Penyuluhan Secara Interpersonal Dyah Retno Pratiwi S 220809004

commit to user 55 KB tersebut membuat khalayak tergugah dan berkeinginan melaksanakan, maka penyuluhan tersebut menimbulkan efek afektif. Apabila khalayak benar-benar bertindak mengikuti apa yang dikatakan oleh para PLKB dalam penyuluhan yang dilakukan maka perubahan yang terjadi atau efeknya adalah psikomotorik. Pengiriman pesan oleh Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana melalui penyuluhan yang dilakukan disetiap kegiatan yang ada dikelurahan dan pertemuan di tingkat RTRW akan diterima oleh khalayak. Keadaan atau proses komunikasi ini menciptakan suatu situasi belajar sosial Setelah merasa memiliki ketertarikan dengan vasektomi maka barulah ketiga calon akseptor tersebut menghubungi PLKB kelurahan Gilingan lewat telephon untuk membuat kesepakatan kapan waktu yang tepat untuk dapat bertemu dan berbicara secara lebih pribadi. Dari ketiga akseptor tersebut semuanya sama, mereka merasa sungkan untuk bertanya pada PLKB dalam forum yang terbuka.

b. Penyuluhan Secara Interpersonal

Dalam proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh para PLKB yaitu salah satunya dengan menggunakan komunikasi interpersonal komunikasi antar pribadi. Komunikasi antarpribadi interpersonal communication adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka, yang memungkinkan respon verbal maupun nonverbal berlangsung secara langsung. commit to user 56 Bentuk khusus komunikasi antar pribadi ini adalah komunikasi diadik dyadic communication yang hanya melibatkan dua individu, misalnya suami-istri, dua sejawat, guru-murid, dll. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat; pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara langsung dan simultan. Penyuluhan secara interpersonal adalah penyuluhan yang dilakukan oleh petugas dengan mendatangi atau melakukan penyuluhan secara pribadi dan hal ini dilakukan secara personal dengan pendekatan yang lebih privacy . Hal ini dilakukan untuk akseptor atau responden kurang mampu berkomunikasi di depan umum. Penyuluhan secara interpersonal juga dilakukan oleh PLKB tersuluh, masyarakat yang mendapat penyuluhan, meminta untuk diberikan penjalasan yang lebih detail terdapat suatu hal yang akan dibicarakan secara pribadi. Dalam beberapa wawancara yang dilakukan faktor rasa malu, dan sungkan adalah faktor yang mendorong PLKB melakukan penyuluhan secara interpersonal. “ ….sering susah kalau mau bicara di depan umum, ada perasaaan malu, lagian kan ada no hp mbak Dini di selebaran, ya saya tinggal telpon saja mbak...” hasil wawancara dengan akseptor Parsidi, 25 Agustus 2011 “ .. kurang bebas gitu mbak…apalagi ini masalah pribadi…” hasil wawancara dengan akseptor Agus, 10 Maret 2011 Dari hasil tersebut maka komunikasi interpersonal sangat diperlukan dalam melakukan penyuluhan MOP oleh PLKB. commit to user 57 Komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh PLKB dilakukan dengan kunjungan kerumah akseptor MOP tersebut, untuk waktunya menyesuaikan dengan pemilik rumah. Dari ketiga akseptor MOP tersebut memiliki cerita sendiri-sendiri saat kunjungan, untuk akseptor Parsidi, kunjungan dilakukan setiap malam hari seminggu sekali. Karena pekerjaannya adalah seorang pedagang mainan maka pengetahuannya tentang MOP sangat minim. Pada saat kunjungan pertama beliau mengungkapkan alasan ketertarikannya kepada MOP, walaupun sama sekali dia tidak tahu apa sebenarnya MOP. “ ...ya karena anak saya sudah banyak mbak dan kerjaan saya cuma dagang mainan, kan ga cukup...” hasil wawancara tanggal 25 Agustus 2011 Dari ketidaktahuannya tersebut maka PLKB dengan sabar memberikan penjelasan secara detail tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan MOP, keuntungan yang didapatkan serta efek dan kerugian yang akan dialami apabila menjadi akseptor. Dari kunjungan pertama yang dilakukan tersebut sudah terlihat antusias dari pihak calon akseptor tersebut. Pada saat melakukan penjelasan tersebut PLKB juga turut melibatkan pasangan atau istri, dengan harapan apabila kedua belah pihak tahu tentang MOP secara lebih mendalam maka akan memudahkan mereka untuk berunding dalam mengambil keputusan Pada saat pertama kali PLKB melakukan kunjungan kerumah, pada saat itu dilakukan pada siang hari. Karena keluarga Parsidi ini tinggal di lingkungan perkampungan yang padat penduduk maka selalu menjadi commit to user 58 pusat perhatian dan menjadi tanda tanya besar bagi para tetangga. Dan setelah tahu maksud dan tujuan dari kedatangan PLKB tersebut muncul perlawanan dari pihak lingkungan. Para tetangga mulai mendekati keluarga Parsidi dan mempengaruhi mereka agar mengurungkan niat untuk menjadi akseptor mantap MOP. “ ...kamu meh ikut KB ? nek kamu wes ikut KB besok-besok kamu wes bisa “ kumpul” sama istrimu lho...” “ ...lho KB khan dilarang agama, kamu gak takut dosa ta ?” hasil wawancara tanggal 25 Agustus 2011 Cara yang mereka gunakan adalah dengan menakut-nakuti menggunakan mitos yang selama ini ada dimasyarakat, bahwa bila seorang laki-laki melakukan vasektomi maka dia tidak akan lagi bisa melakukan hubungan suami istri, karena sudah kehilangan kejantanannya. Selain itu juga dengan menggunakan senjata agama, bahwa bila seorang laki-laki melakukan vasektomi merupakan suatu perbuatan dosa dan dilarang oleh agama. Dengan adanya hal tersebut dari pihak akseptor tetap mau melanjutkan penyuluhan, tetapi penyuluhan dilakukan pada saat malam hari dan dari pihak PLKB juga menyesuaikan, maksudnya adalah pada saat melakukan kunjungan kekeluarga Parsidi dilakukan tanpa menggunakan seragam dan motor dinas. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir intimidasi yang dilakukan di lingkungannya. Untuk akseptor yang kedua bernama Whisnu Andryantoro, karena latar belakang pendidikannya adalah Sarjana Pendidikan dan juga commit to user 59 berprofesi sebagai dosen swasta, maka pengetahuan beliau tentang vasektomi sudah cukup. Dari pihak PLKB hanya cukup memberikan tambahan-tambahan penjelasan saja dan lebih menekankan pada kesalahan atau ketidakbenaran tentang mitos yang ada dilingkungan masyarakat sekarang ini. Tetapi karena latar belakang pendidikan yang baik, maka tidak begitu banyak kendala yang didapati dilapangan dan kunjungan hanya dilakukan sebanyak empat kali. Sumber : hasil pengamatan 03 Mei 2011 Akseptor yang ketiga adalah Agus Purnomo, beliau juga memiliki latar belakang pendidikan yang baik, yaitu Diploma. Sehingga sama dengan akseptor sebelumnya, dari pihak PLKB dapat dengan mudah memberikan penjelasan tanpa kendala yang berarti karena sedikit banyak sudah mengetahui tentang MOP. Kendala yang ada dari akseptor ini hanyalah masalah waktu, dikarenakan beliau adalah seorang wiraswasta yang selalu pergi keluar kota. Membutuhkan tiga kali kunjungan yang dilakukan oleh PLKB. Sumber : hasil observasi 13 Februari 2011

c. Pengambilan Keputusan Untuk Menjadi Akseptor Mantap MOP