23
melaksanakan suatu bidang urusan pemerintahan, maka ia dapat dianggap berkedudukan sebagai Badan atau Pejabat TUN.
53
Perlu untuk diperhatikan bahwa tidak selalu tindakan hukum dari Badan atau Pejabat TUN merupakan tindakan hukum TUN, tetapi tindakan
hukum dari Badan atau Pejabat TUN yang menimbulkan akibat hukum mengenai urusan pemerintahan saja yang merupakan tindakan hukum
TUN.
54
Dari penjelasan di atas untuk menentukan siapa yang harus digugat dengan adanya wewenang yang ada pada jabatan Tata Usaha Negara
selanjutnya disebut jabatan TUN, harus diketahui lebih dahulu apakah wewenang tersebut merupakan delegasi atau mandat. Apabila bersifat
mandat maka yang harus digugat adalah jabatan TUN yang memberikan mandat sedangkan jika bersifat delegasi yang harus digugat adalah jabatan
TUN yang menerima delegasi tersebut.
2.3.2 Objek Sengketa TUN
Objek sengketa TUN adalah keputusan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN.
55
Pada Pasal 1 angka 3 UU PTUN menyatakan bahwa: “KTUN adalah suatu penetapan tertulis yang di keluarkan oleh Badan atau
Pejabat TUN yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat
53
Indroharto, Op.cit, h.166.
54
R. Wiyono, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2008, h 28.
55
W. Riawan Tjandra, Op.cit, h. 17.
24
konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata”.
Dalam pengertian KTUN terdapat beberapa unsur yang merupakan bagian dari KTUN yang tidak dapat dipisahkan. Unsur-unsur tersebut
adalah: a. Penetapan tertulis;
Berdasarkan penjelasan Pasal 1 angka 3 UU PTUN, Penetapan tertulis menunjuk kepada isi dan bukan kepada bentuk
keputusan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN. KTUN tersebut harus berbentuk tertulis, karena untuk memudahkan bagi
pembuktian. b. Dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN;
Badan atau Pejabat TUN yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku mempunyai wewenang untuk
melaksanakan urusan pemarintahan, sehingga dapat mengeluarkan KTUN. Wewenang tersebut yang ada pada Badan atau Pejabat
TUN dapat diperoleh dengan cara atribusi, delegasi atau mandat.
56
c. Berisi tindakan hukum TUN berdasarkan peraturan perundang- undangan;
Merupakan tindakan dari Badan atau Pejabat TUN yang dilakukan atas dasar peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yang menimbulkan akibat hukum mengenai urusan pemerintahan terhadap seseorang atau badan hukum perdata. Karena tindakan
56
R. Wiyono, Op.cit, h.20.
25
Badan atau Pejabat TUN atas dasar peraturan perundang- undangan yang dapat menimbulkan akibat hukum, maka tindakan
tersebut dapat dikatakan tindakan hukum publik sepihak.
57
d. Bersifat konkret, individual dan final; Bersifat konkret, artinya objek yang diputuskan dalam
KTUN itu tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan.
Bersifat individual, artinya KTUN itu tidak ditujukan untuk umum, tetapi tertentu, baik alamat maupun hal yang dituju.
Bersifat final, artinya sudah definitif dan karenanya dapat menimbulkan akibat hukum.
e. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Yang dimaksud dengan “menimbulkan akibat hukum” adalah menimbulkan akibat hukum TUN, karena penetapan
tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN yang menimbulkan akibat hukum tersebut adalah berisi tindakan hukum
TUN. Akibat Hukum TUN dapat berupa:
58
1 Menguatkan suatu hukum atau keadaan hukum yang telah ada declaratoir.
2 Menimbulkan suatu hubungan hukum atau keadaan hukum yang baru.
57
Ibid., h. 27-28.
58
Ibid., h. 29-30, dikutip dari Amrah Muslimin, Beberapa Asas dan Pengertian Pokok tentang Administrasi dan Hukum Administrasi, Penerbit Alumni, Bandung, 1985, h. 118-119.
26
3 Menolak untuk menguatkan hubungan hukum atau keadaan hukum yang telah ada.
4 Menolak untuk menimbulkan hubungan hukum atau keadaan hukum yang baru.
2.4 Penyelesaian Sengketa Melalui PTUN