Pemeriksaan Dengan Acara Biasa

26 3 Menolak untuk menguatkan hubungan hukum atau keadaan hukum yang telah ada. 4 Menolak untuk menimbulkan hubungan hukum atau keadaan hukum yang baru.

2.4 Penyelesaian Sengketa Melalui PTUN

Dalam penyelesaian sengketa dalam PTUN, memiliki beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh para pihak. Berdasarkan UU PTUN terdapat tiga pemeriksaan yaitu pemeriksaan dengan acara biasa, acara pemeriksaan singkat dan pemeriksaan dengan acara pemeriksaan cepat.

2.4.1 Pemeriksaan Dengan Acara Biasa

Pihak yang merasa dirugikan oleh KTUN dapat mengajukan gugatan kepada PTUN yang berwenang. 59 Gugatan dapat diajukan selama sembilan puluh hari terhitung sejak saat diterimanya dan diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat TUN. Apabila gugatan diterima, maka pengadilan menentukan hari sidang. Jika penggugat dan kuasanya dalam sidang pertama dan pada pada sidang kedua tidak datang tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, maka gugatan yang diajukan oleh penggugat dinyatakan gugur. Jika tergugat tidak datang dalam dua kali sidang maka, Hakim Ketua Sidang mengirimkan surat penetapan meminta atasan tergugat memerintahkan tergugat untuk hadir dalam persidangan danatau 59 Pasal 53 ayat 1, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. 27 menanggapi gugatan. Jika telah lewat dua bulan sesudah dikirimkan surat tercatat penetapan tidak menerima berita dari tegugat atau atasan tergugat, maka Hakim Ketua Sidang menetapkan hari sidang berikutnya dan pemeriksaan sengketa dengan acara biasa tanpa hadirnya tergugat. Pemeriksaan sengketa dimulai dari pembacaan isi gugatan dan surat yang memuat jawabannya, jika tidak ada surat jawaban, pihak tergugat diberi kesempatan untuk mengajukan jawabannya. Demi kelancaran pemeriksaan sengketa, Hakim Ketua Sidang dalam sidang berhak memberikan petunjuk kepada para pihak yang bersengketa mengenai upaya hukum dan alat bukti yang dapat digunakan oleh mereka dalam sengketa. Selama pemeriksaan eksepsi tentang kewenangan absolut pengadilan dapat diajukan. Eksepsi yang dapat dilakukan dalam sengketa TUN oleh tergugat dapat diklasifikasikan atas dua 2 kelompok, yaitu: 60 a. Eksepsi prosesual ialah eksepsi yang didasarkan atas hukum acara procesuele exceptie: 1 Eksepsi hakim tidak berkuasa memeriksa gugatan yang diajukan penggugat; 2 Eksepsi perkara telah diputus oleh hakim dan mempunyai kekuatan tetap, sehingga berdasarkan asas nebis in idem, perkara itu tidak dapat diadili lagi; 3 Eksepsi penggugat tidak mempunyai kedudukan sebagai subjek penggugat; 4 Eksepsi tentang lewatnya waktu; 60 W. Riawan Tjandra, Op.cit, h. 105-106. 28 5 Eksepsi tidak lengkapnya subjek tergugat; 6 Eksepsi tentang sengketa masih tergantung atau masih dalam proses pengadilan atau belum berkekuatan tetap. b. Eksepsi didasarkan atas hukum materiil materiele exceptie, meliputi: 1 Dilaroire exceptie ialah eksepsi yang mengatakan bahwa tuntutan penggugat belum dapat dikabulkan berhubung dengan misalnya eksepsi tentang gugatan kabur atau tidak terang; 2 Peremptiore exceptie, ialah eksepsi yang tetap menghalangi dikabulkannya tuntutan penggugat. Setelah pemeriksaan dilakukan maka dilanjutkan ke tahap pembuktian, dimana tahap ini sangat menentukan putusan dalam proses pengadilan. Pasal 100 UU PTUN menjelaskan mengenai alat-alat bukti yang dapat dipergunakan dalam pembuktian di PTUN adalah: a. Surat atau tulisan; Surat sebagai alat bukti terdiri dari tiga jenis, yaitu: 1 Akta otentik; 2 Akta di bawah tangan; dan 3 Surat-surat lain yang bukan akta. b. Keterangan ahli; c. Keterangan saksi; d. Pengakuan para pihak; e. Pengetahuan hakim. 29 Jika pemeriksaan sengketa sudah diselesaikan, maka kedua belah pihak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat yang terakhir berupa kesimpulan dari masing-masing pihak. Suatu kesimpulan biasanya berisikan hal-hal sebagai berikut: 61 a. Kesimpulan jawab-menjawab; b. Kesimpulan dan bukti-bukti tertulis; c. Kesimpulan dan saksi. Tahap terakhir adalah putusan Pengadilan TUN yang diucapkan pada sidang terbuka untuk umum dan harus dihadiri oleh para pihak.

2.4.2 Acara Pemeriksaan Singkat

Dokumen yang terkait

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA YANG TELAH BERKEKUATAN HUKUM TETAP TETAPI TIDAK DILAKSANAKAN OLEH PEJABAT TATA USAHA NEGARA

0 4 17

UPAYA PENYELESAIAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA YANG TIDAK DAPAT DILAKSANAKAN SECARA SEMPURNA DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PADANG.

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Akibat Hukum Tidak Dilaksanakan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara T1 312012054 BAB I

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Akibat Hukum Tidak Dilaksanakan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara T1 312012054 BAB IV

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Akibat Hukum Tidak Dilaksanakan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara

0 0 20

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Putusan Pengadilan yang Mempunyai Kekuatan Hukum Tetap: Studi Kasus Pelaksanaan Putusan Pengadilan Negeri Pemalang No. 08Pdt.G2003PN.Pml T1 BAB II

0 2 34

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Putusan Pengadilan yang Mempunyai Kekuatan Hukum Tetap: Studi Kasus Pelaksanaan Putusan Pengadilan Negeri Pemalang No. 08Pdt.G2003PN.Pml T1 BAB I

0 0 13

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Yuridis Putusan HakimTerkait dengan Esensi Utang dalam Putusan Kepailitan T1 BAB II

0 1 56

T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Putusan Pengadilan yang Mempunyai Kekuatan Hukum Tetap: Studi Kasus Pelaksanaan Putusan Pengadilan Negeri Pemalang No. 08Pdt.G2003PN.Pml T1 BAB III

0 0 2

TINJAUAN HUKUM PUTUSAN SELA DALAM BENTUK SCHORSING PADA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

0 0 31