Pengaruh Faktor Pendidikan Anggota Subak Terhadap Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier Subak Temaga Kecamatan Denpasar Timur.

(1)

1

LAPORAN PENELITIAN

HIBAH KETEKNIKSIPILAN

PENGARUH FAKTOR PENDIDIKAN ANGGOTA SUBAK

TERHADAP PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TERSIER

SUBAK TEMAGA KECAMATAN DENPASAR TIMUR

TIM PENELITI : I Ketut Suputra

Ida Bagus Ngurah Purbawijaya

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana

2015

Dibiayai Dari :

Dana DIPA BLU Universitas Udayana Tahun Anggaran 2015

Dengan Surat Perjanjian Kontrak Nomor :

2623.1/UN14.1.31/PN/SPK/2015

Tanggal 27 Juli 2015


(2)

2

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN 2015

Judul Penelitian : Pengaruh Faktor Pendidikan Anggota Subak Terhadap Pemeliharaan Jaringan

Irigasi Tersier Subak Temaga

Kecamatan Denpasar Timur

1. Ketua Tim Peneliti

Nama Lengkap dan Gelar : Ir I Ketut Suputra, MT

Golongan/ Pangkat/ NIP : Pembina / IV.a/19540817 198601 1 001

Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

Unit Kerja : Jurusan Teknik Sipil,

Bidang Keahlian : Hidrologi

2. Anggota Tim Peneliti ( selain : 1. Ir Ida Bagus Ngurah Purbawijaya, MSi, MT Ketua Tim ) 2. Kadek Dedy Sudiatmika

3. Nanda Angga Parahita

3. Lokasi Penelitian : Denpasar Timur

4. Jangka waktu Penelitian : 95 (Sembilan puluh lima) hari kalender terhitung mulai 27 Juli 2015 s/d 29 Oktober 2015

5. Nilai Kontrak : Rp. 10.000.000,00 ( sepuluh juta rupiah )

Mengetahui : Bukit Jimbaran 29 Oktober 2015

Ketua Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Unud Ketua Tim Peneliti

( I Ketut Sudarsana,ST, PhD ) ( Ir. I Ketut Suputra, MT ) NIP : 19691016 199601 1 001 NIP : 19540817 198601 1 001


(3)

3

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Hyang Whidi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karuniaNya , penelitian dengan judul : Pengaruh Faktor Pendidikan Anggota Subak Terhadap Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier Subak Temaga Kecamatan Denpasar timur dapat kami selesaikan.

Laporan penelitian ini dibiayai dari dana DIPA Universitas Udayana Tahun

Anggaran 2015 Dengan Perjanjian Kontrak Nomor :

2623.1/UN14.1.31/PN/SPK/2015. Dalam laporan ini diuraikan dan dianalisis tentang peran subak Temaga yang ada di Denpasar Timur dalam pemeliharaan jaringan irigasi tersier yang merupakan hak dan tanggung jawab petani yang di Bali terkenal dengan nama subak. Untuk meningkatkan peran serta petani dalam pembangunan di bidang pertanian khususnya dalam pemeliharaan jaringan tersier perlu ditingkatkan pendidikan anggota subak di kota Denpasar khususnya di subak Temaga Denpasar Timur.

Dengan terselesainya laporan penelitian ini tak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkenan membantu selama kami melakukan penelitian. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi petani yang ada di subak Temaga Denpasar Timur.

Denpasar, Oktober 2015 Tim Peneliti

Ir. I Ketut Suputra, MT


(4)

4

ABSTRAK

Peranan Subak sebagai mitra pemerintah dalam ikut mensukseskan program-program pembangunan dibidang pertanian, khususnya dalam memproduksi beras, tidak dapat dipungkiri. Oleh sebab itu subak sebagai warisan budaya yang bernilai luhur yang secara factual pada tahun 1017 M subak sudah ada di Bali. Subak kiranya perlu dilestarikan eksistensinya karena peran subak dari tahun ketahun semakin melemah. Dilestarikan dalam arti bukan sekedar mempertahankan nilai-nilai lama, tetapi sekaligus membina dan mengembangkannya, agar subak menjadi lebih kuat dan mandiri sehingga tangguh menghadapi segala tantangan modernisasi. Tantangan yang menghambat laju pembangunan pertanian saat ini menurunnya kuantitas dan kualitas air, alih fungsi lahan yang terus meningkat dan produksi pangan yang tidak sebanding dengan pesatnya pertumbuhan penduduk.

Untuk pembangunan pertanian sangat diperlukan adanya kesadaran dari semua pihak yang terkait sehingga kebutuhan sarana dan prasarana yang menyangkut lahan dan kebutuhan teknologi untuk menuju perbaikan kehidupan petani dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada dengan jalan meningkatkan pendidikan anggota subak dalam pemeliharaan jaringan tersier.yang ada di subak Temaga Denpasar Timur. Dalam penelitian ini dilakukan analisis pengaruh faktor pendidikan anggota subak yang diperhitungkan dalam mendukung operasional dalam pemeliharaan jaringan irigasi tersier yang dilakukan oleh pertani antara lain : meningkatkan partisipasi petani dalam proyek peningkatan pembangunan jaringan irigasi, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dalam bidang yang berkaitan dengan pengelolaan jaringan irigasi dan usaha tani dan penelitian-penelitian mengenai berbagai aspek persubakan.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan ada pengaruh simultan variabel pendidikan petani terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier diperoleh hasil : Pengujian pengaruh simultan variabel Tingkat Pendidikan terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier, diperoleh hasil nilai F hitung (59,338) > dari F tabel (3,95) berarti variable Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier. Berdasarkan hasil uji parsial (hasil uji – t) dinyatakan bahwa faktor pengetahuan petani berpengaruh secara signifikan terhadap pemeliharaan bangunan air pada jaringan irigasi tersier, seperti hasil yang diperoleh nilai t hitung 7,706 > nilai t tabel (1,66757) dan Berdasarkan hasil uji parsial (hasil uji – t) dinyatakan bahwa Tingkat Pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier, seperti hasil yang diperoleh nilai t hitung 3,32600 > nilai t tabel (1,66342).Implikasi dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pendidikan subak terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier dalam pembangunan pertanian.

Kata Kunci : Pendidikan Petani, Pemeliharaan Jaringan Irigasi, Analisis Faktor.


(5)

5

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ..., vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pokok Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pertanian Dan Irigasi Subak ... 9

2.2 Pemberdayaan Anggota Subak ... 12

2.3 Tingkat Pendidikan Anggota Subak ... 16

2.4 Operasional Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi ... 18

BAB III. METODE PENELITIAN ……….. 21

3.1 Lokasi Penelitian ………. 21

3.2 Identifikasi Variabel ……… 21

3.3 Definisi Operasional Variabel ……… 22

3.4 Populasi Dan Sampel Penelitian ……… 24

3.4.1 Metode Penentuan Sampel ……….. 24

3.4.2 Jenis Dan Sumber Data ……… 25

3.4.3 Skala Pengukuran ……… 25

3.4.4 Teknik Analisa Data ……… 26

3.4.5 Uji Signifikansi Regresi ……… 29

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 34

4.1 Uji Validitas Dan Reliabilitas ……… 34

4.1.1 Uji Validitas ……… 34

4.1.2 Uji Reliabilitas ………... 38

4.2 Hasil Analisa Regresi ……….. 41

4.3 Uji Ketepatan Model Secara Simultan ………. 42

4.4 Uji Ketepatan Model Secara Parsial ………. 43

4.5 Koefisien Determinasi ………. 44

BAB V. PENUTUP ……….. 48

5.1 Kesimpulan ………. 48


(6)

6

DAFTAR PUSTAKA ……….. 49


(7)

7 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Subak merupakan lembaga irigasi tradisional yang bercorak sosio religius yang terdapat di Bali dan telah dikenal sejak abad XI M dengan dilandasi oleh jiwa dan semangat gotong royong yang tinggi jauh sebelum irigasi teknis dikenal Norken (1993), dimana banyak menarik minat peneliti asing untuk mempelajarinya secara lebih mendalam. Peranan subak sebagai mitra pemerintah dalam ikut mensukseskan program–program pembangunan dibidang pertanian, khususnya dalam produksi beras, tidak dapat diabaikan. Oleh sebab itu subak sebagai warisan budaya yang bernilai luhur , kiranya perlu dilestarikan eksistensinya. Dilestarikan dalam arti bukan sekedar mempertahankan nilai–nilai lama, tetapi sekaligus membina dan mengembangkannya , agar subak menjadi lebih kuat dan mandiri sehingga tangguh menghadapi segala tantangan modernisasi.Tantangan yang menghambat laju pembangunan pertanian saat ini antara lain menurunnya kuantitas dan kualitas air, alih fungsi lahan yang terus meningkat dan peningkatan produksi pangan yang tidak sebanding dengan pesatnya pertumbuhan penduduk (Sutawan, dalam subak 1993)

Seiring dengan laju pembangunan di berbagai sektor di kota Denpasar, khususnya industri dan prasarana phisik lainnya, ternyata telah memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap pembangunan pertanian, terutama adanya


(8)

8

penyusutan lahan sawah. Konversi lahan secara besar–besaran untuk aktivitas non pertanian,

seperti pemukiman, fasilitas umum dan kepariwisataan berpengaruh sangat mendasar

terhadap pembangunan khususnya pada sector pertanian di Denpasar. Perkembangan kondisi lahan–lahan sawah yang masih produktif per kecamatan di kota Denpasar disajikan pada tabel 1.1. Dari tabel 1.1 dapat dikemukakan bahwa selama satu decade (1993–2006) telah terjadi penyusutan lahan sawah produktif yang sangat signifikan sebesar 47,23% atau 3 036 Ha, yaitu dari 5 753,43 Ha pada tahun 1993 menjadi 2 717 Ha pada tahun 2006

Tabel 1.1 Perkembangan luas sawah produktif per kecamatan di kota Denpasar

Kecamatan Luas sawah produktif ( Ha )

1993 2004 2005 2006

Denpasar Timur 1 587,64 777,00 754,00 726,00 Denpasar Barat 2 269,90 1 082,00 1 059,00 284,00 Denpasar Selatan 1 895,89 955,00 955,00 935,00

Denpasar Utara - - - 772,00

Kota Denpasar 5 753,43 2 814,00 2 768,00 2 717,00 Sumber : Laporan Inventarisasi Lahan Sawah Tahun 2006 Di Kota Denpasar Hal ini perlu mendapat perhatian yang serius bagi semua pihak karena keadaan ini dapat memberikan konskuensi pada keterjaminan ketahanan pangan dan juga keberlanjutan system irigasi subak, sebagai salah satu sumberdaya budaya Bali umumnya, dan kota Denpasar khususnya. Seperti diketahui bahwa pada tahun 1993 tercatat 45 subak yang ada di kota Denpasar, sedangkan pada tahun 2006 tercatat 41 subak yang tersebar Empat kecamatan di kota Denpasar. Terdapat beberapa


(9)

9

penyebab terhadap ketidak berlanjutan Empat subak tersebut antara lain : 1) beralih fungsinya seluruh lahan sawah menjadi lahan non pertanian, 2) beralihnya mata pencaharian petani dari sector pertanian ke non pertanian 3) terganggunya jaringan irigasi subak sebagai akibat pembangunan untuk pengembangan pemukiman .Pengaruh lainnya akibat penyusutan lahan yang terlalu tinggi adalah akan mempengaruhi stok pangan daerah dan kontribusi subsektor ini pada PDRB daerah. Dampak yang ditimbulkan secara langsung terhadap sub sector pertanian adalah terjadi peningkatan luas lahan kering serta penurunan produksi padi sawah per tahunnya seperti data pendukung pada tabel 1.2. Sesuai dengan Perda kota Denpasar No. 10 tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) luas wilayah kota Denpasar adalah 12 778 Ha, menurut data ( Denpasar dalam angka 2006 )pada tahun 2001 luas lahan sawah tercatat 23,71% dari luas wilayah dan pada tahun 2005 menurun menjadi 21,66% dari luas wilayah. Jumlah penduduk di Kota Denpasar pada tahun 2005 tercatat sebanyak 574 955 jiwa dengan tingkat kepadatan 4499 jiwa / km2 , sedangkan pada tahun 2004 tercatat sebanyak 562 970 jiwa selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.2

Tabel 1.2 Data pertumbuhan jumlah penduduk , jumlah subak dan luas subak di kota Denpasar tahun 2005

No Tahun

Jumlah penduduk

( jiwa )

Luas subak ( Ha ) Jumlah

( Ha ) Luas sawah Tanah kering

1 2001 536 641 3 030 9 739 12 769

2 2002 561 814 2 882 9 896 12 778

3 2003 585 150 2 856 9 922 12 778


(10)

10

5 2005 574 955 2 768 10 001 12 769

Sumber : Denpasar dalam angka 2006.

Sejalan dengan berbagai permasalahan yang terkait antara yang satu dengan yang lainnya akan menempatkan petani pada posisi yang sulit karena berpengaruh terhadap hasil produksi dan kelangsungan usaha tani jangka panjang.

Atas dasar kenyataan tersebut maka sangat diperlukan konsep pemikiran tentang usaha pembinaan, pelestarian, pengembangan dan perlindungan terhadap anggota subak / para petani agar tetap dapat berdaya guna dalam pengembangan pembangunan pertanian khususnya pertanian lahan basah.Hal ini dapat dilakukan dengan mengoptimalkan fungsi dan efektifitas irigasi , peningkatan SDM , memfasilitasi berbagai kepentingan petani dll dengan tujuan dapat meningkatkan peran serta petani dalam menjaga kelangsungan pembangunan pertanian. Menurut pandangan N Sutawan ( 1993 : 193 ) perlu adanya pemikiran tentang strategi pelestarian dan pengembangan subak, dengan langkah–langkah kebijakan yang kiranya perlu ditempuh antara lain :

1) Meningkatkan partisipasi petani dalam proyek–proyek peningkatan/ pembangunan jaringan irigasi.

2) Memberikan peranan yang lebih besar kepada subak dalam pengelolaan jaringan irigasi.


(11)

11

4) Memberikan bantuan perbaikan / penyempurnaan jaringan irigasi sebelum diserahkan pengelolaannya kepada subak

5) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam bidang yang berkaitan dengan pengelolaan jaringan irigasi dan usha tani.

Penekanan dari uraian tentang strategi pelestarian dan pengembangan subak tersebut diatas adalah dengan pendekatan peningkatan pendidikan anggota subak yakni melibatkan para petani (anggota subak) dalam pengambilan keputusan karena telah terbukti dapat memberikan dampak positif terhadap keterpaduan sistim pemeliharaan jaringan irigasi dan operasional pengelolaan air. Disamping itu dengan adanya peningkatan pendidikan anggota subak

Akan mempermudah dalam memecahkan persoalan yang berkaitan langsung dengan usaha pemeliharaan jaringan irigasi tersier di wilayahnya. Kondisi ini sesuai dengan yang termuat dalam Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 tentang irigasi antara lain menyatakan :

1) Masyarakat ikut berperan dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber daya air

2) Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem jaringan ditetapkan sebagai berikut:

- Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi primer dan sekunder menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya.


(12)

12

- Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab Petani Pemakai Air (P3A) yang di Bali dikenal dengan Subak.

Pelaksanaan dari Undang–Undang ini diharapkan dapat menunjang pencapaian hasil produksi pangan seoptimal mungkin sesuai kemampuan sumber air, serta menjaga/ mempertahankan kelestarian prasarana irigasi agar dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh para petani subak.

Menurut Sunaryo (2004) bahwa, partisipasi masyarakat merupakan aspek penting dalam pengembangan dan pengelolaan sumber daya air secara adil, berkelanjutan dan mantap. Dimasa lalu pemerintah sering kali lebih berperan (dominan) dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pengembangan sumber air. Namun seiring perubahan cara pandang (khususnya dalam kebijakan sector public), peran masyarakat untuk dilibatkan dalam proses pengembangan dan pengelolaan sumber daya air menjadi penting. Partisipasi masyarakat petani umumnya berwujud peran serta dalam proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan jaringan irigasi secara luas merupakan tindakan yang strategis.

Adapun gambaran Kondisi existing terakhir tentang penguasaan lahan sawah dan jumlah subak per kecamatan dapat dilihat dalam tabel 1.3. Data luas baku, luas lahan sawah dan produksi pada tabel 1.4

Tabel 1.3 Status penguasaan lahan sawah per kecamatan di kota Denpasar.

No Kecamatan Jumlah

subak

Luas sawah

2006 (Ha )

Status penguasaan ( orang ) Pemilik

penggarap

Penyakap / pengarap

Jumla h


(13)

13

1 Denpasar Timur 13 726 706 1 233 1 939 2 Denpasar Barat 8 284 179 293 472 3 Denpasar

Selatan 10 935 415 1 216 1 631

4 Denpasar Utara 10 772 882 849 1 731

5 Kota Denpasar 41 2 717 2 182 3 591 5 773

Sumber : Laporan Inventarisasi Lahan sawah Tahun 2006 Di Kota Denpasar

Tabel 1.4 Data luas sawah, lahan kering, luas baku dan produksi di Kota Denpasar Th 2006

No Kecamatan Jumlah

subak Lahan sawah (Ha) Lahan kering (Ha) Luas baku (Ha) % lahan sawah

1 Denpasar Timur 13 726 1505 2231 32,54

2 Denpasar Barat 8 284 2122 2406 11,80 3 Denpasar Selatan 10 935 4064 4999 18,17

4 Denpasar Utara 10 772 2370 3142 24,57

5 Kota Denpasar 41 2 717 10.061 12.778 21,26 Sumber : Laporan Statistik petanian tanaman pangan dan hortikultura tahun 2006

Pembangunan pertanian di Bali yang berbasis subak didukung dengan direncanakannya Kebijakan Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Bali Tahun 2007 yaitu : pengembangan SDM melalui program penyuluhan, pemantapan kelembagaan kelompok tani/subak. Keberhasilan pembangunan pertanian di Bali tidak dapat dilepaskan dari besarnya peran subak sebagai suatu organisasi sosio–religius dan pengelola irigasi. Sebagai suatu lembaga irigasi tradisional yang telah ada sejak berabad–abad, subak telah berfungsi memproduksi bahan pangan khususnya beras.

(Sutawan,1993) peranan subak sebagai mitra pemerintah dalam ikut mensukseskan program–program pembangunan di bidang pertanian, khususnya


(14)

14

dalam produksi beras, tidak dapat diabaikan. Oleh sebab itu, subak sebagai warisan budaya yang bernilai luhur, kiranya perlu dilestarikan eksistensinya. Dilestarikan dalam arti bukan sekedar mempertahankan nilai–nilai lama, tetapi sekaligus membina dan mengembangkannya, agar subak menjadi lebih kuat dan mandiri sehingga tangguh menghadapi segala tantangan modernisasi. Dalam pembangunan pertanian yang berbasis subak ada beberapa langkah strategis pelestarian dan pengembangan subak yang perlu diperhatikan antara lain : 1) meningkatkan partisipasi petani dalam proyek peningkatan / pembangunan jaringan irigasi, 2) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam bidang yang berkaitan dengan pengelolaan jaringan irigasi dan usahatani, 3) penelitian– penelitian mengenai berbagai aspek persubakan.

Berdasarkan atas urain tersebut diatas untuk dapat menjaga kontinyuitas aliran air dalam pemenuhan kebutuhan air untuk daerah irigasi di subak Temaga perlu memiliki jaringan irigasi dengan efektifitas profil saluran yang optimal. Dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang pendidikan anggota subak yang mempunyai pengaruh secara signifikan dalam pemeliharaan jaringan irigasi tersier subak Temaga di Kecamatan Denpasar Timur

1.2 Pokok Masalah


(15)

15

Adakah pengaruh signifikan faktor tingkat pendidikan anggota subak terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier subak Temaga di Kecamatan Denpasar Timur.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan faktor tingkat pendidikan anggota subak Temaga terhadap pemeliharaan Jaringan irigasi tersier subak Temaga di Kecamatan Denpasar Timur


(16)

16

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Pertanian dan Irigasi Subak

Pembangunan irigasi merupakan salah satu komponen kegiatan yang sangat penting , karena keberhasilan pembangunan pertanian, khususnya pertanian lahan basah akan sangat ditentukan oleh ketersediaan air (kontinyuitas air). Pembangunan pertanian, khususnya dalam usaha meningkatkan produksi pertanian , secara umum dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi. Untuk pertanian lahan sawah, baik intensifikasi maupun ekstensifikasi harus dibarengi dengan perbaikan serta perluasan irigasi (Wardoyo, 1982). Salah satu pemikiran dalam paradigma baru pembangunan pertanian adalah bagaimana kita dapat menciptakan kebijaksanaan pertanian yang menjamin agar para petani memperoleh hak mereka atas air dan bibit, yang mereka butuhkan untuk mengelola usah tani secara lestari.Oleh karena itu, usaha pertama yang perlu dilakukan untuk menjamin hak petani atas air adalah memberdayakan organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Pemerintah negara–negara yang sedang berkembang perlu memberikan hak - hak politik bagi organisasi tersebut, untuk melindungi dan memperjuangkan hak petani atas air (Loekman Soetrisno, 1999: 62).

Menurut pendapat Sumodiningrat (2000:7) menyebutkan bahwa pembangunan pertanian harus ditujukan untuk mempersiapkan masyarakat petani berkemampuan dalam memantapkan proses perubahan–perubahan struktur yang


(17)

17

muncul dan kemampuan petani itu sendiri. Perubahan struktur masyarakat petani diawali dari pengelolaan kegiatan sosial ekonomi produktif. Kegiatan produksi dilakukan untuk menghasilkan pendapatan yang dapat memberikan nilai tambah secara efektif dan efisien sehingga menimbulkan surplus yang dapat dimanfaatkan. Prinsip pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat merupakan prasyarat dalam pembangunan pertanian yang berorientasi pada manusia. Guna dapat menempatkan masyarakat petani sebagai pelaku ekonomi pembangunan, maka masyarakat petani perlu dibina dan dipersiapkan guna dapat merumuskan permasalahannya sendiri , melaksanakan dan mengawasi kegiatannya sehingga peran sertanya dalam pembangunan dapat optimal, yang pada akhirnya meningkatkan produksi dan produktivitasnya. Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, karena visi dan misi pembangunan pertanian dirumuskan dalam kerangka dan mengacu pada pencapaian visi dan misi pembangunan nasional. Visi pembangunan pertanian nasional adalah terwujudnya pertanian modern, tangguh dan efisien menuju masyarakat Indonesia yang sejahtera. Sedangkan misi pembangunan pertanian nasional adalah : 1) menggerakan berbagai upaya untuk memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal dan menerapkan teknologi tepat serta spesifik lokasi dalam rangka membangun pertanian yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan, 2) memberdayakan masyarakat pertanian menuju wiraswasta agribisnis yang mandiri, maju dan sejahtera.

Upaya yang ditempuh oleh pemerintah dalam agenda reformasi pembangunan pertanian adalah mengembangkan ketahanan pangan yang berbasis


(18)

18

pada kemampuan produksi, keragaman sumberdaya pangan, serta kelembagaan dan budaya lokal (Departemen Pertanian 2000). Hal ini bisa ditempuh dengan pemberdayaan petani melalui usaha kelompok agar mampu secara efektif mengartikulasikan aspirasi kepentingan petani. Adanya organisasi petani yang kuat merupakan faktor kunci agar kepentingan petani dapat lebih diperhatikan dalam kebijakan pembangunan dan kemampuan mereka dalam melaksanakan pembangunan pertanian agar dapat lebih diberdayakan.Pengembangan lembaga tradisional dalam pembangunan pertanian yang mengarah ke bidang ekonomi/komersial yang berpola agribisnis perlu mendapat perhatian yang serius. Dewasa ini, pembangunan pertanian masih menjadi prioritas dalam pembangunan nasional kita mengingat sebagian terbesar masyarakat adalah petani baik yang mengusahakan lahan di lahan sawah maupun di lahan kering. Oleh karena itu jumlah petani sangat besar, maka setiap kebijakan yang terkait dengan pertanian haruslah berorientasi pada kesejahteraannya, peningkatan produksi, kualitas produksi dan memiliki daya saing sehingga pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani (Sedana, dalam Revitalisasi Subak dalam Memasuki Era Globalisasi).

Pembangunan pertanian berbasis subak yang ada di Bali memiliki beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan seperti tercantum dalam Peraturan Daerah Tingkat I Bali, No.02/PD/DPRD/1972 yang menyebutkan bahwa: 1) Subak berkewajiban mengatur rumah tangganya sendiri baik dalam mengusahakan adanya air maupun mengatur air dengan tertib dan efektif untuk persawahan para anggota


(19)

19

subak di dalam wilayahnya, 2) subak memelihara dan menjaga prasarana–prasarana irigasi dengan sebaik–baiknya yang diperlukan untuk menjamin kelancaran dan tertibnya di dalam wilayahnya, 3) Dalam melaksanakan urusan rumah tangganya , subak menjalankan peraturan–peraturan, awig–awig dan sima subak yang baru, 4) subak menyelesaikan perselisihan–perselisihan / sengketa yang timbul dalam rumah tangganya, 5) apabila ada pelanggaran dan tindak pidana diselesaikan menurut hukum yang berlaku. Menurut pandangan (Windia,2002) mengatakan bahwa sitem pertanian (subak) sebagai suatu sitem kebudayaan atau sistem teknologi yang telah menjadi fenomena masyarakat budaya masyarakat Bali. Windia mengajukan strategi pembangunan pertanian di Bali melalui tiga aspek, yaitu pola pikir, sosial

dan artefak /kebendaan. Inti dari ketiga aspek tersebut adalah bagaimana

keberpihakan dan strategi memajukan sektor pertanian melalui keharmonisan dan kebersamaan dari ketiga aspek tersebut. Subak sebagai suatu sistem irigasi yang dikelola petani secara swadaya untuk tanaman semusim khususnya padi, memiliki beberapa elemen yang saling terkait yaitu : 1) organisasi petani pengelola air irigasi, 2) jaringan irigasi/sarana prasarana irigasi, 3) produksi pangan, 4) ekosistem lahan sawah berigasi, 5) ritual keagamaan terkait dengan budidaya petani. Kelestarian subak dalam pembangunan pertanian akan terwujud jika kelestarian organisasi subak (institutional Sustainability), kelestarian jaringan irigasi (technical sustainability) , kelestrian produksi pangan (economic sustainability), kelestarian ekosistem lahan sawah (ecological Sustainability), kelestarian nilai–nilai sosial


(20)

20

budaya/ritual keagamaan (socio cultural sustainability) dan kelestarian DAS dan sumber air bagian hulu (environmental sustainability) dapat dijaga.

2.2 Pemberdayaan Anggota Subak

Pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai proses yang mengembangkan dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk terus terlibat dalam proses pembangunan yang berlangsung secara dinamis dan masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan mengambil keputusan secara bebas (independent) dan mandiri. Pemberdayaan P3A seperti dimaksud dalam inpres No.3/1999 adalah untuk mewujudkan kelembagaan P3A yang otonom, mandiri, mengakar di masyarakat, bersifat sosial, ekonomi, budaya dan berwawasan lingkungan serta memberikan kemudahan dan peluangnya kepada anggota untuk secara demokratis membentuk organisasi/unit usaha ekonomi ditingkat usaha tani sesuai dengan pilihannya.Memberdayakan mengandung pula arti melindungi, melindungi harus dilihat sebagi upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang , serta eksploitasi terhadap yang lemah (Syamsul , Dewi 2007 ). Salah satu misi yang ditetapkan dalam Rencana pembangunan Jangka panjang Tahun 1999–2004 yaitu pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil, menengah dan koperasi dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan berbasis pada sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.


(21)

21

Subak sebagai lembaga tradisional yang bergerak dibidang pertanian dikenal sebagai organiasi agraris, religius yang ada di Bali sejak dahulu dipertahankan keberadaannya sampai sekarang merupakan salah satu kekayaan budaya nasional di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nama subak yang kita warisi ini sudah terkenal di seluruh dunia dan khususnya untuk tingkat nasional telah banyak mempelajari sistem subak ini untuk diterapkan di beberapa daerah di Indonesia (Dinas Kebudayaan Provinsi Bali 2007). John. S. Ambler (1990) menyatakan bahwa “ subak dengan alat keirigasiannya yang nampaknya sederhana saja merupakan salah satu organisasi petani pemakai air yang paling canggih di seluruh dunia “. Dari pernyataan diatas mengandung makna bahwa keberadaan subak di Bali hendaknya tetap dipertahankan dan perlu lebih ditingkatkan peranannya di bidang pertanian dalam arti yang seluas–luasnya. Pemberdayaan adalah rangkaian upaya aktif yang dilakukan dalam rangka menjaga agar kondisi dan keberadaann lembaga subak dapat lestari dan makin kokoh, sehingga dapat berperan positif dalam pelaksanaan pembangunan. Kata pemberdayaan mengandung arti bahwa upya yang dilakukan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia baik secara pribadi maupun secara organisatoris dalam rangka memajukan usaha tani khususnya dan usaha–usaha lainnya yang erat kaitannya dengan sektor pertanian (Dinas Kebudayaan Provinsi Bali 2007).

Beberapa langkah strategis dalam upaya pelestarian dan pemberdayaan subak adalah memperkuat/memperdayakan kelembagaan subak mulai pendekatan– pendekatan berikut : 1) peningkatan penyediaan pelayanan pendukung (support


(22)

22

services) seperti kredit usaha tani yang mudah diakses tanpa prosedur yang berbelit– belit, informasi pasar, penyuluhan pertanian, 2) pelatihan dan pendidikan khususnya bagi para pimpinan subak dalam berbagai bidang seperti operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi , pembukuan / manajemen keuangan, kepemimpinan, kewiraswastaan / entrepeneurship , perkoperasian, 3) memfasilitasi pengembangan subak menjadi lembaga irigasi berorientasi agribisnis, agrowisata, dan ekowisata guna meningkatkan kemampuan finansialnya tanpa melalaikan tugas–tugas pokoknya sebagai pengelola air irigasi yang bercorak sosio–religius, 4) memfasilitasi kemitraan subak dengan desa adat / desa pekraman, koperasi, asosiasi perhotelan, asosiasi restoran dan lembaga–lembaga lain baik pemerintah maupun swasta sesuai kebutuhan, 5) bantuan pemerintah bagi subak yang benar-benar membutuhkan perbaikan jaringan irigasi yang rusak berat karena tidak dapat ditangani sendiri berdasarkan pendekatan partisipatoris, 6) pengakuan subak sebagai badan hukum agar bisa melakukan transaksi ekonomi dan mencari kredit di bank, melalui peraturan daerah (Perda) tanpa harus melalui prosedur yang kini masih dianggap memberatkan petani karena harus diproses melalui Pengadilan Negeri setempat. Langkah lainnya dalam pemberdayaan subak adalah dengan membatasi alih fungsi lahan, dapat dilakukan dengan :1) perencanaan tata ruang dan penggunaan tanah yang cermat dengan mempertimbangkan ketersediaan air, 2) pembuatan perangkat hukum atau peraturan yang melarang penggunaan sawah untuk usaha non pertanianpada tempat–tempat yang sudah jelas ditetapkan sebagai tempat konservasi sawah dengan penegakan hukum yang ketat, 3) bebas /


(23)

23

keringanan pajak bagi petani anggota subak dan insentif lainnya untuk mendorong para petani tidak mengalihkan fungsikan sawahnya, untuk mewujudkan semua itu , maka tidak kalah pentingnya adalah melakukan penelitian mengenai subak dari berbagai aspeknya termasuk penelitian–penelitian mengenai kearifan lokal agar mendapat pemahaman yang lebih holistik (Sutawan dalam Revitalisasi Subak Dalam Memasuki Era Globalisasi 2007).

Melihat bahwa tantangan petani ke depan menuntut adanya berbagai usaha pemberdayaan terhadap petani anggota subak, yang harus dilakukan dengan pendekatan partisipatif. Pemberdayaan subak diharapkan mampu menimbulkan sikap petani yang semakin loyal terhadap profesinya, mandiri dalam pengambilan keputusan dan memiliki wawasan ekonomis/agribisnis. Pemberdayaan ini merupakan prasyarat dalam dalam usaha pelestarian subak (Gede Sedana, dalam Revitalisasi Subak Dalam Memasuki Era Globalisasi 2007).

2.3 Tingkat Pendidikan Anggota Subak

Perbedaan tingkat pendidikanyang dimiliki masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya, akan menimbulkan perbedaan pandangan dan kesadaran akan kebutuhan teknologi sebagai sarana menuju perbaikan kehidupan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada ditengah–tengah masyarakat tersebut. Suatu masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang tinggi biasanya dibarengi dengan kesadaran akan kebutuhan hidup yang tiggi pula. Dengan adanya kesadaran akan kebutuhan tuntutan hidup yang tinggi (lebih baik), timbul kesadaran akan pentingnya suatu teknologi yang dapat menciptakan perbaikan–perbaikan dalam


(24)

24

kehidupan. Dengan demikian, suatu masyarakat dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah menyerap suatu teknologi yang diperkenalkan dan atau ditengah–tengah lingkungannya (Dikti 1990: 23). Pandangan umum lainnya tentang pengetahuan adalah hasil belajar baik formal maupun non formal yang diperoleh dari hasil interaksi dengan masyarakat. Disebutkan pula luasnya cakrawala pengetahuan seseorang tidak terlepas dari pengetahuannya dalam hidup masyarakat. Akibatnya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tidaklah berbeda jauh dengan warga lainnya apabila pengetahuan yang didapat semata–mata berasal dari interaksi sosial sesama warga tempat ia hidup (Depdibud 2000:9).Kemiskinan dalam ilmu pengetahuan akan menjadi salah satu penyebab mundurnya tingkat keberlanjutan proses pembangunan. Dampaknya adalah penduduk yang relatif miskin ilmu pengetahuan akan menjadi kurang peduli dan memiliki kesadaran rendah terhadap lingkungannya serta semakin tertutup akan adanya inovasi–inovasi teknologi. Untuk itu, dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia anggota petani yang tercermin dari tingkat pendidikan yang dimiliki, ada beberapa aspek yang perlu ditumbuhkan : 1) adanya pengetahuan teknis, 2) penciptaan peluang– peluang beragribisnis, 3) juga aspek-aspek administrasi (Sedana 2003, dalam Revitalisasi Subak Dalam Memasuki Era Globalisasi). Program pendidikan dan pelatihan bagi para petani , khususnya pengurus subak perlu dilakukan terutama pada hal–hal yang berkaitan dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai bidang seperti operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi, manajemen agribisnis, pembukuan dan kewirausahaan. Pelaksanaan Sekolah


(25)

25

Lapangan (SL) yang merupakan salah satu metode pembelajaran orang dewasa untuk memberikan keterampilan kepada petani sangat cocok dilakukan sehingga petani mampu menemukenali permasalahan yang dihadapinya, selanjutnya mencari alternatif pemecahannya (Sutawan 1998, dalam Revitalisasi Subak Dalam Memasuki Era Globalisasi). Dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang didapat baik formal maupun non formal yang diperoleh secara mandiri atau dari hasil interaksi dapat meningkatkan wawasan dan kepekaan mereka terhadap tuntutan perubahan termasuk kepedulian mereka akan inovasi, dalam hal ini adalah pembangunan pertanian.

2.4 Operasional dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Keberlanjutan pertanian beririgasi berbasis subak sangat tergantung pada keberlanjutan dari sistim irigasi sebagai faktor pendukung penyelenggaraan sistem pertanian dalam suatu institusi subak. Kebijakan penyerahan pengelolaan irigasi (PPI) seperti tertuang dalam INPRES RI, nomor 3 tahun 1999, yang dalam UU RI nomor 11 tahun 1`974 dikenal sebagai pengelolaan irigasi partisipatif (PIP) merupakan upaya pemerintah untuk memberikan peran yang lebih besar kepada masyarakat petani termasuk subak dalam hal pengelolaan jaringan irigasi, sebagai akibat semakin terbatasnya kemampuan pemerintah dari segi personil maupun dana terutama untuk melaksanakan operasional dan pemeliharaan ( O&P ) jaringan irigasi. Ketentuan yang termuat dalam undang – undang tersebut adalah : 1) masyarakat ikut berperan dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber daya air, 2) pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem jaringan ditetapkan


(26)

26

sebagaiu berikut : a) pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi primer dan sekunder menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah daerah sesuai kewenangannya, b) pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab petani pemakai air/subak (Budiasa, dalam Revitalisasi subak dalam memasuki era globalisasi,2005).

Pelaksanaan operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi bertujuan untuk dapat mempertahankan adanya kontinyuitas air yang diperlukaan oleh petani , pelaksanaan operasional dan pemeliharaan meliputi : pengaturan, pelaksanaan , pemantauan, dan evaluasi untuk menjamin kelestarian fungsi dari jaringan irigasi beserta bangunannya. Dalam hal perkumpulan petani pemakai air tidak mampu melaksanakan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang menjadi hak dan tanggung jawabnya, pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten kota, dapat memberikan bantuan dan/atau dukungan fasilitas berdasarkan permintaan dari perkumpulan petani pemakai air dengan memperhatikan prinsip kemandirian (UU RI No 11 tahun 1974).

Peran sektor pertanian sangat strategis dalam perekonomian nasional dan kegiatan pertanian tidak dapat terlepas dari air. Oleh sebab itu, irigasi sebagai salah satu komponen pendukung keberhasilan pembangunan pertanian mempunyai peran yang sangat penting.Berdasarkan atas uraian tersebut diatas maka dapat dijelaskan bahwa implimentasi dari operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi (O & P) pada daerah irigasi terhadap seluruh fasilitas irigasi akan berpengaruh pada kontinyuitas air, penetapan pola tanam ,intensitas tanam, efektifitas saluran dan


(27)

27

bangunan fasilitas serta produksi hasil pertanian. Meskipun Operasional dan pemeliharaan ditingkat tersier menjadi tanggung jawab petani namun kenyataannya tetap mendapat perhatian dari pemerintah untuk menjaga kontinyuitas air irigasi.

Operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi merupakan suatu rutinitas kegiatan yang dilakukan baik oleh petani maupun instansi terkait dalam pengoperasian dan pemeliharaan khususnya diwilayah jaringan irigasi pengelolaan perkumpulan petani pemakai air (tersier) dan jaringan sekunder, primer pada umumnya. Berdasarkan penerapan ke lima komponen tersebut akan berpengaruh terhadap pembangunan pertanian berbasis subak yang ada khususnya di kecamatan Denpasar Timur, selanjutnya dapat dipergunakan untuk memprediksi kondisi maupun potensi pengembangannya kedepan salah satu diantaranya adalah kebijakan melestarikan dan melindungi subak itu sendiri.


(28)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Denpasar khususnya di Subak Temaga Kecamatan Denpasar Timur, yang memiliki kateristik kawasan sub sektor pertanian adalah pertanian dengan sistim irigasi semi teknis. Yang dimaksud dengan irigasi semi teknis adalah sitim pemanfaatan air irigasi untuk pertanian dimana salurannya masih berfungsi ganda yaitu untuk irigasi dan drainase serta bangunan fasilitas tidak sepenuhnya permanen

3.2 Identifikasi Variabel

Berdasarkan uraian hipotesis dan tujuan penelitian yang ingin dicapai , maka dapat dilakukan identifikasi baik terhadap varabel terikat (dependen variabel) yaitu Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier sedang variabel bebas (independen variabel) adalah Tingkat Pendidikan anggota Subak, Identifikasi terhadap variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tingkat pengetahuan petani meliputi a) Tingkat pendidikan petani

b) Pemahaman pemeliharaan jaringan

c) Pengetahuan tentang efektifitas profil saluran d) Pengetahuan pentingnya kontinyuitas aliran irigasi e) Perolehan pengetahuan operasional dan pemeliharaan f) Pengetahuan tentang kebersihan saluran irigasi tersier


(29)

Pemeliharaan jaringan irigasi tersier meliputi

a) Adanya rutinitas monitoring jaringan irigasi b) Kontinyuitas kebutuhan air irigasi

c) Berfungsinya bangunan fasilitas irigasi dengan baik d) Adanya koordinasi yang baik antara subak dan pemerintah e) Kesiapan subak terhadap O&P

f) Adanya insentif dari pemerinta

3.3 Definisi Operasional Variabel

Untuk melihat dimensi variabel penelitian maka sebelumnya dibuat operasional konsep variabel menjadi definisi operasional, sehingga jelas dimensi yang diukur dari masing–masing variabel sebagai berikut :

1) Tingkat Pendidikan Anggota Subak

Yang dimaksud dengan pengetahuan petani adalah pemahaman petani tentang organisasi subak, pemahaman tentang perkembangan teknologi, pemahaman tentang operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi dan pemahaman tentang produksi serta pemasarannnya.

Definisi operasional dari tingkat pengetahuan petani dapat dilihat dari dimensi : a) Tingkat pendidikan petani, diukur dari latar belakang pendidikan yang mempengaruhi pengetahuannya dalam memelihara jaringan irigasi b) Pemahaman dalam memelihara jaringan irigasi tersier


(30)

d) Pengetahuan petani tentang pentingnya kontinyuitas kapasitas aliran irigasi pada jaringan tersier

e) pengetahuan petani tentang operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi diukur dari kemampuan petani dapat memanfaat secara optimal fasilitas irigasi.

f) Pengetahuan anggota subak tentang pentingnya menjaga kebersihan saluran irigasi baik dari sampah maupun dari limbah pencemaran

2) Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier

Operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi merupakan suatu rutinitas kegiatan yang dilakukan baik oleh petani maupun instansi terkait dalam pengoperasian dan pemeliharaan khususnya diwilayah jaringan irigasi pengelolaan perkumpulan petani pemakai air (tersier) dan jaringan sekunder, primer pada umumnya.

Definisi operasional dari pemeliharaan jaringan irigasi tersier dapat dilihat dari dimensi :

a) Rutinitas monitoring jaringan irigasi dapat diukur dari jaringan irigasi dapat mengalirkan air sesuai pola aliran yang direncanakan.

b) Terpenuhinya kebutuhan atau kontinyuitas air irigasi dapat diukur dari tercapainya ketinggian air minimum di lahan pertanian.

c) Berfungsinya bangunan fasilitas irigasi dengan baik dapat diukur dari tidak pernah terjadi keluhan dari anggota petani.


(31)

diukur dari sering dilakukan peninjauan langsung ke lahan pertanian oleh pemerintah.

e) Kesiapan subak terhadap O & P dapat diukur dari kemampuan subak untuk mengelola secara mandiri jaringan irigasinya tanpa campur tangan pemerintah.

f) Adanya intensif dari pemerintah dapat diukur dari jumlah bantuan yang telah disalurkan oleh pemerintah dalam penanganan O & P jaringan irigasi.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1999:72). Populasi anggota subak Temaga di kecamatan Denpasar Timur adalah 520 orang anggota.

3.4.1 Metode Penentuan Sampel

Menurut Sugiyono (1999: 76)) teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.Teknik sampling daerah ini digunakan melalui dua tahapan, tahapan pertama menentukan sampel daerah dilakukan dengan purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan


(32)

pertimbangan tertentu., penentuan jumlah sampel dari populasi sebanyak 520 orang dengan taraf kesalahan 10% menurut rumus Slovin didapat sebanyak 84 orang

3.4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Data kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka seperti jumlah penduduk , jumlah subak, jumlah anggota subak Temaga Kecamatan Denpasar Timur 2) Data kualitatf yaitu data yang berupa pernyataan responden dan pertanyaan

yang diberikan dalam bentuk kuisioner.

3.4.3 Skala Pengukuran

Skala pengukuran yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah Skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan skala Likert, maka dimensi dijabarkan menjadi variabel kemudian variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap dalam kategori skala pengukuran sebagai berikut:

a. Sangat Setuju (SS) = 4 b. Setuju (S) = 3 c. Tidak Setuju = 2 d. Sangat Tidak Setuju = 1


(33)

3.4.4 Teknik Analisis Data

1) Ukuran sampel dalam penelitian pengaruh pendidikan terhadap pemeliharaa jaringan irigasi di subak Temaga kecamatan denpasar Timur dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Husein Umar, 2005)sebagai berikut:

2

Ne 1

N n

Keterangan:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir.

2) Uji validitas dan reliabilitas

Untuk mengetahui kelayakan dari instrumen penelitian (questionair) yang akan dipakai dalam penelitian ini, sebelumnya dilakukan uji coba instrumen pada 40 responden di kawasan Denpasar.

Menutur Lerbin R (2005) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan


(34)

setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah setiap skor butir, dengan rumus Pearson Product Moment adalah :

 

 

2 2

2

 

2

. . . .

    Y Y n X X n Y X XY n rhitung Dimana :

rhitung = Koefisien korelasi

∑Xi = Jumlah skor item

∑Yi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden

Selanjutnya, dihitung dengan Uji-t dengan rumus :

2 1 2 r n r thitung    Dimana :

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil rhitung

n = Jumlah responden

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2) Kaidah keputusan : Jika thitung > ttabel berarti valid, sebaliknya

jika thitung < ttabel berarti tidak valid

Untuk menghitung tingkat validitasnya dilakukan dengan menggunakan alat bantu program SPSS for window sehingga dapat diketahui nilai dari kuesioner pada setiap variabel bebas.


(35)

Selanjutnya terhadap skor jawaban tiap item dilakukan uji reliabilitas dengan tujuan menunjukkan sejauh mana pengukuran itu memberikan hasil yang relative tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama mengenai kemantapan, keandalan/stabilitas dan keadaan tidak berubah dalam waktu pengamatan pertama dan selanjutnya. Menurut Sugiyono (2007), instrument yang reliable adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Uji reliabilitas dilakukan secara eksternal dengan test-retest yaitu dengan cara mencobakan instrumen yang sama dua kali pada responden yang sama dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan significant maka instrument tersebut dinyatakan reliable.

Uji reliabilitas dilakukan secara internal, yaitu dengan menganalisis data yang berasal dari satu kali pengjian kuesioner. Reliabilitas diukur dari koefisien Alpha (Malhotra, 1999). Bila koefisien alpha (Cronbach's Alpha) > 0,6 maka instrument tersebut dinyatakan reliabel. Nilai koefisien alpha dihitung dengan rumus sebagai berikut (Bilson, 2004).

               

2

2 11 1 1 r t b k k   Keterangan:


(36)

K = banyaknya butir pertanyaan

b2 = jumlah varians butir

t2 = varians total

Analisis penelitian ini dilakukan sesuai dengan kerangka alur berpikir seperti pada diagram 3.3

3.4.5 Uji Signifikansi Koefisien Regresi

Untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis yang diajukan, dapat dilakukan dengan uji signifikansi koefisien regresi

3.4.5.1 Uji Signifikansi Koefisien Regresi secara simultan

Untuk melihat signifikan tidaknya pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat, langkah-langkah pengujiannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Nata Wirawan,2002):

(1) Merumuskan hipotesis

0 : 1 2 3 4 5 6

0      

      

Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Hi : Minimal salah satu dari i 0 dimana i = (1,2,...,5,6)

Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

(2) Menentukan taraf nyata yaitu α = 0.05


(37)

Gambar 3.1

Pengujian Hipotesis Pengaruh Simultan

Sumber: Nata Wirawan, 2002

4) Menghitung statistik uji berdasarkan initial -2 log Likehood rasio (χ2) (Imam Ghozali,2005)

5). Menarik kesimpulan/keputusan pengujian

3.4.5.2 Uji signifikansi koefisien regresi secara parsial

Untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya, digunakan uji t.

Dengan langkah- langkah pengujian berikut ini (Nata Wirawan,2002)). (1) Merumuskan hipotesis

H0 : βi = 0

Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dimana (i=1,2,3,4,5,6) Hi : βi > 0

Artinya ada pengaruh positif yang signifikan secara parsial dari masing-masing variabel bebas terhadapvariabel terikat.

2 tabel


(38)

(2) Menentukan nilai t tabel tingkat signifikan α = 0.05 dengan derajat kebebasan dk = n-k dimana n adalah jumlah observasi, k adalah

jumlah variabel (Sugiyono, 2004). (3) Statistik Uji dan Daerah Kritis

Statistik uji dan daerah kritis disesuikan dengan arah pengujian hipotesis yang dipergunakan (uji satu sisi kiri atau uji sisi kanan). Bila pengujiannya menggunakan uji satu sisi kanan maka dapat dgambarkan seperti Gambar 3.2

Gambar 3.2

Pengujian Hipotesis Pengaruh Parsial Sumber: Nata Wirawan,2002 (4) Menghitung statistik uji

Nilai statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh parsial variabel bebas terhadap variabel terikat adalah Wald statistik. Nilai statistik Wald koefisien regresi sebuah variabel bebas dihitung dengan rumus sebagai berikut (Imam Ghozali,2005).

Wald = (/s.e )2

Nilai statitik Wald adalah nilai kuadrat dari statistik t hitung Selanjutnya nilai t hitung dapat dicari dengan rumus berikut.

tic Waldstatis

t

t tabel

0 Daerah Penerimaan H0

Daerah Penolakan H0


(39)

(5) Menarik kesimpulan / mengambil keputusan pengujian

a) Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas yang diuji

secara parsial mempunyai pengaruh yang bermakna atau signifikan terhadap variabel terikat.

b) Jika thitung < ttabel maka H0 diterima, artinya variabel bebas yang diuji

secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang bermakna atau signifikan terhadap variabel terikat.


(40)

Kerangka Alur Berpikir

Ide

Latar belakang dan permasalahan

Kajian Pustaka

Metodeligi Penelitian

Data Skunder Data Primer

Pengumpulan dan tabulasi data

Uji Validitas Data Uji Reliabilitas Data

Hasil Penelitian

Pembahasan

Analisis Kualitatif

Simpulan Dan Saran


(41)

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Validitas Dan Reliabilitas

4.1.1 Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian mampu mengukur apa yang ingin diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Validitas diperoleh dengan cara menghitung koefisien korelasi (r hitung) dengan menggunakan Pearson Product Moment. Instrumen penelitian dikatakan valid jika koefisien korelasi item pertanyaan lebih besar dari 0.300. Hasil uji untuk kedua variable dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Variabel Terikat (Y)

Correlations

Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y

Y1 Pearson Correlation 1 .254* .152 .326** .287** .225* .625**

Sig. (2-tailed) .020 .167 .002 .008 .040 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

Y2 Pearson Correlation .254* 1 .321** .304** .213 -.123 .517**

Sig. (2-tailed) .020 .003 .005 .051 .267 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

Y3 Pearson Correlation .152 .321** 1 .225* .396** -.086 .536**

Sig. (2-tailed) .167 .003 .039 .000 .439 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

Y4 Pearson Correlation .326** .304** .225* 1 .318** .210 .697**

Sig. (2-tailed) .002 .005 .039 .003 .055 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

Y5 Pearson Correlation .287** .213 .396** .318** 1 .115 .656**

Sig. (2-tailed) .008 .051 .000 .003 .297 .000

N 84 84 84 84 84 84 84


(42)

42

Sig. (2-tailed) .040 .267 .439 .055 .297 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

Y Pearson Correlation .625** .517** .536** .697** .656** .458** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

b) Variabel Bebas X1

Correlations

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1

X1.1 Pearson Correlation 1 .058 -.040 .115 .086 .110 .374**

Sig. (2-tailed) .597 .719 .298 .437 .318 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

X1.2 Pearson Correlation .058 1 .332** .219* .364** .142 .597**

Sig. (2-tailed) .597 .002 .046 .001 .198 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

X1.3 Pearson Correlation -.040 .332** 1 .438** .496** .126 .664**

Sig. (2-tailed) .719 .002 .000 .000 .252 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

X1.4 Pearson Correlation .115 .219* .438** 1 .213 .046 .571**

Sig. (2-tailed) .298 .046 .000 .052 .680 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

X1.5 Pearson Correlation .086 .364** .496** .213 1 .299** .707**

Sig. (2-tailed) .437 .001 .000 .052 .006 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

X1.6 Pearson Correlation .110 .142 .126 .046 .299** 1 .547**

Sig. (2-tailed) .318 .198 .252 .680 .006 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

X1 Pearson Correlation .374** .597** .664** .571** .707** .547** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 84 84 84 84 84 84 84


(43)

43

Correlations

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1

X1.1 Pearson Correlation 1 .058 -.040 .115 .086 .110 .374**

Sig. (2-tailed) .597 .719 .298 .437 .318 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

X1.2 Pearson Correlation .058 1 .332** .219* .364** .142 .597**

Sig. (2-tailed) .597 .002 .046 .001 .198 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

X1.3 Pearson Correlation -.040 .332** 1 .438** .496** .126 .664**

Sig. (2-tailed) .719 .002 .000 .000 .252 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

X1.4 Pearson Correlation .115 .219* .438** 1 .213 .046 .571**

Sig. (2-tailed) .298 .046 .000 .052 .680 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

X1.5 Pearson Correlation .086 .364** .496** .213 1 .299** .707**

Sig. (2-tailed) .437 .001 .000 .052 .006 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

X1.6 Pearson Correlation .110 .142 .126 .046 .299** 1 .547**

Sig. (2-tailed) .318 .198 .252 .680 .006 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

X1 Pearson Correlation .374** .597** .664** .571** .707** .547** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 84 84 84 84 84 84 84

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(44)

44

No Variabel Terikat Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier (Y)

Koefisien Korelasi Keterangan

1 Rutinitas monitoring jaringan irigasi dapat diukur dari jaringan irigasi sehingga dapat mengalirkan air sesuai dengan pola aliran yang direncanakan

0.625 Valid

2 Terpenuhinya kebutuhan atau kontinyuitas air irigasi dapat diukur dari tercapainya ketinggian air minimum di lahan pertanian

0.517 Valid

3 Berfungsinya bangunan fasilitas irigasi dengan baik dapat diukur dari tidak pernah terjadi keluhan dari anggota petani

0.536 Valid

4 Adanya koordinasi yang baik antara subak dan pemerintah dapat diukur dari sering dilakukan peninjauan langsung ke lahan pertanian oleh pemerintah

0.697 Valid

5 Kesiapan subak terhadap O & P dapat diukur dari kemampuan subak untuk mengelola secara mandiri jaringan irigasinya tanpa campur tangan pemerintah

0.656 Valid

6 Adanya intensif dari pemerintah dapat diukur dari jumlah bantuan yang telah disalurkan oleh pemerintah dalam penanganan O & P jaringan irigasi

0.458 Valid

Variabel Bebas Tingkat Pendidikan (X1) 7 Petani mampu memanfaatkan secara

optimal fasilitas jaringan irigasi 0.374 Valid


(45)

45

memadai terhadap proses tata kelola penggunaan air

0.597 Valid

9 Meningkatnya kemampuan bekerjasama sesama anggota subak dalam penggunaan

air irigasi 0.664 Valid

10 Adanya kerjasama yang baik diantara sesama anggota subak dalam mengatasi perselisihan

0.571 Valid

11 Meningkatnya pemahaman anggota subak tentang pentingnya pelestarian sistim irigasi tradisional

0.707 Valid

12 Meningkatnya kemampuan anggota subak terhadap intensitas tanam guna meningkatkan hasil produksi pertanian

0.547 Valid

Dari hasil rekapitulasi uji validitas instrumen penelitian seperti pada tabel dapat diketahui bahwa semua instrumen penelitian tentang Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier (Y), dan Tingkat Pendidikan (X1) dapat dinyatakan valid, karena masing-masing butir pertanyaan memiliki koefisien korelasi lebih besar dari 0.30.

4.1.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan secara internal, yaitu menganalisis data yang berasal dari satu kali pengujian kuesioner. Reliabilitas diukur dari koefisien alpha (cronbach's alpha). Bila koefisien alpha > 0.6 maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel.


(46)

46

a) Variabel Terikat (Y)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 84 100.0

Excludeda 0 .0

Total 84 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.710 7

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Y1 21.4523 3.738 .460 .668

Y2 21.4404 3.974 .329 .699

Y3 21.4047 3.916 .346 .695

Y4 21.5119 3.383 .515 .651

Y5 21.4643 3.578 .480 .662

Y6 21.7262 3.937 .170 .760


(47)

47

b) Variabel Bebas X1

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 84 100.0

Excludeda 0 .0

Total 84 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.709 7

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

X1.1 16.9186 6.399 .148 .740

X1.2 16.8829 5.632 .410 .679

X1.3 16.8472 5.398 .497 .656

X1.4 16.8829 5.685 .372 .688

X1.5 16.8829 5.207 .549 .641

X1.6 16.7996 5.557 .287 .722


(48)

48

No Variabel Koefisien Alpha Keterangan

1 Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier (Y)

0.710 Reliabel

2 Tingkat Pendidikan (X1) 0.709 Reliabel

Dari hasil rekapitulasi uji reliabilitas instrumen penelitian seperti pada tabel dapat diketahui bahwa semua intrumen penelitian tentang Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier (Y), dan Tingkat Pendidikan (X1) adalah reliabel, karena seluruhnya mempunyai koefisien Alpha lebih besar dari 0.60

4.2 Hasil Analisis Regresi

Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 TingkatPendidika

na

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable:

PemeliharaanJaringanIrigasiTersier

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .811a .658 .633 .24072


(49)

49

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.441 1 3.441 59.388 .000a

Residual 4.751 82 .058

Total 8.193 83

a. Predictors: (Constant), TingkatPendidikan

b. Dependent Variable: PemeliharaanJaringanIrigasiTersier

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.097 .195 10.779 .000

TingkatPendidikan .528 .069 .648 7.706 .000

a. Dependent Variable: PemeliharaanJaringanIrigasiTersier

Dari hasil uji Analisis Regresi Linier Berganda didapat persamaan Y = 2.097 + 0.528X1 Dari persamaan regresi linier berganda tersebut, maka dapat diinterpretasikan bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap pemeliharaan bangunan air pada jaringan irigasi tersier. Besarnya koefisien dari variabel tingkat pendidikan petani dalam mempengaruhi Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier adalah 0.528.

4.3 Uji Ketepatan Model Secara Simultan

Pengujian secara simultan menggunakan uji - f. Analisis uji - f pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis awal yang digunakan adalah H0 :  0 yang artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari

seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat serta Hi :  0 yang artinya terdapat

pengaruh yang signifikan secara simultan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan f hitung dengan f tabel. Apabila f hitung > f tabel maka H0 ditolak dan Hi diterima demikian sebaliknya.


(50)

50

Diperoleh : f hitung = 59.388

f tabel = df untuk pembilang : 1 (jumlah variabel) ; df untuk penyebut = 84 (jumlah sampel), diperoleh f tabel = 3.95

f hitung > f tabel (berpengaruh signifikan secara simultan)

Gambar 4.1. Pengujian pengaruh simultan variabel tingkat pendidikan terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier

4.4 Uji Ketepatan Model Secara Parsial

Signifikansi Koefisien Secara Parsial

Pengujian secara parsial menggunakan uji - t. Analisis uji - t menunjukkan apakah variabel bebas secara parsial atau individual memberikan pengaruh terhadap variabel terikat. Dengan dilakukan uji - t ini akan dapat diketahui apakah variabel tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier. Hipotesis awal yang digunakan adalah H0 : 10 yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari

variabel bebas terhadap variabel terikat serta Hi : 10 yang artinya ada pengaruh positif

yang signifikan secara parsial dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel. Apabila t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan Hi diterima, dan sebaliknya.

t tabel diperoleh : α = 0.05 ; df = 84-1 = 83

fhitung =59.388


(51)

51

t tabel = 1.66342

No Variabel Bebas t - hitung t - tabel Probabilitas

1 Tingkat

Pendidikan

7.706 1.66342 0.000

Berdasarkan hasil uji - t dinyatakan bahwa faktor tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier. Hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung > t tabel sehingga H0 ditolak.

Gambar 4.2. Pengujian pengaruh parsial variabel tingkat pendidikan terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier

4.5 Koefisien determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari tabel pengujian regresi linier berganda dapat diketahui bahwa koefisien determinasi sebesar 0.658. Hal ini menunjukkan bahwa 65.8% dari variasi yang terjadi didalam variabel pemeliharaan jaringan irigasi tersier dipengaruhi oleh variabel tingkat pendidikan petani. Sedangkan sisanya sebesar 34.2% dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar faktor tersebut.

Daerah Penerimaan H0

Daerah Penolakan H0

t hitung = 7.706


(52)

52

Deskriptif Statistik

Y1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3.00 31 36.9 36.9 36.9

4.00 53 63.1 63.1 100.0

Total 84 100.0 100.0

Y2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3.00 30 35.7 35.7 35.7

4.00 54 64.3 64.3 100.0

Total 84 100.0 100.0

Y3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 1 1.2 1.2 1.2

3.00 25 29.8 29.8 31.0

4.00 58 69.0 69.0 100.0

Total 84 100.0 100.0

Y4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 4 4.8 4.8 4.8

3.00 28 33.3 33.3 38.1

4.00 52 61.9 61.9 100.0


(53)

53

Y5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 2 2.4 2.4 2.4

3.00 28 33.3 33.3 35.7

4.00 54 64.3 64.3 100.0

Total 84 100.0 100.0

Y6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 9 10.7 10.7 10.7

3.00 36 42.9 42.9 53.6

4.00 39 46.4 46.4 100.0

Total 84 100.0 100.0

X1.1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 29 34.5 34.5 34.5

3.00 46 54.8 54.8 89.3

4.00 9 10.7 10.7 100.0

Total 84 100.0 100.0

X1.2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 27 32.1 32.1 32.1

3.00 47 56.0 56.0 88.1

4.00 10 11.9 11.9 100.0


(54)

54

X1.3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 25 29.8 29.8 29.8

3.00 48 57.1 57.1 86.9

4.00 11 13.1 13.1 100.0

Total 84 100.0 100.0

X1.4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 28 33.3 33.3 33.3

3.00 45 53.6 53.6 86.9

4.00 11 13.1 13.1 100.0

Total 84 100.0 100.0

X1.5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 28 33.3 33.3 33.3

3.00 45 53.6 53.6 86.9

4.00 11 13.1 13.1 100.0

Total 84 100.0 100.0

X1.6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 1 1.2 1.2 1.2

2.00 29 34.5 34.5 35.7

3.00 33 39.3 39.3 75.0

4.00 21 25.0 25.0 100.0


(55)

55

BAB V PENUTUP

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengujian pengaruh simultan variabel Tingkat Pendidikan terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier, diperoleh hasil nilai F hitung (59,338) > dari F tabel (3,95) berarti variable Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier.

2. Berdasarkan hasil uji parsial (hasil uji – t) dinyatakan bahwa faktor pengetahuan petani berpengaruh secara signifikan terhadap pemeliharaan bangunan air pada jaringan irigasi tersier, seperti hasil yang diperoleh nilai t hitung 7,706 > nilai t tabel (1,66757)

3. Berdasarkan hasil uji parsial (hasil uji – t) dinyatakan bahwa Tingkat Pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier, seperti hasil yang diperoleh nilai t hitung 3,32600 > nilai t tabel (1,66342)

6.1Saran

1. Dari hasil analisis yang diperoleh perlu dilakukan analisis berupa penelitian lanjutan dengan menambahkan beberapa faktor lainya seperti kebutuhan air irigasi, efisiensi saluran irigasi dll. Hal ini dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebutuhan air irigasi secara kontinyu di daerah irigasi.

2. Peningkatan kerjasama dengan Instansi terkait untuk lebih intensif dalam memberikan penyuluhan terkait dengan efisiensi penggunaan air dan upaya–upaka meningkatkan efisiensi dalam penggunaan air irigasi.


(56)

56

DAFTAR PUSTAKA

Algifari. 1997.Analisis Regresi , BPFE , Yogyakarta

Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Tahun 2007 , Pedoman Dan Kriteria Penelitian Subak Provinsi Bali.

Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Pengairan.1997. Pedoman Umum Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi .

Dinas Pertanian Dan Kelautan Kota Denpasar.2006. Laporan Inventarisasi Lahan Sawah di Kota Denpasar

Loekman Soetrisno. 1999. Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Sebuah Tinjauan Sosiologis, Kanisius, Yogyakarta.

Pitana I Gede Dan Setiawan I Gede.2005. Revitalisasi Subak Dalam Memasuki Era Globalisasi, Andi Yogyakarta

Pitana I Gede.1993. Sistem Irigasi Tradisional Di Bali, Upada Sastra Denpasar.

Rosady Ruslan. 2003. Metode Penelitian, Pubilc Relations Dan Komunikasi, Raja Grafindo Persada Jakarta.

Robert. J. Kodoatie dan Roestam Sjarief. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu , Andi Yogyakarta.

Sugiyono.2007. Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif dan R&D, Alfabeta Bandung. Sumarta I Ketut.1992. Subak Inspirasi Manajemen Pembangunan Pertanian , Cita Budaya. Trie M Sunaryo.2005. Pengelolaan Sumber Daya Air, Bayumedia Publishing, Malang Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun1974, tentang Irigasi

W Gulo.2000. Metodelogi Penelitian, PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Windia Wayan.2006. Transformasi Sistem Irigasi Subak, Pustaka Bali Post


(57)

57

Lampiran 1

TINGKAT PENDIDIKAN

Pada bagian ini Bapak/Ibu/Saudara diminta menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier di kecamatan Denpasar timur

Mohon diberikan jawaban dengan memberikan tanda (X) dari pernyataan berikut:

SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

No PERNYATAAN SS S TS STS

1 Petani mampu memanfaatkan secara optimal fasilitas jaringan irigasi

2 Petani memiliki pemahaman yang memadai terhadap proses tata kelola penggunaaan air 3 Meningkatnya kemampuan bekerjasama sesama

anggota subak dalam penggunaan air irigasi 4 Adanya kerjasama yang baik diantara sesama

anggota subak dalam mengatasi perselisihan 5 Meningkatnya pemahaman anggota subak tentang

pentingnya pelestarian sistim irigasi tradisional 6 Meningkatnya kemampuan anggota subak terhadap

intensitas tanam guna meningkatkan hasil produksi pertanian


(58)

58

Lampiran 2

PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TERSIER

Pada bagian ini Bapak/Ibu/Saudara diminta menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan pemeliharaan jaringan irigasi tersier di kecamatan Denpasar timur

Mohon diberikan jawaban dengan memberikan tanda (X) dari pernyataan berikut:

SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

No PERNYATAAN SS S TS STS

1 Rutinitas monitoring jaringan irigasi dapat diukur dari jaringan irigasi dapat mengalirkan air sesuai pola aliran yang direncanakan.

2 Terpenuhinya kebutuhan atau kontinyuitas air irigasi dapat diukur dari tercapainya ketinggian air minimum di lahan pertanian

3 Berfungsinya bangunan fasilitas irigasi dengan baik dapat diukur dari tidak pernah terjadi keluhan dari anggota petani.

4 Adanya koordinasi yang baik antara subak dan pemerintah dapat diukur dari sering dilakukan peninjauan langsung ke lahan pertanian oleh pemerintah

5 Kesiapan subak terhadap O & P dapat diukur dari kemampuan subak untuk mengelola secara mandiri jaringan irigasinya tanpa campur tangan pemerintah.

6 Adanya intensif dari pemerintah dapat diukur dari jumlah bantuan yang telah disalurkan oleh pemerintah dalam penanganan O & P jaringan irigasi.


(59)

59

Lampiran 3 : Jawaban Responden Terhadap Variabel Terikat

PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TERSIER

Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y

3 4 4 4 4 3 3.67

3 3 2 3 2 3 2.67

4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 3 4 4 3.83

4 3 4 4 4 4 3.83

3 4 4 4 4 4 3.83

4 4 4 4 4 4 4

4 4 3 4 4 3 3.67

4 4 3 4 3 3 3.5

4 3 4 4 4 4 3.83

3 3 3 3 3 3 3

4 4 4 4 4 4 4

4 3 3 4 4 4 3.67

3 4 4 3 3 2 3.17

3 3 4 4 4 4 3.67

4 3 3 2 3 4 3.17

4 4 4 4 4 4 4

4 3 3 3 3 3 3.17

3 4 4 4 3 3 3.5

3 4 3 4 4 3 3.5

4 3 4 3 3 3 3.33

3 3 4 3 4 4 3.5

4 4 4 4 4 3 3.83

3 4 3 2 2 3 2.83

4 4 4 4 4 3 3.83

3 3 4 3 4 4 3.5

3 3 3 2 4 4 3.17

3 4 3 3 3 2 3

3 3 3 4 3 4 3.33

3 3 3 3 3 3 3

4 3 4 3 3 4 3.5

3 4 4 3 4 2 3.33

3 3 4 4 4 2 3.33

4 4 4 4 4 3 3.83

3 4 4 3 3 4 3.5

4 4 4 4 3 4 3.83

4 4 4 4 4 4 4


(60)

60

4 4 4 4 4 4 4

4 3 4 3 3 3 3.33

3 4 4 3 4 2 3.33

4 4 4 4 4 4 4

4 3 3 4 4 3 3.5

4 4 4 4 3 3 3.67

4 4 4 4 4 3 3.83

4 4 4 4 4 4 4

4 3 3 4 4 4 3.67

4 4 4 4 4 3 3.83

4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 3 4 3 3.67

4 4 4 4 3 3 3.67

4 3 4 4 4 3 3.67

4 4 3 4 3 3 3.5

3 3 3 3 3 3 3

4 4 4 4 4 3 3.83

4 4 4 4 4 4 4

4 3 4 4 3 3 3.5

3 4 4 4 3 3 3.5

3 4 4 3 4 2 3.33

3 4 4 4 3 2 3.33

4 4 3 3 4 3 3.5

4 4 4 4 4 2 3.67

4 4 4 3 4 3 3.67

3 3 4 2 4 2 3

4 4 3 4 4 4 3.83

4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 3 4 3 3.67

4 4 4 4 4 3 3.83

4 4 4 4 4 4 4

3 3 3 4 3 4 3.33

4 4 3 4 4 4 3.83

4 4 4 4 4 4 4

4 3 3 3 3 4 3.33

3 4 4 3 4 4 3.67

3 3 3 4 4 4 3.5

4 4 4 3 3 3 3.5

4 4 4 4 4 3 3.83

3 3 3 3 3 4 3.17

4 3 4 3 4 3 3.5


(61)

61

3 3 4 4 3 4 3.5

4 4 3 4 4 4 3.83

3 4 4 4 3 4 3.67

4 4 3 3 3 4 3.5

Lampiran 4 : Jawaban responden Terhadap Variabel Bebas

TINGKAT PENDIDIKAN

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1


(1)

3 3 4 4 3 4 3.5

4 4 3 4 4 4 3.83

3 4 4 4 3 4 3.67

4 4 3 3 3 4 3.5

Lampiran 4 : Jawaban responden Terhadap Variabel Bebas

TINGKAT PENDIDIKAN

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1


(2)

3 2 3 4 3 3 3

3 4 3 4 3 1 3

3 4 3 2 4 4 3.33

2 3 3 3 4 3 3

3 2 2 3 3 4 2.83

2 4 4 4 3 3 3.33

2 3 3 3 3 3 2.83

3 3 2 3 2 3 2.67

3 2 3 3 3 4 3

2 3 3 2 2 2 2.33

3 2 2 2 2 3 2.33

3 2 2 3 3 3 2.67

2 3 2 3 2 2 2.33

2 2 3 3 3 2 2.5

3 2 2 2 2 4 2.5

4 3 3 3 2 4 3.17

3 2 2 2 2 3 2.33

4 3 2 3 2 2 2.67

3 2 2 3 2 3 2.5

3 2 3 2 3 2 2.5

2 2 3 2 3 4 2.67

3 3 4 3 3 3 3.17

2 3 2 2 2 2 2.17

2 3 3 4 3 4 3.17

2 3 2 2 3 2 2.33

3 2 2 2 3 4 2.67

2 3 2 2 2 2 2.17

2 3 2 3 2 4 2.67

2 2 2 2 2 2 2

3 2 3 2 4 2 2.67

2 3 3 2 3 2 2.5

3 2 2 3 3 2 2.5

3 3 4 3 3 4 3.33

3 2 2 2 2 2 2.17

2 2 4 3 4 4 3.17

4 4 3 3 3 4 3.5

3 3 3 3 3 4 3.17

4 3 3 3 3 4 3.33

3 2 3 2 2 3 2.5

2 3 3 2 3 2 2.5

4 4 4 3 4 3 3.67

2 3 2 3 3 3 2.67


(3)

3 4 3 3 3 3 3.17

4 4 4 4 4 3 3.83

2 3 3 2 3 3 2.67

3 4 3 3 3 3 3.17

3 3 3 4 4 3 3.33

2 3 3 3 3 3 2.83

2 3 3 3 2 3 2.67

3 2 3 3 3 3 2.83

3 3 2 3 2 3 2.67

2 2 2 2 2 2 2

3 3 4 4 3 2 3.17

3 3 3 3 3 4 3.17

3 2 3 4 2 3 2.83

3 3 3 3 2 2 2.67

2 3 3 2 3 4 2.83

2 3 3 3 2 2 2.5

3 3 2 2 3 3 2.67

3 3 3 3 3 2 2.83

3 3 3 2 3 3 2.83

3 2 3 2 2 2 2.33

3 3 2 3 3 3 2.83

3 3 3 3 3 4 3.17

2 2 4 4 3 2 2.83

4 3 3 3 4 3 3.33

3 3 3 3 3 2 2.83

2 4 4 3 4 4 3.5

3 2 3 4 2 3 2.83

3 3 3 3 2 2 2.67

2 3 3 2 3 4 2.83

2 3 3 3 2 2 2.5

3 3 2 2 3 3 2.67

3 3 3 3 3 2 2.83

3 3 3 2 3 3 2.83

3 2 3 2 2 2 2.33

3 3 2 3 3 3 2.83

3 3 3 3 3 4 3.17

2 2 4 4 3 2 2.83

4 3 3 3 4 3 3.33

3 3 3 3 3 2 2.83


(4)

LAMPIRAN. 5

1. Jadwal Penelitian

No Uraian Waktu Pelaksanaan Penelitian Tahun 2015

Juni Juli Agustus September

1 Persiapan

2 Survey Lapangan 3 Analisis Data

4 Pembuatan Laporan

5 Penyerahan Laporan

Bukit Jimbaran, Mei 2015 Ketua Tim Peneliti

( Ir. I Ketut Suputra, MT )


(5)

2. Personalia Penelitian Tim Peneliti :

Dosen : Ketua Tim Peneliti

Nama : Ir I Ketut Suputra, MT Golongan Pangkat dan NIP : IV/a 195408171986011001 Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

Jabatan Struktural : -

Bidang Keahlian : Hidrologi

Anggota Tim Peneliti

Nama : Ir IBN Purbawijaya, MSi ,MT Golongan Pangkat dan NIP : IV/a 196004171986011001 Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

Jabatan Struktural : -

Bidang Keahlian : Hidro (Irigasi)

Nama Mahasiswa

1. : Kadek Dedy Sudiatmika 2. : Nanda Angga Parahita


(6)

3. Rencana Biaya Penelitian

Biaya Penelitian Terdiri Dari :

A Honorarium Tim Peneliti (max 30 % dari

total biaya Rp 10.000.000)

Nilai (RP)

Ketua Tim Peneliti 950.000

Anggota Tim Peneliti 850.000

Mahasiswa 1 550.000

Mahasiswa 2 550.000

Jumlah 2.900.000

B Biaya Operasional

Usulan Penelitian 700.000

Pembuatan Dan penyebaran Kuesioner 3.000.000

Transportasi 1.600.000

Pengolahan Dan Analisa Data 900.000

Laporan Penelitian 900.000

Jumlah 7.100.000

Total 10.000.000

Bukit Jimbaran, 30 September 2015

Ketua Tim Peneliti

( Ir. I Ketut Suputra,MT ) NIP : 195408171986011001