Kelompok Kegiatan Tahapan Keluarga Sejahtera dan Kesertaan dalam KB Sarana Kesehatan Institusi Masyarakat Pedesaan IMP

commit to user 47

1.7 Kelompok Kegiatan

Banyak sekali kelompok kegiatan atau yang sering disebut dengan POKTAN di Kelurahan Gilingan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. TABEL V KELOMPOK KEGIATAN KELURAHAN GILINGAN Kelompok Kegiatan Jumlah Posyandu Balita Posyandu Lansia Kelompok BKB Kelompok BKR Kelompok BLK Kelompok BKL Kelompok UPPKS Pos PAUD 22 9 12 1 1 1 5 3 JUMLAH 54 Sumber : Data Monografi Kelurahan Gilingan, Oktober 2011

1.8 Tahapan Keluarga Sejahtera dan Kesertaan dalam KB

Dalam tahapan Keluarga Sejahtera dapat dilihat secara jelas dalam tabel dibawah ini. TABEL VI TAHAPAN KELUARGA SEJAHTERA KELURAHAN GILINGAN Tahapan Keluarga Sejahtera Jumlah Keluarga pra sejahtera Keluarga sejahtera I Keluarga sejahtera II Keluarga sejahtera III Keluarga sejahtera IV 557 1113 983 1301 650 JUMLAH 4604 Sumber : Data Monografi Kelurahan Gilingan, Oktober 2011 commit to user 48 Dalam keikutsertaannya mengikuti program Keluarga Berencana setiap jumlah pesertanya dapat dilihat dalam tabel berikut ini. TABEL VII KESERTAAN KB KELURAHAN GILINGAN Kesertaan KB Jumlah Pasangan Usia Subur PUS Peserta Aktif KB Peserta Metode Kontrasepsi Jangka Panjang MKJP Peserta Baru PUS tidak ber-KB : Hamil Ingin Anak Segera IAS Ingin Anak Tunda IAT Tidak Ingin Anak TIA 2692 2017 423 966 80 215 113 204 Sumber : Data Monografi Kelurahan Gilingan, Oktober 2011

1.9 Sarana Kesehatan

Mengenai sarana kesehatan di Kelurahan Gilingan terdapat 22 unit posyandu balita, 9 unit posyandu lansia, 1 unit puskesmas induk, 1 unit puskesmas pembantu, 1 unit rumah sakit swasta, 4 unit klinik KB swasta, dan 3 unit apotek.

1.10 Institusi Masyarakat Pedesaan IMP

Terdapat beberapa institusi masyarakat pedesaan yang terdapat di Kelurahan Gilingan, seperti SKDPPKBD sebanyak 1 buah, SUG PPKBD 21 unit, PKB RW sebanyak 21 unit, dan PKB RTKel. KB sebanyak 121 unit. commit to user 49

2. Kegiatan PLKB

Dalam melakukan semua tugas-tugas dan kewajibannya PLKB Kelurahan Gilingan selalu didukung oleh para pejabat Kelurahan setempat, dan disini akan penulis kemukakan macam-macam kegiatan yang dilakukan oleh PLKB Kelurahan Gilingan : a. Pembinaan Kader Dilakukan dengan cara membangun jejaring dan kemitraan serta penguatan kelembagaan, peningkatan intensitas hubungan sosial dengan kader dalam berbagai kesempatan. Kegiatan tersebut dilakukan lima kali dalam satu bulan atau juga dapat dilakukan sebanyak yang diperlukan b. KIE dan Konseling calon akseptor KB Dilakukan dalam berbagai kesempatan dan pertemuan, baik di tingkat RT, RW, dan kelurahan. Kegiatan ini dilakukan tidak hanya pada pertemuan ibu-ibu, tetapi lebih kepada pertemuan bapak-bapak. KIE dan konseling ini tidak hanya dilakukan sebelum pelayanan KB, tetapi juga dilakukan setelah pelayanan KB dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memantau perkembangan pasca pelayanan KB dan pemantauan ini dilakukan sesuai kebutuhan. c. Pembinaan Pancabina dan UPPKS Kegiatan Bina Keluarga Balita BKB dilakukan satu bulan sekali, bina Keluarga Remaja BKR dilakukan setiap dua bulan sekali, kegiatan Bina Keluarga Lansia BKL dilakukan setiap dua bulan commit to user 50 sekali, kegiatan Bina Lingkungan Keluarga BLK juga dilakukan setiap dua bulan sekali, dan kegiatan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera UPPKS dilakukan satu kali setiap bulannya. d. Rakor KB Kelurahan Rakor ditingkat kelurahan dilakukan untuk memberikan barbagai macam informasi, melakukan evaluasi program KB, serta untuk membuat kesepakatan rencana kegiatan selanjutnya. Rakor di kelurahan tersebut dilakukan satu kali setiap bulan, yaitu pada tanggal 27 dan dihadiri oleh perwakilan kader dari tingkat RTRW, tokoh masyarakat, perangkat kelurahan, ketua TP PKK. e. Pendekatan tokoh formal dan informal Kegiatan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara dan di berbagai kesempatan, tidak hanya dalam acara resmi saja tetapi dapat juga dilakukan pada berbagai event yang dimungkinkan dapat melibatkan PLKB. f. Pelayanan KB Pelayanan KB ini dilakukan secara rutin pada hari Rabu di puskesmas Kelurahan Gilingan dan setiap hari kamis dilakukan di PUSTU Tirtonadi. Untuk pelaksanaan MOW dan MOP dapat dilayani di rumah sakit DKT, hal ini dikhususkan bagi pemilik PKMS dan di rumah sakit DR. Moewardi bagi pemilik JAMKESMAS. Selain itu juga dapat dilayani setiap hari kerja di rumah sakit Triharsi. commit to user 51

3. Tahapan Penyuluhan dan Pengambilan Keputusan

Dalam penelitian ini responden yang digunakan sebagai sampel adalah sebanyak tiga orang dengan kriteria tertentu yang dilakukan oleh peneliti. Untuk akseptor Parsidi, alasan utama menjadi akseptor mantap MOP karena sudah memiliki empat orang anak. Pada awalnya yang berencana menjadi akseptor mantap adalah istrinya, tetapi karena alasan kelebihan berat badan maka keluarga tersebut memutuskan agar suaminya saja yang menjadi akseptor mantap MOP. Selama penyuluhan secara interpersonal keadaannya sangat tidak memenuhi syarat kesehatan, tekanan darahnya terlalu tinggi dan kandungan gizi dalam badannya sangat kurang. Sehingga perlu waktu untuk perbaikan gizi sebelum tindakan MOP dilakukan. Selama tiga hari berturut-turut PLKB mengunjungi rumahnya untuk membawakan makanan agar kondisinya dapat membaik dan operasi segera dapat dilakukan. Akseptor yang kedua bernama Whisnu Andriyantoro, alasan mengapa akseptor mau untuk menjadi akseptor mantap MOP karena beliau tidak tega apabila sang istri yang menjadi peserta KB mantap dan kebetulan juga istrinya tidak cocok dengan semua jenis alkon. Alasan pendukungnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan, pendidikan, dan kesehatan bagi kedua anaknya. Untuk akseptor yang ketiga bernama Agus Purnawan, alasan utama beliau mau untuk menjadi akseptor mantap MOP karena tidak ingin commit to user 52 memiliki anak lagi dan ingin menggantikan istrinya untuk menjadi akseptor KB. Keuntungan menjadi akseptor mantap MOP adalah masa recovery atau masa pemulihannya lebih cepat bila dibandingkan dengan MOW. Hanya memerlukan waktu tiga hari untuk sembuh dan dapat beraktivitas secara normal, sedangkan MOW bisa memakan waktu hingga satu minggu dan itupun apabila kondisi fisik akseptor mendukung serta benar-benar mengikuti saran dokter dan PLKB untuk tidak terlalu banyak beraktivitas terlebih dahulu. Pernah terjadi pada akseptor MOW, karena keadaan jahitan pasca operasi belum kering dengan sempurna dan dia banyak melakukan aktivitas, maka yang terjadi adalah pendarahan pada jahitan. Karena MOP merupakan program dari pemerintah dan yang menjadi sasaran adalah para pria atau suami yang notabene adalah seorang kepala keluarga maka, selama masa recovery tiga hari tersebut mereka mendapat santunan dari pemerintah sebesar Rp150.000,-. Hal ini dilakukan karena selama tiga hari tersebut seorang kepala rumah tangga tidak dapat melakukan tanggung jawabnya dalam hal pekerjaan, oleh sebab itu pemerintah memberikan santunan.

a. Penyuluhan Secara Umum