commit to user
55 KB tersebut membuat khalayak tergugah dan berkeinginan melaksanakan,
maka penyuluhan tersebut menimbulkan efek afektif. Apabila khalayak benar-benar bertindak mengikuti apa yang dikatakan oleh para PLKB
dalam penyuluhan yang dilakukan maka perubahan yang terjadi atau efeknya adalah psikomotorik.
Pengiriman pesan oleh Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana melalui penyuluhan yang dilakukan disetiap kegiatan yang ada dikelurahan
dan pertemuan di tingkat RTRW akan diterima oleh khalayak. Keadaan atau proses komunikasi ini menciptakan suatu situasi belajar sosial
Setelah merasa memiliki ketertarikan dengan
vasektomi
maka barulah ketiga calon akseptor tersebut menghubungi PLKB kelurahan
Gilingan lewat telephon untuk membuat kesepakatan kapan waktu yang tepat untuk dapat bertemu dan berbicara secara lebih pribadi. Dari ketiga
akseptor tersebut semuanya sama, mereka merasa sungkan untuk bertanya pada PLKB dalam forum yang terbuka.
b. Penyuluhan Secara Interpersonal
Dalam proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh para PLKB yaitu salah satunya dengan menggunakan komunikasi
interpersonal
komunikasi antar pribadi. Komunikasi antarpribadi
interpersonal communication
adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka, yang memungkinkan respon verbal maupun nonverbal
berlangsung secara langsung.
commit to user
56 Bentuk khusus komunikasi antar pribadi ini adalah komunikasi
diadik
dyadic communication
yang hanya melibatkan dua individu, misalnya suami-istri, dua sejawat, guru-murid, dll. Ciri-ciri komunikasi
diadik adalah pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat; pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan
secara langsung dan simultan. Penyuluhan secara interpersonal adalah penyuluhan yang dilakukan
oleh petugas dengan mendatangi atau melakukan penyuluhan secara pribadi dan hal ini dilakukan secara personal dengan pendekatan yang
lebih
privacy
. Hal ini dilakukan untuk akseptor atau responden kurang mampu berkomunikasi di depan umum. Penyuluhan secara interpersonal
juga dilakukan oleh PLKB tersuluh, masyarakat yang mendapat penyuluhan, meminta untuk diberikan penjalasan yang lebih detail
terdapat suatu hal yang akan dibicarakan secara pribadi. Dalam beberapa wawancara yang dilakukan faktor rasa malu, dan sungkan adalah faktor
yang mendorong PLKB melakukan penyuluhan secara interpersonal.
“ ….sering susah kalau mau bicara di depan umum, ada perasaaan malu, lagian kan ada no hp mbak Dini di selebaran, ya saya tinggal telpon
saja mbak...”
hasil wawancara dengan akseptor Parsidi, 25 Agustus 2011
“ .. kurang bebas gitu mbak…apalagi ini masalah pribadi…”
hasil wawancara dengan akseptor Agus, 10 Maret 2011
Dari hasil tersebut maka komunikasi interpersonal sangat diperlukan dalam melakukan penyuluhan MOP oleh PLKB.
commit to user
57 Komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh PLKB dilakukan
dengan kunjungan kerumah akseptor MOP tersebut, untuk waktunya menyesuaikan dengan pemilik rumah. Dari ketiga akseptor MOP tersebut
memiliki cerita sendiri-sendiri saat kunjungan, untuk akseptor Parsidi, kunjungan dilakukan setiap malam hari seminggu sekali. Karena
pekerjaannya adalah seorang pedagang mainan maka pengetahuannya tentang MOP sangat minim. Pada saat kunjungan pertama beliau
mengungkapkan alasan ketertarikannya kepada MOP, walaupun sama sekali dia tidak tahu apa sebenarnya MOP.
“ ...ya karena anak saya sudah banyak mbak dan kerjaan saya cuma dagang mainan, kan ga cukup...”
hasil wawancara tanggal 25 Agustus 2011
Dari ketidaktahuannya tersebut maka PLKB dengan sabar memberikan penjelasan secara detail tentang apa sebenarnya yang
dimaksud dengan MOP, keuntungan yang didapatkan serta efek dan kerugian yang akan dialami apabila menjadi akseptor. Dari kunjungan
pertama yang dilakukan tersebut sudah terlihat antusias dari pihak calon akseptor tersebut. Pada saat melakukan penjelasan tersebut PLKB juga
turut melibatkan pasangan atau istri, dengan harapan apabila kedua belah pihak tahu tentang MOP secara lebih mendalam maka akan memudahkan
mereka untuk berunding dalam mengambil keputusan Pada saat pertama kali PLKB melakukan kunjungan kerumah, pada
saat itu dilakukan pada siang hari. Karena keluarga Parsidi ini tinggal di lingkungan perkampungan yang padat penduduk maka selalu menjadi
commit to user
58 pusat perhatian dan menjadi tanda tanya besar bagi para tetangga. Dan
setelah tahu maksud dan tujuan dari kedatangan PLKB tersebut muncul perlawanan dari pihak lingkungan.
Para tetangga mulai mendekati keluarga Parsidi dan mempengaruhi mereka agar mengurungkan niat untuk menjadi akseptor mantap MOP.
“ ...kamu meh ikut KB ? nek kamu wes ikut KB besok-besok kamu wes bisa “ kumpul” sama istrimu lho...”
“ ...lho KB khan dilarang agama, kamu gak takut dosa ta ?”
hasil wawancara tanggal 25 Agustus 2011 Cara yang mereka gunakan adalah dengan menakut-nakuti
menggunakan mitos yang selama ini ada dimasyarakat, bahwa bila seorang laki-laki melakukan
vasektomi
maka dia tidak akan lagi bisa melakukan hubungan suami istri, karena sudah kehilangan kejantanannya. Selain itu
juga dengan menggunakan senjata agama, bahwa bila seorang laki-laki melakukan
vasektomi
merupakan suatu perbuatan dosa dan dilarang oleh agama.
Dengan adanya hal tersebut dari pihak akseptor tetap mau melanjutkan penyuluhan, tetapi penyuluhan dilakukan pada saat malam
hari dan dari pihak PLKB juga menyesuaikan, maksudnya adalah pada saat melakukan kunjungan kekeluarga Parsidi dilakukan tanpa
menggunakan seragam dan motor dinas. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir intimidasi yang dilakukan di lingkungannya.
Untuk akseptor yang kedua bernama Whisnu Andryantoro, karena latar belakang pendidikannya adalah Sarjana Pendidikan dan juga
commit to user
59 berprofesi sebagai dosen swasta, maka pengetahuan beliau tentang
vasektomi
sudah cukup. Dari pihak PLKB hanya cukup memberikan tambahan-tambahan penjelasan saja dan lebih menekankan pada kesalahan
atau ketidakbenaran tentang mitos yang ada dilingkungan masyarakat sekarang ini. Tetapi karena latar belakang pendidikan yang baik, maka
tidak begitu banyak kendala yang didapati dilapangan dan kunjungan hanya dilakukan sebanyak empat kali. Sumber : hasil pengamatan 03 Mei
2011 Akseptor yang ketiga adalah Agus Purnomo, beliau juga memiliki
latar belakang pendidikan yang baik, yaitu Diploma. Sehingga sama dengan akseptor sebelumnya, dari pihak PLKB dapat dengan mudah
memberikan penjelasan tanpa kendala yang berarti karena sedikit banyak sudah mengetahui tentang MOP. Kendala yang ada dari akseptor ini
hanyalah masalah waktu, dikarenakan beliau adalah seorang wiraswasta yang selalu pergi keluar kota. Membutuhkan tiga kali kunjungan yang
dilakukan oleh PLKB. Sumber : hasil observasi 13 Februari 2011
c. Pengambilan Keputusan Untuk Menjadi Akseptor Mantap MOP