7 BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Subak  merupakan  lembaga  irigasi  tradisional  yang  bercorak  sosio  religius yang terdapat di Bali dan telah dikenal sejak abad XI M dengan dilandasi oleh jiwa
dan  semangat  gotong  royong  yang  tinggi  jauh  sebelum  irigasi  teknis  dikenal Norken 1993, dimana banyak menarik minat  peneliti asing untuk mempelajarinya
secara  lebih  mendalam.  Peranan  subak  sebagai  mitra  pemerintah  dalam  ikut mensukseskan  program
–program  pembangunan  dibidang  pertanian,  khususnya dalam produksi beras, tidak dapat diabaikan. Oleh sebab itu subak sebagai warisan
budaya  yang  bernilai  luhur  ,  kiranya  perlu  dilestarikan  eksistensinya.  Dilestarikan dalam  arti  bukan  sekedar  mempertahankan  nilai
–nilai  lama,  tetapi  sekaligus membina  dan  mengembangkannya  ,  agar  subak  menjadi  lebih  kuat  dan  mandiri
sehingga  tangguh  menghadapi  segala  tantangan  modernisasi.Tantangan    yang menghambat  laju pembangunan pertanian saat ini antara lain menurunnya kuantitas
dan kualitas air, alih fungsi  lahan  yang terus meningkat  dan peningkatan produksi pangan  yang  tidak  sebanding  dengan  pesatnya  pertumbuhan  penduduk  Sutawan,
dalam subak 1993 Seiring  dengan  laju  pembangunan  di  berbagai  sektor  di  kota  Denpasar,
khususnya  industri  dan  prasarana  phisik  lainnya,  ternyata  telah  memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap pembangunan pertanian, terutama adanya
8 penyusutan  lahan sawah. Konversi lahan secara besar
–besaran untuk aktivitas non pertanian,
seperti  pemukiman,  fasilitas  umum  dan  kepariwisataan  berpengaruh  sangat mendasar
terhadap  pembangunan  khususnya  pada  sector  pertanian  di  Denpasar. Perkembangan kondisi  lahan
–lahan sawah yang masih produktif per kecamatan di kota  Denpasar  disajikan  pada  tabel  1.1.  Dari  tabel  1.1  dapat  dikemukakan  bahwa
selama  satu  decade  1993 –2006  telah  terjadi  penyusutan  lahan  sawah  produktif
yang sangat signifikan sebesar 47,23 atau 3 036 Ha, yaitu dari 5 753,43 Ha pada tahun 1993 menjadi 2 717 Ha pada tahun 2006
Tabel  1.1  Perkembangan  luas  sawah  produktif  per  kecamatan  di  kota Denpasar
Kecamatan Luas sawah produktif   Ha
1993 2004
2005 2006
Denpasar Timur 1 587,64
777,00 754,00
726,00 Denpasar Barat
2 269,90 1 082,00
1 059,00 284,00
Denpasar Selatan 1 895,89
955,00 955,00
935,00 Denpasar Utara
- -
- 772,00
Kota Denpasar 5 753,43
2 814,00 2 768,00
2 717,00 Sumber :  Laporan Inventarisasi Lahan Sawah Tahun 2006 Di Kota Denpasar
Hal ini perlu mendapat perhatian yang serius bagi semua pihak karena keadaan ini dapat  memberikan  konskuensi  pada  keterjaminan  ketahanan  pangan  dan  juga
keberlanjutan  system  irigasi  subak,  sebagai  salah  satu  sumberdaya  budaya  Bali umumnya, dan kota Denpasar khususnya. Seperti diketahui bahwa pada tahun 1993
tercatat 45 subak yang ada di kota Denpasar, sedangkan pada tahun 2006 tercatat 41 subak  yang  tersebar    Empat  kecamatan  di  kota  Denpasar.  Terdapat  beberapa
9 penyebab terhadap ketidak berlanjutan Empat subak tersebut antara lain : 1 beralih
fungsinya  seluruh  lahan  sawah  menjadi  lahan  non  pertanian,  2  beralihnya  mata pencaharian petani dari sector pertanian ke non pertanian  3 terganggunya jaringan
irigasi  subak  sebagai  akibat  pembangunan  untuk  pengembangan  pemukiman .Pengaruh  lainnya  akibat  penyusutan  lahan  yang  terlalu  tinggi  adalah  akan
mempengaruhi stok pangan daerah dan kontribusi subsektor ini pada PDRB daerah. Dampak  yang  ditimbulkan  secara  langsung  terhadap  sub  sector  pertanian  adalah
terjadi  peningkatan  luas  lahan  kering  serta  penurunan  produksi  padi  sawah  per tahunnya  seperti  data  pendukung  pada  tabel  1.2.    Sesuai  dengan  Perda  kota
Denpasar  No.  10  tahun  1999  tentang  Rencana  Tata  Ruang  Wilayah  RTRW  luas wilayah  kota  Denpasar  adalah  12  778  Ha,  menurut  data    Denpasar  dalam  angka
2006 pada tahun 2001 luas lahan sawah tercatat 23,71 dari luas wilayah dan pada tahun 2005 menurun menjadi 21,66 dari luas wilayah. Jumlah penduduk di Kota
Denpasar  pada  tahun  2005  tercatat  sebanyak  574  955  jiwa  dengan  tingkat kepadatan 4499 jiwa  km
2
, sedangkan pada tahun 2004 tercatat sebanyak 562 970 jiwa  selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.2
Tabel 1.2 Data pertumbuhan jumlah penduduk , jumlah subak dan luas subak di kota Denpasar tahun 2005
No Tahun
Jumlah penduduk
jiwa Luas subak  Ha
Jumlah Ha
Luas sawah  Tanah kering
1 2001
536 641 3 030
9 739 12 769
2 2002
561 814 2 882
9 896 12 778
3 2003
585 150 2 856
9 922 12 778
4 2004
562 970 2 814
9 964 12 778
10 5
2005 574 955
2 768 10 001
12 769 Sumber : Denpasar dalam angka 2006.
Sejalan  dengan  berbagai  permasalahan  yang  terkait  antara  yang  satu  dengan  yang lainnya  akan  menempatkan  petani  pada  posisi  yang  sulit  karena  berpengaruh
terhadap hasil produksi dan kelangsungan usaha tani jangka panjang. Atas  dasar  kenyataan  tersebut  maka  sangat  diperlukan  konsep  pemikiran
tentang  usaha  pembinaan,  pelestarian,  pengembangan  dan  perlindungan  terhadap anggota  subak    para  petani  agar  tetap  dapat  berdaya  guna  dalam  pengembangan
pembangunan  pertanian  khususnya  pertanian  lahan  basah.Hal  ini  dapat  dilakukan dengan  mengoptimalkan  fungsi  dan  efektifitas  irigasi  ,  peningkatan  SDM  ,
memfasilitasi  berbagai  kepentingan  petani  dll  dengan  tujuan  dapat  meningkatkan peran  serta  petani  dalam  menjaga  kelangsungan  pembangunan  pertanian.  Menurut
pandangan  N  Sutawan    1993  :  193    perlu  adanya  pemikiran  tentang  strategi pelestarian  dan  pengembangan  subak,  dengan  langkah
–langkah  kebijakan  yang kiranya perlu ditempuh antara lain :
1  Meningkatkan  partisipasi  petani  dalam  proyek –proyek  peningkatan
pembangunan jaringan irigasi. 2  Memberikan  peranan  yang  lebih  besar  kepada  subak  dalam  pengelolaan
jaringan irigasi. 3  Memfasilitasi pembentukan wadah koordinasi antar subak
11 4    Memberikan  bantuan  perbaikan    penyempurnaan  jaringan  irigasi  sebelum
diserahkan pengelolaannya kepada subak 5  Meningkatkan  pengetahuan  dan  keterampilan  petani  dalam  bidang  yang
berkaitan dengan pengelolaan jaringan irigasi dan usha tani. Penekanan  dari  uraian  tentang  strategi  pelestarian  dan  pengembangan  subak
tersebut  diatas  adalah  dengan  pendekatan  peningkatan  pendidikan  anggota  subak
yakni melibatkan para petani anggota subak dalam pengambilan keputusan karena telah  terbukti  dapat  memberikan  dampak  positif  terhadap  keterpaduan  sistim
pemeliharaan jaringan irigasi dan operasional pengelolaan air. Disamping
itu
dengan adanya peningkatan pendidikan anggota subak
Akan  mempermudah  dalam  memecahkan  persoalan  yang  berkaitan  langsung dengan usaha pemeliharaan jaringan irigasi tersier di wilayahnya. Kondisi ini sesuai
dengan yang termuat dalam Undang –Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
1974 tentang irigasi antara lain menyatakan : 1  Masyarakat  ikut  berperan  dalam  pelaksanaan  operasi  dan  pemeliharaan
sumber daya air 2  Pelaksanaan  operasi  dan  pemeliharaan  sistem  jaringan  ditetapkan  sebagai
berikut: - Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi primer dan sekunder
menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya.
12 -  Pelaksanaan  operasi  dan  pemeliharaan  sistem  irigasi  tersier  menjadi  hak
dan tanggung jawab Petani Pemakai Air P3A yang di Bali dikenal dengan Subak.
Pelaksanaan  dari  Undang –Undang  ini  diharapkan  dapat  menunjang  pencapaian
hasil  produksi  pangan  seoptimal  mungkin  sesuai  kemampuan  sumber  air,  serta menjaga  mempertahankan  kelestarian  prasarana  irigasi  agar  dapat  dimanfaatkan
seoptimal mungkin oleh para petani subak. Menurut  Sunaryo  2004  bahwa,  partisipasi  masyarakat  merupakan  aspek
penting  dalam  pengembangan  dan  pengelolaan  sumber  daya  air  secara  adil, berkelanjutan  dan  mantap.  Dimasa  lalu  pemerintah  sering  kali  lebih  berperan
dominan  dalam  merencanakan,  melaksanakan,  dan  mengevaluasi  pengembangan sumber  air.  Namun  seiring  perubahan  cara  pandang  khususnya  dalam  kebijakan
sector public, peran masyarakat untuk dilibatkan dalam proses pengembangan dan pengelolaan  sumber  daya  air  menjadi  penting.  Partisipasi  masyarakat  petani
umumnya  berwujud  peran  serta  dalam  proses  pengambilan  keputusan  dalam pengelolaan jaringan irigasi secara luas merupakan tindakan yang strategis.
Adapun  gambaran  Kondisi  existing  terakhir  tentang  penguasaan  lahan sawah  dan  jumlah  subak  per  kecamatan  dapat  dilihat  dalam  tabel  1.3.  Data  luas
baku, luas lahan sawah dan produksi pada tabel 1.4
Tabel 1.3 Status penguasaan lahan sawah per kecamatan di kota Denpasar.
No Kecamatan
Jumlah subak
Luas sawah
2006 Ha
Status penguasaan  orang Pemilik
penggarap Penyakap
pengarap Jumla
h
13 1
Denpasar Timur 13
726 706
1 233 1 939
2 Denpasar Barat
8 284
179 293
472 3
Denpasar Selatan
10 935
415 1 216
1 631 4
Denpasar Utara 10
772 882
849 1 731
5 Kota Denpasar
41 2 717
2 182 3 591
5 773 Sumber : Laporan Inventarisasi Lahan sawah Tahun 2006 Di Kota Denpasar
Tabel  1.4  Data  luas  sawah,  lahan  kering,  luas  baku  dan  produksi  di  Kota Denpasar Th 2006
No Kecamatan
Jumlah subak
Lahan sawah
Ha Lahan
kering
Ha Luas
baku Ha
lahan sawah
1 Denpasar Timur
13 726
1505 2231
32,54 2
Denpasar Barat 8
284 2122
2406 11,80
3 Denpasar Selatan
10 935
4064 4999
18,17 4
Denpasar Utara 10
772 2370
3142 24,57
5 Kota Denpasar
41 2 717
10.061 12.778
21,26 Sumber : Laporan Statistik petanian tanaman pangan dan hortikultura tahun 2006
Pembangunan  pertanian  di  Bali  yang  berbasis  subak  didukung  dengan direncanakannya  Kebijakan  Pembangunan  Pertanian  Tanaman  Pangan  Propinsi
Bali  Tahun  2007  yaitu  :  pengembangan  SDM  melalui  program  penyuluhan, pemantapan  kelembagaan  kelompok  tanisubak.  Keberhasilan  pembangunan
pertanian  di  Bali  tidak  dapat  dilepaskan  dari  besarnya  peran  subak  sebagai  suatu organisasi  sosio
–religius  dan  pengelola  irigasi.  Sebagai  suatu  lembaga  irigasi tradisional yang telah ada sejak berabad
–abad, subak telah berfungsi memproduksi bahan pangan khususnya beras.
Sutawan,1993  peranan  subak  sebagai  mitra  pemerintah  dalam  ikut mensukseskan  program
–program  pembangunan  di  bidang  pertanian,  khususnya
14 dalam produksi beras, tidak dapat diabaikan. Oleh sebab itu, subak sebagai warisan
budaya  yang  bernilai  luhur,  kiranya  perlu  dilestarikan  eksistensinya.  Dilestarikan dalam  arti  bukan  sekedar  mempertahankan  nilai
–nilai  lama,  tetapi  sekaligus membina  dan  mengembangkannya,  agar  subak  menjadi  lebih  kuat  dan  mandiri
sehingga tangguh menghadapi segala tantangan modernisasi. Dalam pembangunan pertanian  yang  berbasis  subak  ada  beberapa  langkah  strategis  pelestarian  dan
pengembangan  subak  yang  perlu  diperhatikan    antara  lain  :  1  meningkatkan partisipasi  petani  dalam  proyek  peningkatan    pembangunan  jaringan  irigasi,  2
meningkatkan  pengetahuan  dan  keterampilan  petani  dalam  bidang  yang  berkaitan dengan  pengelolaan  jaringan  irigasi  dan  usahatani,  3  penelitian
–  penelitian mengenai berbagai aspek persubakan.
Berdasarkan  atas  urain  tersebut  diatas  untuk  dapat  menjaga  kontinyuitas aliran  air  dalam  pemenuhan  kebutuhan  air  untuk  daerah  irigasi  di  subak  Temaga
perlu  memiliki  jaringan  irigasi  dengan  efektifitas  profil  saluran  yang  optimal. Dipandang  perlu  untuk  melakukan  penelitian  tentang  pendidikan  anggota  subak
yang  mempunyai  pengaruh  secara  signifikan  dalam  pemeliharaan  jaringan  irigasi tersier subak Temaga di Kecamatan Denpasar Timur
1.2 Pokok Masalah