Dyah Retno Pratiwi S 220809004

(1)

commit to user

i

KOMUNIKASI KESEHATAN DAN PERILAKU

AKSEPTOR KB MANTAB

(Studi Kasus Pengaruh Komunikasi Kesehatan oleh PLKB (Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana) terhadap Perilaku Akseptor Mantab MOP di Kelurahan

Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu komunikasi

DYAH RETNO PRATIWI S 220809004

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012


(2)

commit to user

ii

KOMUNIKASI KESEHATAN DAN PERILAKU AKSEPTOR KB MANTAB

(Studi Kasus Pengaruh Komunikasi Kesehatan oleh PLKB (Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana) terhadap Perilaku Akseptor Mantab MOP di Kelurahan

Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta)

Disusun oleh : Dyah Retno Pratiwi NIM : S 220809004

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing.

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Dr.Widodo Muktiyo,SE,M.Com NIP. 196402271988031002 Pembimbing II Drs. Subagyo , S.U.

NIP. 195209171980031001

Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Pascasarjana

Prof. Drs. Totok Sarsito, SU, MA, Ph. D NIP. 194904281979031001


(3)

commit to user

iii

KOMUNIKASI KESEHATAN DAN PERILAKU AKSEPTOR KB MANTAB

(Studi Kasus Pengaruh Komunikasi Kesehatan oleh PLKB (Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana) terhadap Perilaku Akseptor Mantab MOP di Kelurahan

Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta)

TESIS

Dyah Retno Pratiwi NIM : S 220809004

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof.Drs.Totok Sarsito,SU,MA,Ph.D

NIP. 194904281979031001 Sekretaris Sri Hastjarjo,S.Sos,Ph.D

NIP. 197102171998021001

Anggota Dr.Widodo Muktiyo,SE,M.Com

NIP. 196402271988031002

Anggota Drs. Subagyo , S.U.

NIP. 195209171980031001

Mengetahui

Direktur Ketua Program Studi

Program Pascasarjana UNS Ilmu Komunikasi

Pascasarjana

Prof.Dr.Ir. Ahmad Yunus,Ms Prof.Drs.Totok Sarsito,SU,MA,Ph.D


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini saya :

Nama : Dyah Retno Pratiwi

NIM : S220809004

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Komunikasi

Kesehatan dan Perilaku Akseptor KB Mantab (Studi kasus Pengaruh Komunikasi Kesehatan oleh PLKB (Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana) terhadap Perilaku Akseptor Mantab MOP di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari,

Surakarta)adalah betul-betul karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi.

Sepanjang pengetahuan saya, dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau pernah diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik, berupa pencabutan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.

Surakarta, Oktober 2012 yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

v

MOTTO

Mintalah maka akan diberikan kepadamu ;carilah

maka kamu akan mendapatkan ; ketuklah maka

pintu akan dibukakan bagimu.

Ketakutan hanya ada dalam pikiran manusia

Semua rencana Allah untuk kita selalu baik adanya

sebab Ia selalu menjadikan semua indah pada


(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Dengan penuh hormat dan kecintaan pada

kesabaran, penantian yang bukan sia-sia, Tesis ini

aku persembahkan untuk :

Ayah dan Ibu yang sangat aku cintai dan mencintai

aku, terima kasih untuk semua doa dan rasa sayang

yang tulus untukku.

Kakak-kakakku yang selalu memberi semangat,

nasihat serta penghiburan disaat aku merasakan

sesak dan penat dalam hatiku.

Surakarta, Oktober 2012


(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu mendampingi dan menolong saya pada saat yang tepat, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyusun dan manyelesaikan Tesis ini. Penyusunan Tesis dengan judul KOMUNIKASI KESEHATAN DAN PERILAKU AKSEPTOR KB

MANTAB (Studi Kasus Pengaruh Komunikasi Kesehatan oleh PLKB (Penyuluh

Lapangan Keluarga Berencana) terhadap Perilaku Akseptor Mantab MOP di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta) ini berisikan tentang komunikasi kesehatan yang digunakan oleh seorang PLKB dalam mempengaruhi perilaku masyarakat untuk ikut terlibat menjadi akseptor KB mantab MOP (Metode Operasi Pria).

Diperlukan kesabaran dan perjuangan yang panjang dan banyak hal pula yang penulis dapatkan dari hasil penelitian ini. Dalam proses awal penulisan hingga akhir saya menyadari bahwa sesungguhnya keberadaan PLKB disuatu daerah, terutama di Kelurahan Gilingan memiliki tugas yang berat. Seorang PLKB harus mampu memberikan penyuluhan secara jelas dan mendalam kepada masyarakat di daerah tersebut yang sebagian besar penduduknya berpendidikan rendah.

Dalam penyusunan Tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :


(8)

commit to user

viii

1. Dr. Widodo Muktiyo, SE.M.Com dan Drs. Subagyo. SU selaku Dosen

Pembimbing dalam penulisan tesis ini, yang telah memberikan saran-saran hingga terselesaikannya penulisan Tesis ini.

2. Prof. Drs. Totok Sarsito, SU, MA, Ph.D dan Sri Hastjarjo, S.Sos., Ph.D

selaku Dosen Penguji, yang telah dengan sabar membimbing selama masa revisi hingga semuanya dapat terselesaikan.

3. Drs. Mardiono Joko Setiawan, selaku Kepala Kelurahan Gilingan

4. Dhian Artika Mahardini, S.Sos, selaku PLKB Kelurahan Gilingan

5. Masyarakat Kelurahan Gilingan

6. Seluruh rekan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan

tesis ini.

Tentunya Penulisan Tesis ini masih jauh dari sempurna mengingat terbatasnya kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik yang membangun maupun pengarahan-pengarahan dari berbagai pihak sangat penulis harapkan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan tesis ini.

Akhirnya penulis berharap agar penulisan tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Surakarta, Oktober 2012


(9)

commit to user

ix

ABSTRAK

Dyah Retno Pratiwi. S220809004. KomunikasiKesehatan dan Perilaku Akseptor KB Mantab (Studi Kasus Pengaruh Komunikasi Kesehatan Oleh PLKB Terhadap Perilaku Akseptor KB Mantab MOP di Kelurahan Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta), Pembimbing I : Dr. Widodo Muktiyo, SE, M.Com, Pembimbing II : Drs. Subagyo, SU. Program Studi Magister Ilmu Komunikasi,

Minat utama Riset dan Pengembangan Teori Komunikasi, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Latar belakang dari penelitian ini adalah adanya pemahan yang sangat minim dari masyarakat tentang pentingnya sebuah keluarga yang sejahtera dan berkualitas. Dari ketidaktahuan masyarakat tersebut, maka timbul rasa keengganan untuk mengikuti Program Keluarga Berencana yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pada era Orde Baru, Program Keluarga Berencana mencapai pada tingkat keberhasilannya, namun pada saat sekarang ini kesadaran masyarakat untuk mau mengikuti program KB sangatlah rendah. Dengan keadaan semacam ini maka pemerintah melalui PLKB, secara gencar mensosialisasikan Program Keluarga Berencana kepada setiap masyarakat disetiap daerah.

Tujuan umum dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah komunikasi kesehatan yang dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana dalam memberikan informasi tentang pentingnya KB dan kesadaran masyarakat untuk ikut terlibat dalam program KB, khususnya MOP yang ada di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif dengan

wawancara mendalam (indepth interview), dengan menggunakan metode

deskriptif. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah para akseptor mantap yang memilih metode kontrasepsi MOP (Metode Operasi Pria) yang ada di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari sepanjang tahun 2011 sejumlah, sebanyak tiga orang. Penelitian deskriptif kualitatif menurut Suripan Sadi Hutomo memiliki arti bahwa seorang peneliti harus mencatat segala macam fenomena yang dilihat, didengar, dan dibaca setelah itu peneliti harus mengkombinasikan, mengabstraksikan dan menarik kesimpulan.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa komunikasi kesehatan dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) sehingga dapat mempengaruhi perilaku akseptor KB mantab MOP di Kelurahan Gilingan Kecamatan Banjarsari adalah sudah tepat dengan menggunakan komunikasi persuasif. Dengan komunikasi persuasif, responden tidak merasa dipaksa namun hanya diberikan pengarahan atau informasi mengenai keuntungan dan kerugian dari hal yang menjadi pilihan mereka. Sehingga dengan komunikasi persuasif keuntungan yang diperoleh adalah petugas tidak memaksa, sehingga kemungkinan timbulnya perselisihan karena perbedaan pendapat dapat diminimalisir, dan pada akhirnya hubungan baik antara petugas PLKB dengan masyarakat dapat terjalin dengan baik.


(10)

commit to user

x

ABSTRACT

Dyah Retno Pratiwi. S220809004. Health Communication and Behaviour of Acceptors KB Mantab (a case study of the influence of Health Communication By The Acceptor Behavior PLKB KB Mantab MOP In

Kelurahan Gilingan, Sub-District Banjarsari Munacipilty Surakarta), Tutorship I : Dr. Widodo muktiyo,SE, M.Com, Tutorship II: Drs. Subagyo, SU. Course of Study Magister Science Communication, Main Interest Research and Development Communication Theory, Graduate Program Sebelas Maret University Surakarta.

Background of the research is the existence of pemahan is very minimal from the community about the importance of a family of a prosperous and good quality. From the ignorance of the public, then arising sense of unwillingness to follow family planning programs that have been designated by the Government. During the new order era, family planning programs achieve at the level of her success, but at the present moment this public awareness to want to follow the program is extremely low. KB With this kind of circumstances then the Government via PLKB, by disseminating the vigorous family planning programs to any society of every region

General purpose of the holding of this research is to know how the effectiveness of communication from the Field Officers in family planning provides information on the importance of KB and community awareness to get involved in the program, particularly the MOP in Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta.

This research included in this type of qualitative research with in-depth interviews (depth interviews), using descriptive methods. Population taken in this study is the steady acceptors are choosing a contraceptive method MOP (Method of Operation Men) in Mill Village, District Banjarsari through 2011 number, as many as three people. Research descriptive qualitative according to suripan sadi hutomo having meaning that a researcher should note all sorts of phenomena which is seen is hearing. And read after that researchers must combining, mengabstraksikan and draw conclusion

The results showed that health communications conducted by the family planning Field Workers (PLKB) so that it can affect the behavior of acceptors KB mantab MOP in Kelurahan Subdistrict Banjarsari Grinder is already just by using persuasive communication. With persuasive communication, respondents did not feel forced but merely briefed or informed about the advantages and disadvantages of things into their choice. So with persuasive communication advantage gained is not forcing the officer, so the possibility of disagreement because of differences of opinion can be minimised, and ultimately a good relationship between the officer and the public can PLKB entwined with the good.


(11)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

BAB I. PENDAHULUAN A.LatarBelakangMasalah ... 1

B.IdentifikasiMasalah ... 8

C.PembatasanMasalah ... 9

D.RumusanMasalah ... 10

E. TujuanPenelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II. ORIENTASI TEORITIK A.Deskripsi Teoritik ... 12

1. Komunikasi Kesehatan dalam Komunikasi Pembangunan ... 12


(12)

commit to user

x

2. Perubahan Sikap sebagai Dampak Komunikasi

Kesehatan ... 17

3. Komunikasi Pembangunan dalam Keluarga Berencana ... 21

4. Petugas Lapangan Keluarga Berencana... 23

B.Penelitian yang Relevan ... 30

C.KerangkaPikir ... 33

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A.LokasiPenelitian ... 36

B.JenisPenelitian ... 37

C.Jenis Data dan Sumber Data ... 38

D.TeknikPengumpulan Data ... 39

E. TeknikAnalisis Data ... 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian43 1.Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 43

2.Kegiatan PLKB ... 49

3.Tahapan Penyuluhan dan Pengambilan Keputusan... 51

B.Pembahasan ... 64

BAB V. PENUTUP A.Kesimpulan ... 77

B.Implikasi ... 78


(13)

commit to user

xi

DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN ... 83


(14)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk yang terpadat keempat di dunia, setelah China, India, dan Amerika Serikat. Ini semua salah satunya disebabkan oleh kurangnya pemahaman akan sebuah keluarga kecil yang berkualitas. Sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya di Jawa masih

memegang falsafah “banyak anak, banyak rejeki”. Falsafah yang telah ada sejak

jaman nenek moyang ini mungkin sudah tidak bisa berlaku lagi di saat yang serba sulit sekarang ini.

Untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, mulai rezim Orde Baru bangsa Indonesia melaksanakan program Keluarga Berencana. Program ini dimaksudkan untuk mengendalikan dan memberikan pengertian tentang keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan adanya tingkat pertumbuhan penduduk yang ada di Indonesia.

Berpijak dari permasalahan pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin tidak terkendali maka pemerintah melanjutkan kembali Program Keluarga Berencana. Dengan adanya program tersebut maka pemerintah menggunakan sarana para Kader atau para Petugas Lapangan Keluarga Berencana. Tujuan dengan adanya Petugas Lapangan Keluarga Berencana atau


(15)

commit to user

2

biasa disebut dengan PLKB ini adalah untuk memberikan penyuluhan tentang apa pentingnya KB dan bagaimana membentuk sebuah keluarga yang berkualitas.

Sebenarnya para Petugas Lapangan Keluarga Berencana memiliki peran hanya sebagai motivator. Dengan bermacam-macam program yang ditawarkan para PLKB membujuk masyarakat untuk mau mengikuti program KB Nasional. Misalnya dalam salah satu programnya tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, dalam pelayanan kontrasepsi, disini para PLKB menyampaikan pesan kepada masyarakat yang berperan sebagai komunikan melalui proses penyuluhan atau juga bisa dengan cara melakukan pendekatan secara personal kepada masyarakat tertentu, dalam hal ini para keluarga muda yang belum paham dan belum mengikuti program KB. Selain itu media massa juga berperan dalam memberikan informasi kepada masyarakat yang belum memperoleh penyuluhan dari PLKB.

Sebelum berbicara lebih lanjut tentang program Keluarga Berencana dan metode kontrasepsi, akan lebih baik bila dimulai dari pemahaman tentang perkawinan dan hakekat sebuah keluarga. Nikah menurut pengertian lughoh

adalah berkumpul menjadi satu.1 Menurut istilahnya, pengertian perkawinan

adalah suatu akad (perjanjian) yang memperbolehkan persetubuhan dengan

menggunakan lafadh nikah atau kawin.2 Sedangkan dalam pasal 1

Undang-undang RI No. 1 tahun 1974, perkawinan dipahami sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami dan isteri dengan tujuan

1

Departemen Agama bekerjasama dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1993. Tuntunan Pendidikan Kehidupan Berkeluarga. Jakarta. hal. 5.

2


(16)

commit to user

3

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa.3

Jika perkawinan merupakan langkah awal dari terbentuknya sebuah keluarga, maka keluarga juga memiliki pemahaman tersendiri. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan keluarga? Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri dengan anaknya atau ayah dengan

anaknya atau ibu dengan anaknya.4 Keluarga lazimnya disebut rumah tangga

yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dalam pergaulan hidup.

Bila perkawinan merupakan langkah awal dari terbentuknya sebuah keluarga maka demikian pula dengan keluarga. Keluarga merupakan awal terbentuknya suatu masyarakat yang pada akhirnya dapat membentuk sebuah negara.

Dalam mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera, mengikuti program Keluarga Berencana merupakan langkah awal untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan mengikuti salah satu metode kontrasepsi yang ditawarkan, maka dari sinilah sebuah keluarga telah berjalan menuju sebuah keluarga yang berkualitas.

Terdapat beberapa jenis dan teknik kontrasepsi yang sering digunakan di Indonesia dan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yakni: 1. Kontrasepsi Hormonal, yang terdiri dari pil KB, suntikan, dan implant. 2. Kontrasepsi Non Hormonal, terdiri dari kondom, IUD, tissue KB. 3. Metode Operasi, terdiri dari

3 Ibid.

4 BKkbN. 2009. Keluarga Sejahtera dan Kesehatan Reproduksi Dalam Pandangan


(17)

commit to user

4

MOP (vasektomi) dan MOW (tubektomi). 4. Metode Alamiah, terdiri dari

pantang berkala, senggama terputus, dan ASI eksklusif (MAL).5

Dari sekian banyak metode kontrasepsi yang ditawarkan, Metode Operasi

Pria (MOP) atau juga sering disebut dengan vasektomi merupakan salah satu

varian dari metode kontrasepsi yang ditawarkan dalam program keluarga berencana. Lebih lanjut tentang MOP dalam buku Materi Konseling (untuk membantu klien memilih jenis kontrasepsi dan mengatasi efek samping dan komplikasi) mengatakan :

MOP atau vasektomi adalah cara mencegah kehamilan melalui operasi

kecil dilakukan pengikatan atau pemutusan saluran sperma/vas deferent sehingga sel mani atau sperma tidak dikeluarkan pada saat hubungan

seks sedangkan cairan mani tetap ada.6

Dalam masyarakat Indonesia pada umumnya menganggap metode

kontrasepsi MOP atau vasektomi merupakan sesuatu hal yang aneh, karena

mereka berpikir bahwa mengikuti program KB merupakan kewajiban dari seorang

istri. Demikian pula dengan masyarakat di Kelurahan Gilingan, pemahaman

masyarakat tentang MOP sangatlah minim. Akibat dari pemahaman yang minim tersebut maka ketertarikan dan kesertaan Pasangan Usia Subur (PUS) untuk mengikuti metode kontrasepsi tersebut sangat rendah.

Diantara bermacam macam metode kontrasepsi yang ditawarkan PLKB, metode kontrasepsi hormonal jenis suntik menjadi pilihan dari sebagian besar masyarakat Kelurahan Gilingan. Sedangkan untuk metode kontrasepsi operasi

5

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2003. Materi Konseling (untuk membantu klien memilih jenis kontrasepsi dan mengatasi efeksamping dan komplikasi). Jawa Tengah. hal 33

6


(18)

commit to user

5

jenis MOP menjadi metode kontrasepsi yang paling sedikit peminatnya, karena metode ini memiliki efek secara psikologis dan efek secara medis. Bila dilihat dari sudut pandang psikologis, MOP memiliki dampak pada rasa kepercayaan diri akseptor tersebut. Dengan mengikuti MOP seorang pria akan merasa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya dan juga menjadi seseorang laki-laki yang kurang sempurna, karena tidak dapat memiliki keturunan apabila ingin menikah lagi.

Selain dari sudut pandang psikologis, metode kontrasepsi ini juga memiliki efek samping dan komplikasi secara medis yaitu :

Menimbulkan rasa nyeri, atau terjadi pendarahan setelah operasi (hematoma) yang ditimbulkan akibat beban yang terlalu berat dan duduk terlalu lama serta infeksi pada kulit scortum apabila operasinya tidak sesuai dengan prosedur. Disamping itu efek samping yang lainnya Granuloma Sperma, karena pada kedua ujung vas deferent timbul

benjolan kenyal dan nyeri.7

Penjelasan tersebut diatas mengilhami penulis untuk menghubungkan antara keluarga sejahtera dan berkualitas dengan keikutsertaannya terhadap

metode kontrasepsi MOP atau vasektomi. Dalam hal ini adalah komunikasi

kesehatan yang dilakukan oleh PLKB sehingga dapat mempengaruhi perilaku akseptor mantap MOP di Kelurahan Gilingan.

Sebagai cara untuk meningkatkan kesertaan kepala keluarga sebagai akseptor mantap MOP, maka seorang PLKB harus memberikan penyuluhan secara tersendiri kepada para laki-laki yang termasuk dalam PUS secara lebih intensif.

Dalam penyuluhan yang dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana ini terdapat pesan yang berupa memberikan pemahaman kepada

7


(19)

commit to user

6

masyarakat tentang pentingnya mengikuti program keluarga berencana. Selain itu juga akan ada penyuluhan tersendiri secara lebih efektif terhadap para calon akseptor yang tertarik dengan program yang ditawarkan.

Penyuluhan yang dilakukan oleh PLKB memiliki tujuan guna merubah cara berfikir, bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh komunikator, dalam hal ini PLKB. Demikian pula dengan kegiatan komunikasi bertujuan untuk menimbulkan perubahan-perubahan, baik perubahan pengetahuan, sikap ataupun tingkah laku. Untuk itu apakah penyuluhan yang diberikan oleh PLKB dapat menciptakan perubahan-perubahan tersebut, terutama

untuk mendorong masyarakat untuk mengikuti vasektomi atau MOP.

Penyuluhan yang dilakukan oleh PLKB sebagai salah satu kegiatan yang mempunyai visi dan misi dari pesan yang disampaikan pada khalayak. Yaitu mampu membawa perubahan-perubahan tertentu dari pesan yang disampaikan. Sebagai contoh, bila seseorang sering mengikuti penyuluhan melalui kegiatan yang dilakukan oleh PLKB maupun melalui media yang lainnya, maka pemahaman akan keluarga yang berkualitas akan melakat pada diri orang tersebut, dan orang tersebut akan melakukan dalam kehidupannya.

Hal inilah yang juga dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana di Kelurahan Gilingan. PLKB Kelurahan Gilingan memberikan penyuluhan kepada warga untuk mensosialisasikan program Keluarga Berencana, dalam hal ini penulis khususkan pada metode kontrasepsi MOP. Dengan penyuluhan yang diberikan diharapakan dapat menciptakan perubahan-perubahan yang diinginkan. Semula dari yang belum tahu menjadi tahu, lalu timbul


(20)

commit to user

7

ketertarikan, dan akhirnya memutuskan untuk mengikuti seperti apa yang dikatakan PLKB.

Penyuluhan yang dilakukan di Kelurahan Gilingan tidak hanya dilakukan satu kali dalam satu bulan, tetapi bisa lebih dari dua kali. Ini disebabkan PLKB disana selalu berusahan untuk ambil bagian pada setiap pertemuan yang dilakukan oleh warga, baik di tingkat RT/RW, baik itu perkumpulan ibu-ibu atau bapak-bapak.

Pendekatan yang dilakukan tidak hanya terbatas pada menghadiri setiap perkumpulan, tetapi juga pendekatan yang lebih personal pada setiap pasangan usia subur yang merasa tertarik dengan program yang ditawarkan oleh PLKB. Dengan pendekatan ini diharapkan pasangan tersebut memiliki rasa keingintahuan yang lebih besar lagi dan memiliki ketertarikan yang kuat terhadap program yang ditawarkan.

Sekalipun jumlah peminat MOP dan MOW di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari relatif sangat sedikit, lain halnya dengan Kelurahan Gilingan. Dalam kurun waktu satu tahun, yaitu pada tahun 2011 jumlah akseptor mantap akseptor MOW ada lima orang sedangkan MOP dikelurahan ini ada tiga orang. Jumlah akseptor mantab MOP ini merupakan jumlah yang paling banyak apabila dibandingkan dengan dua belas kelurahan lain yang ada di Kecamatan Banjarsari.

Jumlah akseptor mantab MOW lebih banyak dibandingkan dengan jumlah akseptor mantap MOP, hal ini sangatlah wajar karena masyarakat


(21)

commit to user

8

Indonesia masih memandang bahwa mengikuti program KB merupakan kewajiban seoarang wanita atau istri.

Pendapat tentang mengikuti program KB merupakan kewajian seorang wanita atau istri rupanya tidak berlaku di Kelurahan Gilingan. Dengan keikutsertaan seorang kepala keluarga dalam program KB membuktikan adanya kepedulian dari kaum lelaki untuk ikut bertanggung jawab dalam pembentukan keluarga yang berkualitas dan sejahtera, serta ikut mensukseskan program Keluarga Berencana Nasional.

Berangkat dari permasalahan tersebut diatas penulis berusaha untuk menggali lebih dalam tentang komunikasi kesehatan yang dilakukan oleh PLKB di Kelurahan Gilingan, sehingga mampu untuk mempengaruhi seorang kepala

keluarga untuk menjadi akseptor mantab MOP atau vasektomi.

B. Identifikasi Masalah

Para Petugas Lapangan Keluarga Berencana memiliki tugas untuk mensosialisasikan tentang Keluarga Berencana dengan berbagai macam program-program yang ditawarkan di dalamnya. Penyuluhan atau sosialisasi dapat dilakukan pada saat kegiatan Posyandu atau juga dapat dilakukan pada saat terdapat pertemuan warga disetiap RT/RW. Selain itu juga dapat dilakukan komunikasi yang lebih intens dengan cara kunjungan disetiap rumah warga. Hal ini dilakukan dengan catatan calon akseptor tersebut sudah benar-benar merasa mantap untuk mengikuti program Keluarga Berencana yang ditawarkan.


(22)

commit to user

9

Disinilah letak permasalahan yang penulis lihat, tidak semua PLKB melakukan cara-cara seperti yang penulis utarakan diatas. Tidak semua PLKB mampu untuk memanfaatkan fasilitas yang ada, biasanya untuk dapat masuk kedalam masyarakat suatu kelurahan maka seseorang harus melakukan pendekatan terhadap pejabat Kelurahan setempat agar mendapatkan dukungan dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.

Dari permasalahan yang penulis utarakan tersebut penulis akan mengamati cara pendekatan atau lebih tepatnya dilihat dari kacamata komunikasi kesehatan, tentang apa yang dilakukan oleh para PLKB di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, sampai pada akhirnya mampu untuk masuk lebih dalam di lingkungan Kelurahan dan dilanjutkan lagi dengan masuk kedalam masyarakat kelurahan tersebut. Mulai dari masyarakat yang tidak tahu menjadi tahu, kemudian merasa tertarik dan akhirnya melakukan Program Keluarga Berencana MOP yang ditawarkan oleh PLKB.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya akan melakukan penelitian di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari. Hal ini dikarenakan dalam kurun waktu satu tahun, yaitu selama tahun 2011, dengan jumlah RW (Rukun Warga) sebanyak 21 RW sudah terdapat tiga orang yang menjadi peserta KB MOP. Penulis akan melihat Kelurahan tersebut dari komunikasi kesehatan yang dilakukan oleh PLKB sehingga para pria yang termasuk dalam pasangan usia subur tertarik untuk mengikuti MOP. Dari hasil pengamatan tersebut maka dapat


(23)

commit to user

10

diketahui komunikasi kesehatan apa yang digunakan oleh PLKB untuk mempengaruhi calon akseptor sampai memutuskan untuk mau mengikuti vasektomi atau MOP.

D. Rumusan Masalah

Jumlah peserta MOP di Kecamatan Banjarsari pada tahun 2011 relatif sedikit, tetapi diantara tiga belas kelurahan yang ada di Kecamatan Banjarsari, jumlah peserta MOP di Kelurahan Gilingan relatif paling banyak.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimanakah komunikasi kesehatan dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) sehingga dapat mempengaruhi perilaku akseptor KB mantab MOP di Kelurahan Gilingan Kecamatan Banjarsari?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui komunikasi kesehatan yang dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) sehingga dapat mempengaruhi perilaku akseptor mantab MOP di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari Surakarta.

Dalam penelitian ini penulis akan melihat dari tiga aspek komunikasi kesehatan, yaitu: 1. Segi komunikatornya, 2. Pesan yang disampaikan, 3. Media yang digunakan oleh PLKB untuk menyampaikan pesan tersebut. Sehingga dari ketiga aspek tersebut dapat kita ketahui komunikasi kesehatan yang diterapkan di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta.


(24)

commit to user

11

F. Manfaat Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan ini tidak hanya memiliki manfaat bagi penulis saja, tetapi diharapkan juga dapat bermanfaat bagi pihak-pihak lain. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1.Manfaat Teoritis

a. Memberi sumbangan pemikiran dalam pengembangan Ilmu

Komunikasi pada umumnya.

b. Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan jawaban terhadap

permasalahan yang diteliti yaitu tentang komunikasi kesehatan (dilihat dari aspek komunikator, pesan yang disampaikan, dan media yang digunakan) dilakukan oleh PLKB sehingga dapat mempengaruhi perilaku akseptor mantab MOP di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta.

2.Manfaat Praktis

a. Memberikan sumbangan kepada para pihak yang berkepentingan

dalam penelitian ini.

b. Untuk mengaplikasikan teori penelitian yang penulis dapatkan

dibangku kuliah.

c. Untuk melengkapi syarat akademis guna mencapai gelar Magister

Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(25)

commit to user

12

BAB II

ORIENTASI TEORITIK

A. Deskripsi Teoritik

1. Komunikasi Kesehatan dalam Komunikasi Pembangunan

Definisi komunikasi kesehatan sebenarnya melekat pada hubungan konseptual antara “komunikasi” dengan “kesehatan” sehingga konsep komunikasi memberi peranan pada kata yang mengikutinya. Pengertian komunikasi kesehatan

menurut Health Communication Partnership`s M/MC Health Communication

Materials Database, 2004 adalah : 8

Seni dan penyebarluasan informasi kesehatan yang bermaksud mempengaruhi dan memotivasi individu, mendorong lahirnya lembaga atau institusi baik sebagai peraturan ataupun sebagai organisasi dikalangan audiens yang mengatur perhatian terhadap kesehatan. Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regulasi bisnis dalam bidang kesehatan, yang sejauh mungkin merubah dan membaharui kualitas individu dalam suatu komunitas atau masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan etika.

Adapun cakupan komunikasi kesehatan antara lain: komunikasi persuasif, analisis faktor-faktor psikologis individual yang mempengaruhi persepsi terhadap kesehatan, pendidikan kesehatan, pemasaran sosial, penyebarluasan informasi kesehatan melalui media, advokasi, resiko komunikasi,

komunikasi dengan pasien, dan lainnya.9

Setiap komunikasi dilakukan pastilah memiliki tujuan yang jelas, sedangkan komunikasi kesehatan ini memiliki tujuan sebagai berikut: tujuan

8

Alo Liliweri. 2009. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta. hal. 47.

9


(26)

commit to user

13

strategis, relay information, enable informed decision making, promote healthy

behaviors, promote peer information exchange and emotional support, promote self-care dan manage demand for health services; dan tujuan praktis: meningkatkan pengetahuan-komunikasi kesehatan, dan mendesain komunikasi

kesehatan.10

Manfaat mempelajari komunikasi kesehatan adalah memahami interaksi antara kesehatan dengan perilaku individu, meningkatkan kesadaran kita tentang isu kesehatan, masalah atau solusi, menghadapi disparitas pemeliharaan kesehatan antar etnik atau antar ras. Memperkuat infrastruktur kesehatan masyarakat dimasa

yang akan datang.11

Topik mengenai komunikasi kesehatan dapat dimasukkan ke dalam

komunikasi pembangunan (Development Communication). Hal ini dikarenakan

seorang komunikator dalam pembangunan kesehatan masyarakat adalah merancang suatu proses komunikasi yang tepat sesuai dengan program tertentu. Secara umum para komunikator komunikasi pembangunan yang diharapkan adalah komunikator yang dapat berperan ganda-serentak untuk beberapa program. Misalnya meningkatkan kemampuan dan ketrampilan bagi komunikator sebagai leader dalam kebijakan komunikasi kesehatan, sebagai perancang strategi dan implementasi komunikasi, dan lain-lain.

Pelaksanaan pembangunan disuatu wilayah merupakan wujud eksistensi pemerintah wilayah tersebut. Menurut Saul M Katz, pembangunan merupakan perubahan yang berlangsung secara luas dalam masyarakat bukan hanya sekedar

10

Ibid. hal. 67.

11


(27)

commit to user

14

perubahan pada sektor ekonomi saja, tapi juga mencakup masalah-masalah perubahan ekonomi, sosial dan politik dimana masalah-masalah tersebut saling

berhubungan antara satu dengan yang lain.12

Mardikanto menyatakan bahwa pembangunan, pada hakekatnya adalah proses perubahan terencana yang merupakan interaksi antar banyak pihak, dalam rangka mengupayakan perbaikan mutu hidup seluruh warga masyarakat, dengan menggunakan teknologi yang terpilih. Sehingga komunikasi pembangunan dapat diartikan sebagai proses interaksi seluruh pemangku kepentingan pembangunan (yang terdiri dari aparat pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat, pekerja sosial, aktivis LSM, dan perseorangan atau kelompok/organisasi sosial) untuk tumbuhnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan menggerakkan dan mengembangkan partisipasi mereka dalam proses perubahan terencana demi perbaikan mutu hidup segenap warga masyarakat secara berkesinambungan, melalui optimalisasi sumber daya yang dapat dimanfaatkan, dengan menggunakan

teknologi atau menerapkan inovasi yang sudah terpilih.13

Sedangkan menurut Emil Salim, sebuah pembangunan mencakup tiga hal, yaitu :14

1. Kemajuan lahiriah seperti pangan, sandang dan perumahan, dll

2. Kemajuan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, rasa keadilan dan rasa

sehat.

12

Saul M Katz. 1989. Modernisasi Administrasi untuk Pembangunan Nasional Suatu Arahan. PT. Bina Aksan. Jakarta.

13

Opcit.hal.251.

14

Emil Salim. 1993. Pembanguna Berwawasan Lingkungan. PT. Pustaka LP3ES. Jakarta.


(28)

commit to user

15

3. Kemajuan yang meliputi seluruh rakyat sebagaimana tercermin dalam

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

Bila dilihat dari konsep komunikasi pembangunan secara luas dan terbatas, maka komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi (sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik) diantara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan; terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan dan

penilaian terhadap pembangunan.15

Sedangkan dalam arti yang sempit, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan, dan ketrampilan-ketrampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat yang dituju dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam

melaksanakan gagasan-gagasan yang disampaikan.16

Seorang ahli bernama Goran Hedebro, menyebutkan peran komunikasi

dalam pembangunan ada tiga, yaitu:17

1. Komunikasi dapat meningkatkan aspirasi yang merupakan perangsang

untuk bertindak nyata.

2. Komunikasi dapat membuat orang lebih condong untuk berpartisipasi

dalam pembuatan keputusan ditengah kehidupan bermasyarakat.

15

Zulkarimen Nasution. 2009. Komunikasi Pembangunan Pengenalan Teori Dan Penerapannya. Raja Grafindo. Jakarta. hal.106.

16

Ibid.

17

Muchamad, yuliyanto.2007. Peran Kelompok Interaktif Masyarakat (KIM) / Forum Interaktif Masyarakat (FIM) sebagai Media Komunikasi dan Resolusi Konflik dalam Pembangunan di Kota Semarang. Unpublished Thesis. Surakarta: Graduate ISIP UNS.


(29)

commit to user

16

3. Komunikasi memudahkan perencanaan dan implementasi

program-program pembangunan yang berkaitan dengan kebutuhan penduduk. Pendapat ini sesuai dengan pandangan Wilbur Schramm, yang mengatakan peran komunikasi dalam proses pembangunan sosial adalah sebagai instrumen untuk menciptakan pembaharuan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang transformatif yang selalu berubah untuk menjadi berkembang

dan progresif.18

Tugas pokok komunikasi dalam proses transformasi sosial ada tiga

macam, yaitu :19

1. Menyampaikan informasi kepada masyarakat serta menjadi forum untuk

menciptakan ruang publik yang membahas apa saja informasi yang telah diterima masyarakat.

2. Menciptakan ruang yang memberi kesempatan masyarakat ikut ambil

bagian dalam pengambilan keputusan.

3. Menciptakan social education (pendidikan sosial) bagi warga masyarakat

guna mewujudkan masyarakat terdidik yang berpandangan luas atau intelek.

18

Ibid.

19


(30)

commit to user

17

2. Perubahan Sikap sebagai Dampak Komunikasi Kesehatan

Komunikasi dilakukan karena ada tujuan dan maksud tertentu, salah satu tujuan dari komunikasi adalah mempengaruhi sikap komunikan, misalnya: perubahan pikiran, pandangan, pendapat; perubahan afeksi dan perubahan perilaku dan tindakan komunikan sebagaimana yang dikehendaki komunikator.

Dapat dikatakan bahwa komunikasi yang berdampak, sama dengan komunikasi persuasif, karena dengan komunikasi ini pesan yang disampaikan komunikator akan cepat sampai pada komunikan dan sedikit banyak akan memberikan dampak pada komunikan.

Sebagian besar komunikasi bertujuan untuk mempengaruhi audiens dengan menampilkan komunikator, rancangan pesan, media yang dapat mempersuasikan komunikan. Dan metode persuasi dapat dilakukan dengan banyak cara, misalnya kampanye, promosi, negosiasi, propaganda, periklanan, penyuluhan, dll.

Metode persuasi yang lazim digunakan oleh para Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) adalah penyuluhan. Dengan mengikuti penyuluhan yang dilakukan PLKB diharapkan masyarakat melakukan perubahan perilaku untuk mengubah perilakunya, dari yang semula tidak tertarik menjadi tertarik dan akhirnya mau untuk melakukan suatu tindakan nyata.

Dalam perubahan perilaku yang terjadi pada diri komunikan juga terdapat faktor penghalang dan faktor pendukung. Hal ini terjadi karena adanya konsekuensi yang harus dihadapi oleh komunikan, khususnya akseptor mantab MOP, yaitu tidak dapat memiliki keturunan apabila suatu saat ingin menikah lagi,


(31)

commit to user

18

selain itu kesiapan mental dari akseptor sendiri juga dapat menjadi penghalang. Maksud dari kesiapan mental adalah bagaimana seseorang mampu menghadapi konflik yang ada dalam dirinya sendiri, mengetahui bahwa setelah mengikuti MOP dia bukanlah seorang pria yang sempurna lagi.

Apabila seorang komunikan telah memahami tentang MOP berikut dengan konsekuensi yang akan didapatkan, maka dari konsekuensi tersebut akan

menjadi penguat (reinforcer) untuk memutuskan mengikuti program tersebut atau

tidak.

Hal ini seperti yang telah dinyatakan dalam Health Belief Model (HBM),

menurut Lewin`s Field Theory (1935) memperkenalkan tentang konsep barriers

(penghalang) dan facilitators (pendukung) terjadinya perubahan perilaku.20 Selain

itu pada tahun 1950 an, konsep ini disempurnakan kembali oleh para psikolog

sosial melalui U.S. Public Health Service. Mereka berpendapat bahwa perubahan

perilaku yang terjadi pada diri komunikan karena adanya konsekuensi dari perubahan perilakunya tersebut. Konsekuensi yang didapat berupa hukuman (punishment), penghargaan (reward), atau bahkan penguat (reinforcer), pendapat

tentang adanya konsekuensi terdapat dalam Stimulis Response Theory.21

Dalam Cognitive Theory mengatakan bahwa lebih mudah untuk

mempengaruhi keyakinan dan harapan atau perkiraan mengenai sebuah situasi

untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku; daripada mencoba

mempengaruhi perilaku secara langsung. Hal inilah yang juga dilakukan oleh PLKB, yaitu mempengaruhi keyakinan dan harapan dari akseptor mantab MOP

20Jones & Bartlett Publishers. 2008. Introduction To Health Behavior Theory. London.

The Department of Practice and Policy The School of Pharmacy, University of London. hal. 38.

21


(32)

commit to user

19

bahwa dengan mengikuti metode kontrasepsi tersebut akan dapat terbentuk keluarga yang sejahtera dan berkualitas.

Seperti telah diungkapkan sebelumnya, bahwa untuk dapat memutuskan mengikuti metode kontrasepsi MOP, seseorang harus memiliki keyakinan dalam dirinya bahwa dengan mengikuti program tersebut akan mendapatkan hasil yang baik, yaitu sebuah keluarga yang berkualitas dan sejahtera.

Hal ini seperti diungkapkan dalam Health Belief Model, disana

diungkapkan bahwa ada empat komponen model dalam perubahan sikap yang

dilakukan seseorang. Keempat model tersebut adalah:22 1. Perceived

Susceptibility: seberapa yakin seseorang bahwa ia memiliki masalah kesehatan

tertentu. 2. Perceived Severity: seberapa yakin seseorang akan keseriusan masalah

kesehatan yang dimiliki. 3. Perceived Benefits: seberapa yakin seseorang terhadap

hubungan/manfaat perilaku yang disarankan untuk mengurangi resiko terkait

dengan masalah kesehatan yang dimilikinya. 4. Perceived Barriers: apa saja

aspek-aspek negatif yang berpotensi menghambat seseorang untuk melakukan perilaku yang disarankan.

Selain keempat komponen model Health Belief Model, terdapat dua

model tambahan, yaitu :23Cues to Action: faktor-faktor yang membuat seseorang

berubah, atau mau berubah. Self-Efficacy: keyakinan seseorang bahwa ia akan

mampu atau berhasil untuk melaksanakan perilaku yang diperlukan untuk mendapatkan hasil.

22

Ibid.hal. 31-33.

23


(33)

commit to user

20

Dalam Health Belief Model memiliki asumsi dasar bahwa Orang percaya

atau yakin bahwa dengan melakukan suatu tindakan kesehatan spesifik yang

tersedia (available) baginya akan mencegah terjadinya penyakit. Dan yang kedua

adalah orang ingin menghindari penyakit atau ingin sembuh.

Perubahan perilaku yang dilakukan oleh komunikan dalam hal ini akseptor mantab MOP setelah mengikuti bermacam-macam penyuluhan yang dilakukan PLKB pastilah memiliki tujuan yang jelas. Tujuan utama mereka mengikuti MOP supaya mereka tidak lagi memiliki keturunan dan dapat lebih fokus untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga yang dimiliki sekarang, mulai dari masalah gizi, pendidikan, dll. Dengan adanya pemikiran yang fokus tentang masa depan dari keturunan yang dimiliki maka akan memiliki keturunan yang lebih berkualitas, memiliki ketrampilan, dan juga daya saing yang baik bagi masa depan.

Pembahasan tentang sebuah harapan dari perubahan perilaku yang

dilakukan oleh seseorang juga terdapat dalam Value-Expectancy Theory. Dalam

teori ini mengatakan bahwa terdapat tiga hal utama yang harus diperhatikan,

yaitu:24 1. Expectancy: individu percaya/yakin bahwa penambahan/peningkatan

usaha akan menghasilkan peningkatan kinerja. 2. Instrumentality: individu yakin

bahwa peningkatan kinerja akan menghasilkan hasil/imbalan yang pasti. 3.

Outcomes: individu selalu menghargai upah atau hasil (outcome/reward orienteed).

24


(34)

commit to user

21

3. Komunikasi Pembangunan dalam Keluarga Berencana

Komunikasi pembangunan dalam sektor Keluarga Berencana ini agaknya dapat disebut sebagai aktivitas yang paling serius hubungannya dengan komunikasi. Hal ini dapat dilihat dan dirasakan pada satu dekade belakangan ini kegiatan komunikasi Keluarga Berencana merupakan aktivitas yang paling gencar dan intensif dilakukan dimana saja di negara yang sedang berkembang. Ada

beberapa penyebab intensifnya kegiatan komunikasi dilapangan KB, yaitu:25

1. Belajar dari keberhasilan yang dicapai pada bidang yang lain, seperti

pertanian, pendidikan, dan sebagainya.

2. Mendesaknya prioritas masalah kependudukan bagi sebagian besar

negara yang sedang berkembang.

3. Tersedianya dana dan sumber (resources) yang bukan saja cukup, bahkan

berlimpah, dari badan-badan internasional, seperti Bank Dunia, Population Council, Rockkefeller Foundation, dsb.

Secara garis besar, kegiatan komunikasi Keluarga Berencana berkisar

pada beberapa hal yang pokok, yaitu :26

1. Menanamkan pengertian bahwa jumlah anak perlu dikendalikan atau

direncanakan.

2. Mengubah presepsi bahwa semakin banyak anak berarti bertambah

banyak rejeki.

3. Mendidikkan ketrampilan menggunakan alat kontrasepsi.

4. Mengubah sikap dan perilaku yang berkenaan dengan usia perkawinan.

25Zulkarimen Nasution. 2009. Komunikasi Pembangunan Pengenalan Teori Dan

Penerapannya. Raja Grafindo. Jakarta. hal. 178.

26


(35)

commit to user

22

Penerapan teori dan praktek komunikasi yang menyangkut implikasi sosial pertumbuhan populasi dan implikasi personel kontrasepsi, menurut Echoles

dapat dikelompokkan ke dalam tiga fase, yaitu :27

Pertama, ketika tidak ada program ataupun dukungan, pada saat orang menyadari adanya problem kependudukan dan berusaha untuk memperoleh penerimaan bagi kontrasepsi.

Kedua, adalah fase ketika suatu keluarga berencana yang terbatas dilakukan oleh sejumlah kecil orang yang membujuk klien agar datang, mendidik mereka mengenai kontrasepsi dan memberikan pelayanan kepada klien tersebut.

Ketiga, merupakan tahapan ketika program ini telah mencapai suatu fase yang memiliki program dan personil tersendiri untuk masing-masing aspek : informasi dan edukasi, penyampaian pelayanan, klinik KB dan pusat kesehatan, tindak lanjutan, latihan personil, program sosioekonomi yang mempromosikan keluarga kecil, dan studi tentang keefektivan. Pada ketiga fase tersebut, komunikasi kependudukan memainkan peranan penting bagi keberhasilan program KB secara keseluruhan.

Menurut Worral, ada enam strategi komunikasi yang berkembang di

lingkungan aktivitas KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) untuk KB, yaitu:28

1. Penggunaan saluran medis dan komunikasi tradisional. 2. Sosial Marketing.

3. Pendidikan Kependudukan. 4. Penggunaan Media Massa.

27

Ibid. hal. 179.

28


(36)

commit to user

23 5. Penggunaan insentif dan disinsentif.

6. Pengintegrasian KB ke dalam issu pembangunan yang lebih luas.

4. Petugas Lapangan Keluarga Berencana

Dalam rangka mencapai tujuan pemerintah melalui program Keluarga Berencana Nasional, pemerintah menggunakan para Petugas Lapangan Keluarga Berencana atau juga sering disebut dengan PLKB untuk dapat mencapai sasaran yang dituju. Oleh sebab itu mereka harus memiliki kemampuan, bakat, kecakapan, dan sifat kepemimpinan, disamping menjalankan kegiatan-kegiatan, fungsi dan tanggung jawab, dan hal inilah yang biasa disebut dengan kredibilitas.

Kredibilitas merupakan suatu image atau gambaran audiens mengenai

kepribadian komunikator. Seorang pendengar akan mendengarkan komunikator yang dinilai mempunyai tingkat kredibilitas tinggi yang dicirikan oleh

variabel-variabel attractiveness, motives, similarity, trustworthiness, expertness, dan origin

of the message.29 Sedangkan arti dari kredibilitas itu sendiri adalah kualitas, kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan.

Seorang Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana yang baik hendaklah memiliki kredibilitas yang baik dihadapan para audiens atau para calon akseptor yang mengikuti setiap penyuluhan yang dilaksanakan. Karena dengan memiliki kredibilitas yang baik sebagai seorang komunikator KB, maka akan dapat lebih mudah untuk mempengaruhi dan meyakinkan para komunikan untuk mau mengikuti program Keluarga Berencana yang ditawarkan.

29


(37)

commit to user

24

Hal ini serupa dengan apa yang dikemukakan Kasali bahwa sumber

kekuatan sebuah kelompok atau organisasi tidak hanya ditentukan oleh knowledge

dan expertise setiap anggotanya, tetapi keberhasilan atau kegagalan tersebut lebih

ditentukan oleh kemampuan pemimpin dalam kelompok tersebut.30

Dalam penelitian ini seorang PLKB diumpamakan sebagai seorang pemimpin dalam sebuah organisasi. Selain bertugas untuk menyampaikan pesan tentang program Keluarga Berencana Nasional, Para PLKB juga memiliki tugas sebagai motivator bagi masyarakat. Maka disini seorang PLKB juga memiliki tanggung jawab yang besar akan keberhasilan atau kegagalan dari penyampain pesan yang dilakukan kepada audiens.

Dengan tugas sebagai seorang motivator maka PLKB memiliki tujuan, yaitu guna mempengaruhi cara berfikir, bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki oleh BKKBN. Hal serupa juga terjadi dalam kegiatan komunikasi, yaitu bertujuan untuk menimbulkan suatu perubahan-perubahan, baik perubahan pengetahuan, sikap, dan tingkah laku. Untuk itu apakah dengan adanya Petugas Lapangan Keluarga Berencana dapat menciptakan

perubahan-perubahan tersebut, terutama dalam hal pengetahuan dan

pengaplikasian kedalam kehidupan sehari-hari.

Penyampaian pesan dari para Petugas Lapangan Keluarga Berencana ini dapat dilakukan dengan cara penyuluhan-penyuluhan di Puskesmas ataupun juga di Kelurahan-kelurahan tempat para PLKB ditempatkan. Selain dengan cara penyuluhan secara bersama-sama, para PLKB juga melakukan pendekatan secara

30

Muktiyo, Widodo. 2010. Menjadi Profesional dan Komunikatif di Kantor. Surakarta: Citra Emas Press. hal. 100.


(38)

commit to user

25

lebih personal kepada masyarakat dengan cara kunjungan ke setiap rumah disetiap kelurahan.

Penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh para PLKB menggunakan

sistem KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi).31 Untuk dapat memahami tentang

pengertian KIE maka penulis akan menjabarkan pengertiannya secara satu persatu, dimulai dari pengertian komunikasi, komunikasi disini lebih menitik beratkan pada komunikasi kesehatan. Komunikasi kesehatan adalah usaha sistematis untuk mempengaruhi perilaku positif dimasyarakat, dengan menggunakan prinsip dan metode komunikasi baik menggunakan komunikasi pribadi maupun komunikasi massa. Informasi adalah keterangan, gagasan maupun kenyataan yang perlu diketahui masyarakat (pesan yang disampaikan).

Edukasi adalah proses perubahan perilaku ke arah yang positif. Pendidikan

kesehatan merupakan kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan karena merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan.

Telah disebutkan diatas bahwa tugas dari PLKB adalah hanya sebagai motivator, dalam memberikan motivasi ini para PLKB melakukannya dengan cara

konseling. Ada beberapa jenis konseling KB, yaitu :32

a. Konseling Awal

1. Bertujuan menentukan metode apa yang diambil.

2. Bila dilakukan dengan objektif langkah ini akan membantu klien

untuk memilih jenis KB yang cocok untuknya.

31 Rafless Bencoolen.2011. KIE dalam Pelayanan KB.Jakarta. 32


(39)

commit to user

26

Yang perlu diperhatikan dalam langkah ini :

1. Menanyakan langkah yang disukai klien.

2. Apa yang diketahui tentang cara kerjanya, kelebihan dan

kekurangannya.

b. Konseling Khusus

1. Memberi kesempatan untuk bertanya tentang cara KB dan

membicarakan pengalamannya.

2. Mendapatkan informasi lebih rinci tentang KB yang

diinginkannya.

3. Mendapatkan bantuan untuk memilih metoda KB yang cocok dan

mendapatkan penerangan lebih jauh tentang penggunaannya.

c. Konseling Tindak Lanjut

1. Konseling lebih bervariasi dari konseling awal.

2. Pemberi pelayanan harus dapat membedakan masalah yang serius

yang memerlukan rujukan dan masalah yang ringan yang dapat diatasi di tempat.

Sedangkan tahapan konseling yang dilakukan oleh para Petugas

Lapangan Keluarga Berencana ada enam tahap, yaitu :33

a. Kegiatan KIE

1. Sumber informasi pertama tentang jenis alat atau metode KB dari

petugas lapangan KB.

33


(40)

commit to user

27

2. Pesan yang disampaikan :

· Pengertian dan manfaat KB bagi kesehatan dan kesejahteraan

keluarga.

· Proses terjadinya kehamilan pada wanita (yang kaitannya

dengan cara kerja dan metode kontrasepsi).

· Jenis alat atau metode kontrasepsi, cara pemakaian, cara

kerjanya serta lama pemakaian.

3. Kegiatan Bimbingan

· Tindak lanjut dari kegiatan KIE dengan menjaring calon

peserta KB.

· Tugas penjaringan : memberikan informasi tentang jenis

kontrasepsi lebih objektif, benar dan jujur sekaligus meneliti apakah calon peserta memenuhi syarat.

· Bila iya rujuk ke KIP/K

b. Kegiatan Rujukan

1. Rujukan calon peserta KB, untuk mendapatkan pelayanan KB.

2. Rujukan peserta KB, untuk menindaklanjuti komplikasi.

c. Kegiatan KIP/K(Komunikasi Interpersonal / Kelompok)

Dalam kegiatan KIP/K terdiri atas beberapa tahapan yaitu :

1. Menjajaki alasan pemilihan alat

2. Menjajaki apakah klien sudah mengetahui atau paham tentang

alat kontrasepsi tersebut.


(41)

commit to user

28

4. Bila belum, berikan informasi.

5. Memberi klien kesempatan untuk mempertimbangkan pilihannya

kembali.

6. Membantu klien mengambil keputusan.

7. Beri klien informasi, apapun pilihannya, klien akan diperiksa

kesehatannya.

8. Hasil pembicaraan akan dicatat pada lembar konseling.

d. Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi

1. Pemeriksaan kesehatan : anamnesis dan Px. Fisik .

2. Bila tidak ada kontra indikasi pelayanan kontrasepsi dapat

diberikan.

3. Untuk kontrasepsi jangka panjang perlu inform consent.

e. Kegiatan Tindak Lanjut

Petugas melakukan pemantauan keadaan peserta KB dan diserahkan kembali kepada PLKB. Dalam melakukan tugasnya para Petugas Lapangan Keluarga Berencana berpedoman pada “10 Langkah

Kerja PLKB/PKB”.34 Kesepuluh langkah tersebut adalah :

1. Pendekatan Tokoh Formal

Menumbuhkan hubungan kerjasama dengan para tokoh formal seperti Camat, Kepala Desa atau Kelurahan untuk mendapatkan dukungan operasional sesuai dengan peran masing-masing.

34 Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Propinsi Jawa Tengan. Buku Kerja


(42)

commit to user

29

2. Pendataan dan Pemetaan

Suatu proses kegiatan-kegiatan pengumpulan, pencatatan,

pengolahan, penganalisaan dan penyajian data yang bertujuan untuk mengetahui situasi wilayah kerja sebagai bahan perencanaan penggarapankegiatan KB.

3. Pendekatan Tokoh Informal

Melakukan hubungan kerjasama dengan tokoh informal seperti tokoh agama, adat dan tokoh pemuda agar mereka memberikan komitmen, dukungan operasional dan peran aktif dalam pelaksanaan program KB Nasional.

4. Pembentukan Kesepakatan

Suatu proses yang dilakukan secara sistematis untuk mencapai kesepakatan politis dan teknis penggarapan program KB Nasional dari para tokoh formal dan informal.

5. Pemantapan Kesepakatan

Suatu proses untuk memantapkan tokoh formal dan informal agar berperan aktif sesuai dengan hasil kesepakatan yang telah diputuskan bersama dalam rakor KB.

6. KIE oleh Tokoh Masyarakat

Mempersiapkan tokoh masyarakat dalam rangka menanamkan pengertian dan peningkatkan pengetahuan, ketrampilan agar mampu melaksanakan Program KBN sesuai dengan kondisi daerah.


(43)

commit to user

30

7. Penteladanan atau Pembentukan Group Pelopor

Suatu kegiatan menyeleksi dan memotivasi keluarga agar menjadi teladan atau kader dan berperan aktif dalam pengelolaan Program KB Nasional.

8. Pelayanan KB

Suatu proses kegiatan yang dilakukan dalam mempersiapkan pelayanan teknis kepada sasaran, sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan oleh keluarga baik yang menyangkut kegiatan PUP (Pendewasaan Usia Perkawinan), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga.

9. Pembinaan Keluarga

Pembinaan keluarga melalui kegiatan membimbing, mengarahkan, mengaktifkan serta mengembangkan keluarga dalam melaksanakan fungsi-fungsi keluarga melalui pembinaan kepada tokoh masyarakat dan institusi masyarakat.

10.Pencatatan, Pelaporan, dan Evaluasi

Kegiatan mencatat, melaporkan, dan mengevaluasi hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan disetiap wilayah sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku.

B. Penelitian yang Relevan

Sampai saat ini telah banyak penelitian yang bertemakan tentang “PLKB”, mulai dari sistem kerja PLKB, keanggotaan PLKB, kinerja PLKB di masyarakat. Seperti pada tesis Tetty Susanty Sinaga tahun 2010 yang berjudul


(44)

commit to user

31

faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Terhadap PLKB. Faktor-faktor yang dibahas diantaranya adalah media promosi yang digunakan oleh PLKB, cara menyampaikan informasi kepada masyarakat, dan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Hampir sama dengan tesis Tetty Susanty Sinaga, tesis Haniva Isti yang berjudul Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Cara Pendekatan yang Dilakukan PLKB (Studi di Kelurahan Sekaran Gunung Pati, Semarang), juga membahas tentang cara-cara yang dilakukan oleh PLKB untuk menarik minat masyarakat untuk mengikuti program KB.

Jurnal penelitian yang berjudul “Broadcast Media in Family Planning

Matters in Rural Nigeria: The Ebelle Scenario” , yang ditulis oleh Osakue

Stevenson Omoera, tahun 2010.35 Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

radio dan televisi, dengan program tertentu telah membentu dalam penyebaran informasi yang relevan tentang Keluarga Berencana di pedesaan. Disana juga dikatakan bahwa media penyiaran harus dikerahkan secara besar-besaran untuk menyebarkan pesan-pesan yang relevan, seperti macam-macam alat kontrasepsi, ukuran KB, MOW, penyakit menular kelamin, gizi buruk, dan hal-hal lain yang dapat berpotensi menghambat kesejahteraan keluarga. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk kemajuan keluarga di pedesaan Nigeria.

Selanjutnya adalah dari jurnal penelitian yang berjudul “ Factors

influencing the choice of family planning among couples in Southwest Nigeria”,

35Osakue Stevenson Omoera. 2010.Broadcast Media in Family Planning Matters in


(45)

commit to user

32

yang dipublikasikan oleh OLAITAN, Olukunmi Lanre, 17 Juni 2011.36 Dalam

penelitian ini disimpulkan bahwa norma, status sosial ekonomi, agama dan budaya tidak mempengaruhi pemilihan pasangan dan keterlibatan mitra menuju pilihan perencanaan secara signifikan mempengaruhi pilihan Keluarga Berencana diantara pasangannya. Setiap pasangan harus memiliki informasi tentang pentingnya pilihan KB sehingga untuk meningkatkan kesehatan reproduksi mereka dan ekonomi, standart hidup untuk mengurangi kematian ibu, dan kehamilan yang tidak diinginkan.

Jurnal yang ketiga berasal dari jurnal penelitian yang berjudul “The

Impact of Mass Media in Using Contraceptives among Married Males-A study from Hatiya VDC of Makawanpur, Nepal”, tahun 2010.37 Disini disimpulkan bahwa media massa, yaitu media cetak dan elektronik merupakan alat promosi yang efektif untuk menyampaikan pesan tentang Keluarga Berencana, mereka menjadi termotivasi untuk membahas masalah alat kontrasepsi dengan pasangannya. Selain itu pemilihan media untuk mendukung penyampaian pesan harus tepat, agar dapat menjangkau khalayak yang besar. Selain itu juga harus ada saluran pendukung, seperti media cetak dan komunikasi inter personal. Hal ini juga sangat memiliki hubungan yang positif dengan usia, tingkat pendidikan, pendapatan, persetujuan mitra, dan membahas rencana keluarga dengan pasangan.

36

Olaitan, Olukunmi Lanre. 2011. Factors influencing the choice of family planning among couples in Southwest Nigeria. Department of Human Kinetics and Health Education, University of Ilorin, Ilorin, Kwara State, Nigeria.

37Srijana Pandey and Supendra Karki. 2010. The Impact of Mass Media in Using

Contraceptives among Married Males-A study from Hatiya VDC of Makawanpur. Department of Community Medicine, KIST Medical College, Imadol, Lalitpur, Nepal.


(46)

commit to user

33

Yang keempat berasal dari jurnal internasional yang berjudul“ The

Involvement of Men in Family Planning An Application of Transtheoretical Model in Wolaita Soddo Town South Ethiopia”, yang dipublikasikan 15 Maret 2010.38 Disini menyatakan bahwa tujuan menilai keterlibatan orang dalam preferensi fertilitas dan kontrasepsi, maka dapat disimpulkan bahwa kurang lebih 96% responden sudah mengetahui dan akrab paling tidak dengan satu alat kontrasepsi. Perilaku pria dalam tahap menggunakan metode KB pria 26,7%.

Yang kelima adalah jurnal penelitian yang berjudul “Effective

organizational communication: a competitive advantage” yang dipublikasikan

oleh HR Magazine, Minggu, 1 Desember 2008.39 Disini disimpulkan bahwa, saat

sekarang ini untuk mencapai komunikasi yang efektif dalam dunia bisnis bukanlah sesuatu yang mudah. Komunikasi yang transparan ditempat kerja, kepercayaan dan rasa saling menghargai antara karyawan dan manajemen senior, serta penggunaan saluran komunikasi yang tepat untuk memfasilitasi top-down dan keatas komunikasi dalam perusahaan dan keterbukaan untuk pendapat para karyawan.

C. Kerangka Pikir

Pembangunan sebagai upaya peningkatan kesejahteraan dan

kemakmuran yang merata telah mewajibkan pemerintah sebagai penyelenggara negara untuk lebih berperan aktif dalam memberikan pelayanan yang lebih baik

38W. Abraham, A. Adamu and D. Deresse. 2010. The Involvement of Men in Family

Planning An Application of Transtheoretical Model in Wolaita Soddo Town South Ethiopia. Faculty of Medicine, Hawassa University College of Health Sciences, Ethopia.

39HR Magazine. 2008. Effective organizational communication: a competitive


(47)

commit to user

34

terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Pada saat sekarang ini, masalah pertumbuhan penduduk yang sangat pesat seharusnya menjadi perhatian utama bagi pemerintahan Indonesia. Dengan adanya permasalahan ini, maka pemerintah pusat mengaktifkan kembali Program Keluarga Berencana, program ini sebenarnya pernah mencapai kesuksesannya pada saat orde baru, tetapi bangsa Indonesia tidak dapat mempertahankan apa yang telah diraih.

Dengan menghidupkan kembali Program Keluarga Berencana Nasional maka diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan penduduk dan masyarakat Indonesia menjadi sadar akan pentingnya sebuah keluarga yang sejahtera dan berkualitas. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa penduduk merupakan modal utama bagi kemajuan pembangunan suatu bangsa. Apabila suatu bangsa memiliki penduduk yang berkualitas maka penduduk bangsa tersebut benar-benar menjadi modal yang baik. Tetapi apabila penduduk yang dimiliki banyak namun tidak berkualitas maka hanya akan menjadi hambatan bagi suatu negara untuk bergerak maju, menuju pembangunan yang lebih baik.

Program-program Keluarga Berencana yang ditawarkan diantaranya ada berbagai macam alat kontrasepsi yang dapat dipilih sesuai dengan keinginan akseptor. Terdapat beberapa jenis dan teknik kontrasepsi yang sering digunakan di Indonesia dan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yakni: 1. Kontrasepsi Hormonal, yang terdiri dari pil KB, suntikan, dan implant. 2. Kontrasepsi Non Hormonal, terdiri dari kondom, IUD, tissue KB. 3. Metode Operasi, terdiri dari MOP (vasektomi) dan MOW (tubektomi). 4. Metode Alamiah, terdiri dari pantang berkala, senggama terputus, dan ASI eksklusif (MAL).


(48)

commit to user

35

Dari bermacam-macam jenis dan teknik kontrasepsi yang sering digunakan di Indonesia, teknik kontrasepsi dengan Metode Oprasi Pria atau juga

sering disebut dengan vasektomi sangat sulit untuk berkembang dan sangat tidak

diminati oleh para kaum pria. Tetapi anggapan semacam ini tidak berlaku di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta.

Di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari selama tahun 2011 tercatat

ada sebanyak tiga orang yang mengikuti program vasektomi, dan jumlah ini

merupakan jumlah terbanyak apabila dibandingkan dengan kelurahan-kelurahan yang lain yang ada di Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta.

Melalui pencapaian yang dilakukan oleh Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana Kelurahan Gilingan inilah, maka Kelurahan gilingan menjadi kelurahan yang memiliki akseptor KB mantap MOP paling banyak. Sebenarnya langkah apa saja yang dilakukan oleh PLKB Kelurahan Gilingan sehingga mampu untuk meyakinkan akseptornya untuk mau mengikuti MOP. Disini penulis akan melihat dari segi komunikasi kesehatan yang dilakukan oleh seorang PLKB, sampai pada akhirnya mampu untuk mempengaruhi seseorang untuk merubah


(49)

commit to user


(50)

commit to user

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah lokasi atau tempat atau hal obyek yang akan diteliti. Penelitian harus mengungkapkan alasan yang logis berkenaan dengan

pemilihan lokasi atau tempat, hal atau obyek yang menjadi sasaran penelitian.40

Disini penulis mengambil lokasi penelitian di Kelurahan Gilingan Kecamatan Banjarsari Kotamadya Surakarta. Karena berdasarkan data yang penulis dapatkan kelurahan ini menduduki peringkat pertama dari 13 kelurahan yang ada di Kecamatan Banjarsari. Selain itu para akseptor mantap MOP sepanjang tahun 2011 merupakan akseptor terbanyak sekota Surakarta, yaitu tiga orang. Dan untuk akseptor MOW di Kelurahan Gilingan merupakan akseptor terbanyak sekecamatan Banjarsari, yaitu lima orang.

Selain alasan tersebut, masih banyak alasan lain mengapa penulis memilih lokasi Kelurahan Gilingan. Alasannya adalah sebagai berikut : 1. Dukungan kepala kelurahan dan perangkat kelurahan sangat baik, hal ini terbukti dengan selalu hadirnya kepala kelurahan untuk mendampingi PLKB dalam melakukan sosialisasi KB ditingkat RT/RW. 2. Adanya dukungan dari LPMK dan tokoh masyarakat yang baik pula, hal ini terbukti dengan dimasukkannya anggaran alokasi Dana Pembangunan Kelurahan (DPK) untuk kegiatan sosialisasi KB dan kelompok Prio Utomo “Jalu Sejati”.3. Adanya komitmen PLKB dalam

40

Buku Pedoman Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Slamet Riyadi Surakarta, 1997, hal. 31.


(51)

commit to user

37

membawa program KB, maksudnya adalah melakukan sosialisasi KB ditingkat basis RT/RW pada pertemuan ibu-ibu dan bapak-bapak dengan waktu diluar jam kerja. 4. Keberadaan kelompok KB Prio Utomo “Jalu Sejati”, kelompok tersebut menjuarai lomba ditingkat kota Surakarta, dan saat ini mewakili kota Surakarta maju di tingkat provinsi Jawa Tengah. dikota Surakarta hanya ada dua kelompok Prio Utomo yang masih bertahan tanpa adanya dukungan dana dari pemerintah, yakni Kelurahan Gilingan dan Kelurahan Serengan. 5. Swadaya dan partisipasi masyarakat Gilingan sangat baik dan mendukung program KB.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif dengan

wawancara mendalam (indepth interview), dengan menggunakan metode

deskriptif.

Penelitian deskriptif kualitatif menurut Suripan Sadi Hutomo memiliki arti bahwa seorang peneliti harus mencatat segala macam fenomena yang dilihat,

didengar, dan dibaca setelah itu peneliti harus mengkombinasikan,

mengabstraksikan dan menarik kesimpulan.41

Pokok permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah komunikasi kesehatan yang dilakukan oleh Penyuluh Lapangan Keluarga (PLKB) Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari sehingga dapat mempengaruhi perilaku masyarakat khususnya kaum laki-laki untuk menjadi akseptor mantap MOP.

41Burhan, Bungin. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis Ke


(52)

commit to user

38

C. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari penelitian dilapangan, berupa sejumlah keterangan dan informasi tentang permasalahan yang diteliti, dimana pihak yang memberikan informasi adalah pihak yang dapat dipercaya oleh penulis. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari PLKB Kelurahan Gilingan dan para akseptor mantab MOP yang ada di Kelurahan Gilingan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah suatu data yang telah diolah oleh suatu pihak. Ini merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau data yang diperoleh dari dokumen atau arsip, bahan pustaka, laporan dan sebagainya yang berkaita. Dalam penelitian ini data sekunder di dapatkan dari tabel statistik, buku pedoman PLKB, dokumen-dokumen, dan sebagainya yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti di lokasi penelitian.

Berdasarkan jenis datanya, maka dalam penelitian ini sumber datanya juga dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a) Sumber Data Primer

Yang menjadi sumber data primer adalah pihak-pihak yang terkait langsung dalam permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini adalah Petugas Lapangan Keluarga Berencana dan atau staf, Kelurahan Gilingan, kader KB,


(53)

commit to user

39

para akseptor mantab MOP, serta semua pihak yang berhubungan dengan penelitian ini.

b) Sumber Data Sekunder

Yang menjadi sumber data sekunder adalah sejumlah data yang diperoleh dari studi pustaka termasuk didalamnya literatur, peraturan perundang-undangan, bahan presentasi PLKB, leflet, brosur, dokumen-dokumen yang melengkapi sumber data primer yang dalam hal ini berhubungan dengan obyek penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a) Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan penelitian yang dilakukan secara langsung dilapangan untuk mendapatkan hasil penelitian yang sebenarnya dari obyek yang diteliti. Studi lapangan ini dilakukan dengan cara :

1) Observasi

Merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung dari objek penelitian. Disini penulis melakukan pengamatan diwilayah Kelurahan Gilingan, dimana wilayah ini merupakan lokasi yang menjadi sasaran

lokasi penelitian. Hal ini dilakukan penulis dengan cara pengamatan,

pencatatan yang kemudian disajikan secara sistematis dengan menggambarkan obyek yang diteliti.


(54)

commit to user

40

Pengamatan yang penulis lakukan dimulai dari penyuluhan yang dilakukan PLKB secara umum, kemudian pendekatan yang lebih personal sampai beberapa kali kunjungan, ikut terlibat pada saat eksekusi, dan yang terakhir adalah kunjungan pasca tindakan operasi dilakukan.

2) Wawancara / interview

Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab lisan, dimana terdapat dua orang atau lebih yang sedang berhadapan secara fisik. Wawancara dilakukan sendiri oleh penulis secara terbuka dengan memberikan pertanyaan kepada pihak yang terkait dan terpercaya.

Untuk langkah awal tentunya penulis melakukan wawancara dengan petugas PLKB Kelurahan Gilingan, kemudian dengan pihak kelurahan Gilingan, dan yang tidak kalah penting adalah wawancara dengan para akseptor mantap MOP.

b) Studi Kepustakaan

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan menganalisa semua data yang mendukung penelitian yang penulis lakukan. Yang dimaksud dengan data pendukung adalah bahan-bahan presentasi yang dibuat oleh PLKB pada saat melakukan penyuluhan, leflet, brosur, serta artikel yang terkait dengan pokok permasalahan yang penulis teliti.


(55)

commit to user

41

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data memegang peranan penting dimana data yang sudah terkumpul dapat dipertanggungjawabkan sehingga menghasilkan jawaban dari permasalahan. Analisa data dalam penelitian ini dikerjakan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif sebenarnya merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang nyata, yang diteliti

dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.42

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisa data model interaktif. Maksudnya adalah model analisis yang dilakukan dengan menyusun data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Kegiatan tersebut dilakukan secara terus menerus, diulang-ulang sehingga membentuk siklus yang

memungkinkan menghasilkan kesimpulan akhir yang memadai.43

42 Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. UI Press. hal. 250 43 H.B.Sutopo.1999. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta. Pusat Penelitian UNS. hal.8.

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data


(56)

commit to user

42

Data yang sudah terkumpul akan diolah atau dianalisis melalui tiga tahap,

yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan 44kesimpulan. Dilakukan pula

siklus diantara tahap-tahap tersebut sehingga data yang terkumpul akan berhubungan dengan yang lain secara sistematis.

Tahap-tahap ini tidak harus urut, misalnya kita memperoleh data yang sudah lengkap tanpa direduksi data dapat langsung kita sajikan, dan apabila kita sampai pada penarikan kesimpulan mengalami kesulitan karena data kurang, kita dapat mengulang mengumpulkan data. Dapat dilakukan tahap yang satu dengan yang lain tidak harus urut.


(1)

commit to user

75

“ …walaupun penjelasan mengenai MOP sudah pernah saya dengar dan saya dapat dari media lainnya,namun penjelasan yang diberikan oleh petugas PLKB lebih jelas dan juga saya mempunyai kesempatan untuk bertanya…”

“ ..penjelasan yang diberikan sangat menguntungkan, saya merasa mitos-mitos yang saya dengar mengenai MOP tidak semuanya benar…”

Dari jawaban yang diberikan oleh responden terlihat bahwa informasi mengenai program KB dengan menggunakan alat kontrasepsi MOP baik mengenai peran suami dalam program KB, kelebihan dan kekurangan MOP dapat diterima dan dapat membuka wawasan responden mengenai MOP.

3. Faktor Media Yang Digunakan

Penggunaan media berkaitan dengan jumlah pertemuan yang dilakukan antara petugas PLKB dengan responden. Dari hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa pertemuan hanya dilakukan 2-3 kali dalam satu minggu di satu wilayah. Hal ini merupakan salah satu hambatan yang dijumpai dalam pelaksanaan penyuluhan.

“ …penyuluhan dalam satu wilayah hanya dilakukan antara 2 -3 kali dalam satu minggu, luasnya wilayah yang harus dicover menjadikan pertemuan yang minim…”

“ …betul pertemuan hanya dilakuakn 2-3 kali dalam satu minggu, hal ini merupakan salah satu hambatan dalam penyampaian materi atau informasi…”

“ …luas wilayah yang menjadi tanggungjawab petugas PLKB sangat luas, sehingga pertemuan dengan responden hanya disampaikan 2-3 kali dalam satu minggu…

Keterbatasan waktu pertemuan yang hanya 2-3 kali dalam satu minggu merupakan hambatan, namun hal tersebut dapat diatasi dengan efektifitas dan


(2)

commit to user

76

efisiensi dalam pertemuan yang dilakuakan. Selain penyampaian yang dilakuakan dengan metode persuasif dan memberikan contoh serta gambaran yang didapat dengan menggunakan alat kontrasepsi MOP merupakan salah satu pendorong responden untuk mengikuti program KB MOP.

“ …..petugas memberikan contoh dan gambaran mengenai keuntungan MOP, terutama yang berkaitan dengan masa depan anak, hal tersebut menjadikan saya semakin mantab untuk mengikuti MOP, selain itu pertimbangan ekonomi juga menjadi faktor pendorong…”

“ …masa depan anak, faktor ekonomi dan pentinganya melakukan program KB. Selain itu penyampaian yang tidak memaksa dan hanya memberikan contoh gambaran keuntungan dan kelemahan dari MOP merupakan faktor pendorong bagi diri saya…”

“ …petugas menyampaikan dengan memberikan contoh mengenai program MOP, selain itu penyampaian materi yang juga membahas keuntungan secara ekonomi, dan masa depan anak menjadi pertimbangan saya untuk menjadikan MOP pilihan…”

Mengenai pemilihan media yang digunakan sebagai besar petugas PLKB menggunakan media alat peraga dan gambar, yang membedakan hanya penyampaian dan bahasa yang digunakan yang disesuaikan dengan kondisi responden yang dihadapi.


(3)

commit to user

77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan maka terdapat beberapa kesimpulan yang dapat peneliti simpulkan, yaitu bahwa komunikasi kesehatan yang dilakukan oleh PLKB (Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana) Kelurahan Gilingan yaitu dengan menggunakan dua cara, yang pertama adalah dengan cara penyuluhan yang diadakan secara rutin pada setiap pertemuan tingkat RT/RW yang diadakan di Kelurahan Gilingan. Cara yang kedua adalah dengan cara komunikasi interpersonal, yaitu dilakukan dengan cara kunjungan secara intensif kerumah calon akseptor.

Pada saat penyuluhan secara umum yang dilakukan oleh PLKB setiap pertemuan bapak-bapak, PLKB menjelaskan secara garis besar tentang pengertian, kelebihan, kekurangan tentang vasektomi (MOP). Dari setiap penyuluhan yang dilakukan PLKB Kelurahan Gilingan selalu menyebarkan brosur kepada peserta penyuluhan, dan dalam brosur tersebut dilengkapi dengan contact person yang dapat dihubungi.

Dari brosur yang disebarkan oleh PLKB tersebut maka akan berlanjut pada komunikasi kesehatan yang kedua, yaitu komunikasi interpersonal. Setelah merasa tertarik dengan apa yang dipaparkan dalam penyuluhan maka para calon akseptor akan menghubungi petugas PLKB tersebut untuk membuat janji bertemu


(4)

commit to user

78

secara lebih pribadi. Setelah melakukan beberapa kali kunjungan pada tiga orang akseptor KB mantab MOP tersebut maka mereka bertiga memutuskan bersedia untuk menjadi akseptor MOP.

Melalui uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi kesehatan secara interpersonal, melalui kunjungan kerumah akseptor secara rutin dan membina kedekatan dengan mereka merupakan cara yang efektif untuk dapat mempengaruhi dan membuat mereka untuk dapat melakukan tindakan nyata menjadi akseptor vasektomi. Dari pengakuan para akseptor, alasan mereka mau menjadi akseptor MOP karena mereka sangat percaya pada PLKB yang selalu setia memberikan pengarahan dan melakukan pendampingan dengan penuh tanggung jawab. Selain itu para akseptor juga melihat bahwa PLKB yang ada di Kelurahan Gilingan ini memiliki kredibilitas yang tinggi dan setiap hal yang dilakukan oleh PLKB mendapat dukungan penuh dari pihak kelurahan. Hal ini bukan berarti PLKB Kelurahan Gilingan tidak menemui hambatan dalam penyuluhan yang dilakukan di lapangan.

Hambatan utama menurut PLKB adalah meluruskan pemahaman masyarakat tentang vasektomi, karena masyarakat telah sangat terpengaruh dengan mitos tentang vasektomi yang ada selama ini.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Penerapan teori dan praktek komunikasi yang menyangkut implikasi sosial pertumbuhan populasi dan implikasi personel kontrasepsi seperti yang telah


(5)

commit to user

79

dinyatakan dalam Health Belief Model (HBM), menurut Lewin`s Field Theory (1935) memperkenalkan tentang konsep barriers (penghalang) dan facilitators (pendukung) terjadinya perubahan perilaku. Selain itu pada tahun 1950an, konsep ini disempurnakan kembali oleh para psikolog sosial melalui U.S. Public Health Service. Mereka berpendapat bahwa perubahan perilaku yang terjadi pada diri komunikan karena adanya konsekuensi dari perubahan perilakunya tersebut. Konsekuensi yang didapat berupa hukuman (punishment), penghargaan (reward), atau bahkan penguat (reinforcer), pendapat tentang adanya konsekuensi terdapat dalam Stimulis Response Theory.

Hal ini sesuai dengan apa yang yang terjadi di Kelurahan Gilingan, semua yang dilakukan oleh PLKB sangat sesuai dengan Health Belief Model (HBM), menurut Lewin`s Field Theory. Mulai dari awal penyuluhan PLKB selalu menekankan pada konsekuensi apa yang akan diperoleh para akseptor KB mantab MOP.

2. Implikasi Praktis

Dalam penelitian ini telah membuktikan bahwa untuk dapat membujuk seseorang agar mau untuk menjadi akseptor KB mantab MOP tidak cukup hanya dengan menggunakan penyuluhan. Penyuluhan dapat dilakukan pada setiap kegiatan yang dilakukan di RT/RW dan pada penyuluhan itu PLKB hanya memberi gambaran secara garis besar saja.

Untuk dapat merubah perilaku akseptor penggunaan komunikasi persuasif secara interpersonal terbukti sangat efektif. Dengan melakukan


(6)

commit to user

80

pendekatan secara intensif maka perubahan perilaku dapat terjadi dengan cepat. Sehingga dari penyuluhan secara umum dapat menimbulkan minat para akseptor terhadap MOP, setelah timbul minat maka komunikator dalam hal ini PLKB harus melakukan komunikasi interpersonal agar perubahan perubahan perilaku dapat terealisasi.

C. Saran

Beberapa saran yang dapat penulis berikan berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan ini adalah sebagai berikut :

1. Kepada komunikator, dalam hal ini PLKB, diharapkan lebih

gencar lagi untuk melakukan kegiatan sosialisasi tentang va sektomi atau MOP kepada masyarakat. Dengan adanya penyuluhan dan penyebaran brosur yang dilakukan sudah cukup untuk dapat menarik minat para calon akseptor. Tetapi tidak hanya cukup sampai pada minat saja, pendekatan secara interpersonal harus lebih giat lagi dilakukan agar perubahan sikap dapat segera terealisasi dan akhirnya para peserta KB mantab MOP semakin bertambah peminatnya.

2. Pemerintah dapat lebih membuka diri terutama terhadap informasi

mengenai peningkatan progam-program yang sedang dilaksanakan baik pelaksanaan maupun dampak yang dirasakan oleh masyarakat secara langsung.