
1 responden 1,9 yang tidak
bekerja. Berdasarkan
hasil penelitian yang ditunjukkan pada
tabel 2, mayoritas responden bekerja sebagai karyawan yaitu
sebanyak 34 responden 63, 4 diantaranya ikut serta menjadi
akseptor
KB pria.
Menurut Prabowo
2011, pekerjaan
mempunyai pengaruh pada sikap seseorang
karena adanya
pengaruh lingkungan
yang mendorong
seseorang untuk
melakukan sesuatu,
sehingga secara
tidak langsung
akan mempengaruhi
perilaku seseorang. Pada pasangan yang
bekerja dan
mempunyai penghasilan tinggi akan lebih
cenderung memperhatikan
kesehatan dalam kehidupannya termasuk dalam hal KB daripada
mereka yang tidak bekerja dan berpenghasilan rendah.
Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Rustam 2006
menunjukkan bahwa
variabel pekerjaan
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap partisipasi suami dalam ber-KB
p = 0.007. Hal tersebut dapat disebabkan
karena dorongan
untuk menyelaraskan kedudukan
dalam keluarga dengan tuntutan pekerjaan
sehingga menumbuhkan motivasi untuk
mengatur kelahiran
dengan menggunakan
kontrasepsi. Pasangan yang bekerja akan
cenderung lebih mempraktikkan metode KB modern daripada
mereka yang tidak bekerja.
Berdasarkan hasil
penelitian yang ditunjukkan pada tabel 2, terdapat 1 responden
1,9 yang tidak bekerja karena sudah pensiun, dan tidak ikut
serta menjadi akseptor KB pria. Berdasarkan hasil wawancara
dengan
responden tersebut,
responden mengatakan bahwa saat ini ia dan istrinya tidak perlu
ber-KB karena menganggap ia dan istrinya sudah berkurang
kesuburannya
dan dapat
mengatur frekuensi hubungan seksual sendiri agar istrinya tidak
hamil tanpa harus menggunakan kontrasepsi.
3. Tingkat Pendapatan