Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk yang terpadat keempat di dunia, setelah China, India, dan Amerika Serikat. Ini semua salah satunya disebabkan oleh kurangnya pemahaman akan sebuah keluarga kecil yang berkualitas. Sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya di Jawa masih memegang falsafah “ banyak anak, banyak rejeki ”. Falsafah yang telah ada sejak jaman nenek moyang ini mungkin sudah tidak bisa berlaku lagi di saat yang serba sulit sekarang ini. Untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, mulai rezim Orde Baru bangsa Indonesia melaksanakan program Keluarga Berencana. Program ini dimaksudkan untuk mengendalikan dan memberikan pengertian tentang keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan adanya tingkat pertumbuhan penduduk yang ada di Indonesia. Berpijak dari permasalahan pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin tidak terkendali maka pemerintah melanjutkan kembali Program Keluarga Berencana. Dengan adanya program tersebut maka pemerintah menggunakan sarana para Kader atau para Petugas Lapangan Keluarga Berencana. Tujuan dengan adanya Petugas Lapangan Keluarga Berencana atau commit to user 2 biasa disebut dengan PLKB ini adalah untuk memberikan penyuluhan tentang apa pentingnya KB dan bagaimana membentuk sebuah keluarga yang berkualitas. Sebenarnya para Petugas Lapangan Keluarga Berencana memiliki peran hanya sebagai motivator. Dengan bermacam-macam program yang ditawarkan para PLKB membujuk masyarakat untuk mau mengikuti program KB Nasional. Misalnya dalam salah satu programnya tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, dalam pelayanan kontrasepsi, disini para PLKB menyampaikan pesan kepada masyarakat yang berperan sebagai komunikan melalui proses penyuluhan atau juga bisa dengan cara melakukan pendekatan secara personal kepada masyarakat tertentu, dalam hal ini para keluarga muda yang belum paham dan belum mengikuti program KB. Selain itu media massa juga berperan dalam memberikan informasi kepada masyarakat yang belum memperoleh penyuluhan dari PLKB. Sebelum berbicara lebih lanjut tentang program Keluarga Berencana dan metode kontrasepsi, akan lebih baik bila dimulai dari pemahaman tentang perkawinan dan hakekat sebuah keluarga. Nikah menurut pengertian lughoh adalah berkumpul menjadi satu. 1 Menurut istilahnya, pengertian perkawinan adalah suatu akad perjanjian yang memperbolehkan persetubuhan dengan menggunakan lafadh nikah atau kawin. 2 Sedangkan dalam pasal 1 Undang- undang RI No. 1 tahun 1974, perkawinan dipahami sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami dan isteri dengan tujuan 1 Departemen Agama bekerjasama dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1993. Tuntunan Pendidikan Kehidupan Berkeluarga. Jakarta. hal. 5. 2 Ibid. commit to user 3 membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 3 Jika perkawinan merupakan langkah awal dari terbentuknya sebuah keluarga, maka keluarga juga memiliki pemahaman tersendiri. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan keluarga? Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri dengan anaknya atau ayah dengan anaknya atau ibu dengan anaknya. 4 Keluarga lazimnya disebut rumah tangga yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dalam pergaulan hidup. Bila perkawinan merupakan langkah awal dari terbentuknya sebuah keluarga maka demikian pula dengan keluarga. Keluarga merupakan awal terbentuknya suatu masyarakat yang pada akhirnya dapat membentuk sebuah negara. Dalam mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera, mengikuti program Keluarga Berencana merupakan langkah awal untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan mengikuti salah satu metode kontrasepsi yang ditawarkan, maka dari sinilah sebuah keluarga telah berjalan menuju sebuah keluarga yang berkualitas. Terdapat beberapa jenis dan teknik kontrasepsi yang sering digunakan di Indonesia dan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yakni: 1. Kontrasepsi Hormonal, yang terdiri dari pil KB, suntikan, dan implant. 2. Kontrasepsi Non Hormonal, terdiri dari kondom, IUD, tissue KB. 3. Metode Operasi, terdiri dari 3 Ibid. 4 BKkbN. 2009. Keluarga Sejahtera dan Kesehatan Reproduksi Dalam Pandangan Katolik. Jakarta. hal. 6. commit to user 4 MOP vasektomi dan MOW tubektomi. 4. Metode Alamiah, terdiri dari pantang berkala, senggama terputus, dan ASI eksklusif MAL. 5 Dari sekian banyak metode kontrasepsi yang ditawarkan, Metode Operasi Pria MOP atau juga sering disebut dengan vasektomi merupakan salah satu varian dari metode kontrasepsi yang ditawarkan dalam program keluarga berencana. Lebih lanjut tentang MOP dalam buku Materi Konseling untuk membantu klien memilih jenis kontrasepsi dan mengatasi efek samping dan komplikasi mengatakan : MOP atau vasektomi adalah cara mencegah kehamilan melalui operasi kecil dilakukan pengikatan atau pemutusan saluran spermavas deferent sehingga sel mani atau sperma tidak dikeluarkan pada saat hubungan seks sedangkan cairan mani tetap ada. 6 Dalam masyarakat Indonesia pada umumnya menganggap metode kontrasepsi MOP atau vasektomi merupakan sesuatu hal yang aneh, karena mereka berpikir bahwa mengikuti program KB merupakan kewajiban dari seorang istri. Demikian pula dengan masyarakat di Kelurahan Gilingan, pemahaman masyarakat tentang MOP sangatlah minim. Akibat dari pemahaman yang minim tersebut maka ketertarikan dan kesertaan Pasangan Usia Subur PUS untuk mengikuti metode kontrasepsi tersebut sangat rendah. Diantara bermacam macam metode kontrasepsi yang ditawarkan PLKB, metode kontrasepsi hormonal jenis suntik menjadi pilihan dari sebagian besar masyarakat Kelurahan Gilingan. Sedangkan untuk metode kontrasepsi operasi 5 Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2003. Materi Konseling untuk membantu klien memilih jenis kontrasepsi dan mengatasi efeksamping dan komplikasi. Jawa Tengah. hal 33 6 Ibid. hal 64. commit to user 5 jenis MOP menjadi metode kontrasepsi yang paling sedikit peminatnya, karena metode ini memiliki efek secara psikologis dan efek secara medis. Bila dilihat dari sudut pandang psikologis, MOP memiliki dampak pada rasa kepercayaan diri akseptor tersebut. Dengan mengikuti MOP seorang pria akan merasa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya dan juga menjadi seseorang laki-laki yang kurang sempurna, karena tidak dapat memiliki keturunan apabila ingin menikah lagi. Selain dari sudut pandang psikologis, metode kontrasepsi ini juga memiliki efek samping dan komplikasi secara medis yaitu : Menimbulkan rasa nyeri, atau terjadi pendarahan setelah operasi hematoma yang ditimbulkan akibat beban yang terlalu berat dan duduk terlalu lama serta infeksi pada kulit scortum apabila operasinya tidak sesuai dengan prosedur. Disamping itu efek samping yang lainnya Granuloma Sperma, karena pada kedua ujung vas deferent timbul benjolan kenyal dan nyeri. 7 Penjelasan tersebut diatas mengilhami penulis untuk menghubungkan antara keluarga sejahtera dan berkualitas dengan keikutsertaannya terhadap metode kontrasepsi MOP atau vasektomi . Dalam hal ini adalah komunikasi kesehatan yang dilakukan oleh PLKB sehingga dapat mempengaruhi perilaku akseptor mantap MOP di Kelurahan Gilingan. Sebagai cara untuk meningkatkan kesertaan kepala keluarga sebagai akseptor mantap MOP, maka seorang PLKB harus memberikan penyuluhan secara tersendiri kepada para laki-laki yang termasuk dalam PUS secara lebih intensif. Dalam penyuluhan yang dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana ini terdapat pesan yang berupa memberikan pemahaman kepada 7 Ibid. hal 65-66. commit to user 6 masyarakat tentang pentingnya mengikuti program keluarga berencana. Selain itu juga akan ada penyuluhan tersendiri secara lebih efektif terhadap para calon akseptor yang tertarik dengan program yang ditawarkan. Penyuluhan yang dilakukan oleh PLKB memiliki tujuan guna merubah cara berfikir, bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh komunikator, dalam hal ini PLKB. Demikian pula dengan kegiatan komunikasi bertujuan untuk menimbulkan perubahan-perubahan, baik perubahan pengetahuan, sikap ataupun tingkah laku. Untuk itu apakah penyuluhan yang diberikan oleh PLKB dapat menciptakan perubahan-perubahan tersebut, terutama untuk mendorong masyarakat untuk mengikuti vasektomi atau MOP. Penyuluhan yang dilakukan oleh PLKB sebagai salah satu kegiatan yang mempunyai visi dan misi dari pesan yang disampaikan pada khalayak. Yaitu mampu membawa perubahan-perubahan tertentu dari pesan yang disampaikan. Sebagai contoh, bila seseorang sering mengikuti penyuluhan melalui kegiatan yang dilakukan oleh PLKB maupun melalui media yang lainnya, maka pemahaman akan keluarga yang berkualitas akan melakat pada diri orang tersebut, dan orang tersebut akan melakukan dalam kehidupannya. Hal inilah yang juga dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana di Kelurahan Gilingan. PLKB Kelurahan Gilingan memberikan penyuluhan kepada warga untuk mensosialisasikan program Keluarga Berencana, dalam hal ini penulis khususkan pada metode kontrasepsi MOP. Dengan penyuluhan yang diberikan diharapakan dapat menciptakan perubahan-perubahan yang diinginkan. Semula dari yang belum tahu menjadi tahu, lalu timbul commit to user 7 ketertarikan, dan akhirnya memutuskan untuk mengikuti seperti apa yang dikatakan PLKB. Penyuluhan yang dilakukan di Kelurahan Gilingan tidak hanya dilakukan satu kali dalam satu bulan, tetapi bisa lebih dari dua kali. Ini disebabkan PLKB disana selalu berusahan untuk ambil bagian pada setiap pertemuan yang dilakukan oleh warga, baik di tingkat RTRW, baik itu perkumpulan ibu-ibu atau bapak- bapak. Pendekatan yang dilakukan tidak hanya terbatas pada menghadiri setiap perkumpulan, tetapi juga pendekatan yang lebih personal pada setiap pasangan usia subur yang merasa tertarik dengan program yang ditawarkan oleh PLKB. Dengan pendekatan ini diharapkan pasangan tersebut memiliki rasa keingintahuan yang lebih besar lagi dan memiliki ketertarikan yang kuat terhadap program yang ditawarkan. Sekalipun jumlah peminat MOP dan MOW di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari relatif sangat sedikit, lain halnya dengan Kelurahan Gilingan. Dalam kurun waktu satu tahun, yaitu pada tahun 2011 jumlah akseptor mantap akseptor MOW ada lima orang sedangkan MOP dikelurahan ini ada tiga orang. Jumlah akseptor mantab MOP ini merupakan jumlah yang paling banyak apabila dibandingkan dengan dua belas kelurahan lain yang ada di Kecamatan Banjarsari. Jumlah akseptor mantab MOW lebih banyak dibandingkan dengan jumlah akseptor mantap MOP, hal ini sangatlah wajar karena masyarakat commit to user 8 Indonesia masih memandang bahwa mengikuti program KB merupakan kewajiban seoarang wanita atau istri. Pendapat tentang mengikuti program KB merupakan kewajian seorang wanita atau istri rupanya tidak berlaku di Kelurahan Gilingan. Dengan keikutsertaan seorang kepala keluarga dalam program KB membuktikan adanya kepedulian dari kaum lelaki untuk ikut bertanggung jawab dalam pembentukan keluarga yang berkualitas dan sejahtera, serta ikut mensukseskan program Keluarga Berencana Nasional. Berangkat dari permasalahan tersebut diatas penulis berusaha untuk menggali lebih dalam tentang komunikasi kesehatan yang dilakukan oleh PLKB di Kelurahan Gilingan, sehingga mampu untuk mempengaruhi seorang kepala keluarga untuk menjadi akseptor mantab MOP atau vasektomi .

B. Identifikasi Masalah