Subjek Sengketa TUN Subjek dan Objek Sengketa TUN

20

2.3 Subjek dan Objek Sengketa TUN

Mengacu pada rumusan pengertian istilah Sengketa Tata Usaha Negara selanjutnya disebut Sengketa TUN dalam Pasal 1 angka 4 UU PTUN, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur sengketa tata usaha negara terdiri dari subjek yang bersengketa dan objek yang disengketakan. 46

2.3.1 Subjek Sengketa TUN

Subjek yang bersengketa adalah orang atau badan hukum privat di satu pihak dan Badan atau Pejabat TUN dilain pihak. 47 Dalam hal ini orang atau badan hukum privat bertindak sebagai pihak penggugat dan Badan atau Pejabat TUN bertindak sebagai pihak tergugat. Dalam Pasal 53 ayat 1 UU PTUN menyebutkan bahwa: “seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara selanjutnya disebut KTUN dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang berisi tuntutan agar KTUN yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi danatau rehabilitasi”. Pada penjelasan pasal ini, UU PTUN menegaskan bahwa: a. Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 4, maka hanya orang atau badan hukum perdata yang berkedudukan sebagai subjek hukum saja yang dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan TUN untuk menggugat KTUN; 45 Eny Kusdarini, Op.cit, h. 157.. 46 W. Riawan Tjandra, Op.cit, h. 17. 47 Ibid. 21 b. Badan atau Pejabat TUN tidak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan TUN untuk menggugat KTUN; c. Hanya orang atau badan hukum perdata yang kepentingannya terkena oleh akibat hukum KTUN yang dikeluarkan dan karenanya yang bersangkutan merasa dirugikan dibolehkan menggugat KTUN. UU PTUN tidak menganut prinsip actio popularis yaitu suatu prinsip yang memberikan hak menggugat kepada setiap orang atau setiap penduduk. 48 Orang disini mencakup orang nature person dan orang legal person. Dalam UU PTUN tidak menjelaskan secara terperinci mengenai orang nature person yang dapat menjadi penggugat subjek sengketa TUN. Sehubungan dengan hal tersebut, Indroharto berpendapat bahwa karena UU PTUN belum mengatur hal tersebut, maka apa yang berlaku dalam hukum acara perdata dapat diterapkan disini. 49 Berdasarkan pendapat yang dinyatakan oleh Indroharto, maka “orang” disini haruslah sudah dewasa dan tidak sedang di bawah pengampuan. Sedangkan mengenai orang legal person yaitu badan hukum perdata yang dapat berkedudukan sebagai pihak penggugat dalam lingkup PTUN adalah badan hukum atau perkumpulan atau organisasi atau korporasi dan sebagainya yang didirikan menurut ketentuan hukum perdata yang merupakan badan hukum murni. 50 48 Ibid., h. 18. 49 Ibid. 50 Ibid. 22 Berdasarkan Pasal 1 angka 6 UU PTUN: “tergugat adalah Badan atau Pejabat TUN yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya, yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata”. Dijelaskan pada Pasal 1 angka 2 bahwa: “Badan atau Pejabat TUN adalah Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan undang-undang yang berlaku”. Berdasarkan rumusan ketentuan Pasal 1 angka 2 tersebut, ukuran untuk dapat menganggap apa dan siapa saja yang dimaksud dengan Badan atau Pejabat TUN ialah asal apa dan siapa saja berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku melaksanakan suatu urusan pemerintah. 51 Badan atau Pejabat TUN juga mencakup apa dan siapa saja diluar aparat resmi negara pihak swasta berdasarkan suatu perundang-undangan tertentu diberi tugas untuk melaksanakan suatu tugasfungsi urusan pemerintahan. Kriteria ini adalah kriteria fungsional. Menurut Utrecht, agar dapat berjalan menjadi konkrit concreet = menjadi bermanfaat bagi negara, maka jabatan sebagai personifikasi hak dan kewajiban memerlukan suatu perwakilan, yang dijalankan oleh penjabat yaitu manusia atau badan hukum. Oleh karena diwakili pejabat, maka jabatan tersebut dapat berjalan. Hak dan kewajiban yang didukung oleh jabatan dijalankan oleh penjabat. Jabatan bertindak dengan perantaraan penjabatnya. 52 Indroharto menegaskan bahwa siapa saja dan apa saja yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berwenang 51 Indroharto, Usaha memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1993, h. 31. 52 W. Riawan Tjandra, Op.cit, h. 19. 23 melaksanakan suatu bidang urusan pemerintahan, maka ia dapat dianggap berkedudukan sebagai Badan atau Pejabat TUN. 53 Perlu untuk diperhatikan bahwa tidak selalu tindakan hukum dari Badan atau Pejabat TUN merupakan tindakan hukum TUN, tetapi tindakan hukum dari Badan atau Pejabat TUN yang menimbulkan akibat hukum mengenai urusan pemerintahan saja yang merupakan tindakan hukum TUN. 54 Dari penjelasan di atas untuk menentukan siapa yang harus digugat dengan adanya wewenang yang ada pada jabatan Tata Usaha Negara selanjutnya disebut jabatan TUN, harus diketahui lebih dahulu apakah wewenang tersebut merupakan delegasi atau mandat. Apabila bersifat mandat maka yang harus digugat adalah jabatan TUN yang memberikan mandat sedangkan jika bersifat delegasi yang harus digugat adalah jabatan TUN yang menerima delegasi tersebut.

2.3.2 Objek Sengketa TUN

Dokumen yang terkait

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA YANG TELAH BERKEKUATAN HUKUM TETAP TETAPI TIDAK DILAKSANAKAN OLEH PEJABAT TATA USAHA NEGARA

0 4 17

UPAYA PENYELESAIAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA YANG TIDAK DAPAT DILAKSANAKAN SECARA SEMPURNA DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PADANG.

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Akibat Hukum Tidak Dilaksanakan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara T1 312012054 BAB I

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Akibat Hukum Tidak Dilaksanakan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara T1 312012054 BAB IV

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Akibat Hukum Tidak Dilaksanakan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara

0 0 20

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Putusan Pengadilan yang Mempunyai Kekuatan Hukum Tetap: Studi Kasus Pelaksanaan Putusan Pengadilan Negeri Pemalang No. 08Pdt.G2003PN.Pml T1 BAB II

0 2 34

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Putusan Pengadilan yang Mempunyai Kekuatan Hukum Tetap: Studi Kasus Pelaksanaan Putusan Pengadilan Negeri Pemalang No. 08Pdt.G2003PN.Pml T1 BAB I

0 0 13

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Yuridis Putusan HakimTerkait dengan Esensi Utang dalam Putusan Kepailitan T1 BAB II

0 1 56

T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Putusan Pengadilan yang Mempunyai Kekuatan Hukum Tetap: Studi Kasus Pelaksanaan Putusan Pengadilan Negeri Pemalang No. 08Pdt.G2003PN.Pml T1 BAB III

0 0 2

TINJAUAN HUKUM PUTUSAN SELA DALAM BENTUK SCHORSING PADA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

0 0 31