commit to user
35
BAB III POTENSI WISATA KERAJINAN TENUN GOYOR
DESA SAMBIREMBE
A. Pengrajin Tenun Goyor Di Desa Sambirembe
Kerajinan tenun Goyor ATBM di dukuh Wonosari, Desa Sambirembe Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen sudah ada sejak tahun 1960-an. Pada
saat itu kerajinan tenun goyor masih sedikit pengrajinnya hanya ada beberapa keluarga yang membuat kerajinan tersebut. Kerajinan tenun goyor pada saat itu
hanya di pasarkan atau di jual dalam sekala kecil yaitu di jual di pasar-pasar tradisional di sekitar desa.Ada juga beberapa keluarga yang hanya menjadi buruh
tenun oleh juragan Solo pada saat itu. Lama kelamaan kerajinan ini mulai banyak diproduksi oleh masyarakat sebagai home industri dan kini berkembang menjadi
sentra yang dinamis. Produksi masyarakat pada saat itu hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, seiring berjalannya waktu hasil produksinya pun dapat diterima
oleh konsumen di daerah lainnya. Produk utama yang dihasilkan pada sentra ini adalah sarung kembang
atau sering disebut sebagai sarung goyor. Goyor adalah salah satu kain sarung yang dibuat menggunakan alat tenun bukan mesin ATBM .Mengapa disebut
Sarung Goyor hal ini dikarenakan Goyor dalam bahasa Jawa artinya lembek karena jika digunakan kainnya jatuh,lembek tidak kaku makanya disebut Sarung
Goyor . Adapula yang menyebut kain Pyur artinya pun sama. Jenis kain yang
commit to user
adem ini jika tentu cocok untuk masyarakat Indonesia yang berada di kawasan
tropis yang bersuhu panas.
Penyebutan ini berkaitan dengan proses produksi yang dilakukan yaitu sebelum benang ditenun terlebih dahulu diikat, sehingga benang yang tidak diikat
akan terkena warna sesuai dengan design dan pola yang dikehendaki. Pola atau gambar yang digunakan bermotif bunga kembang dengan susunan tetris atau
berbalok-balok. Sarung ini juga mempunyai kelenturan tersendiri dan tidak mudah kusut sehingga masyarakat menyebutnya sebagai sarung goyor.
Alat produksi sarung goyor dikerjakan menggunakan tenun tradisional ATBM yang sering disebut juga dengan tenun tok-klek karena bunyi-bunyian
yang dihasilkan. Bahan bakunya menggunakan benang rayon yang diimpor dari Cina dan India dengan ketebalan 602 dan 402. Desa Sambirembe saat ini
terdapat banyak orang pengrajin yang bekerja secara mandiri dengan ATBM yang beroperasi. Kondisi ini masih jauh lebih baik dibandingkan pada masa kejayaan
sarung goyor yaitu saat terjadinya krisis moneter sekitar tahun 1995 – 1999.
B. Potensi Wisata Desa Sambirembe