Pokok Masalah Pertanian dan Irigasi Subak

14 dalam produksi beras, tidak dapat diabaikan. Oleh sebab itu, subak sebagai warisan budaya yang bernilai luhur, kiranya perlu dilestarikan eksistensinya. Dilestarikan dalam arti bukan sekedar mempertahankan nilai –nilai lama, tetapi sekaligus membina dan mengembangkannya, agar subak menjadi lebih kuat dan mandiri sehingga tangguh menghadapi segala tantangan modernisasi. Dalam pembangunan pertanian yang berbasis subak ada beberapa langkah strategis pelestarian dan pengembangan subak yang perlu diperhatikan antara lain : 1 meningkatkan partisipasi petani dalam proyek peningkatan pembangunan jaringan irigasi, 2 meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam bidang yang berkaitan dengan pengelolaan jaringan irigasi dan usahatani, 3 penelitian – penelitian mengenai berbagai aspek persubakan. Berdasarkan atas urain tersebut diatas untuk dapat menjaga kontinyuitas aliran air dalam pemenuhan kebutuhan air untuk daerah irigasi di subak Temaga perlu memiliki jaringan irigasi dengan efektifitas profil saluran yang optimal. Dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang pendidikan anggota subak yang mempunyai pengaruh secara signifikan dalam pemeliharaan jaringan irigasi tersier subak Temaga di Kecamatan Denpasar Timur

1.2 Pokok Masalah

Dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut : 15 Adakah pengaruh signifikan faktor tingkat pendidikan anggota subak terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier subak Temaga di Kecamatan Denpasar Timur.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan faktor tingkat pendidikan anggota subak Temaga terhadap pemeliharaan Jaringan irigasi tersier subak Temaga di Kecamatan Denpasar Timur 16

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Pertanian dan Irigasi Subak

Pembangunan irigasi merupakan salah satu komponen kegiatan yang sangat penting , karena keberhasilan pembangunan pertanian, khususnya pertanian lahan basah akan sangat ditentukan oleh ketersediaan air kontinyuitas air. Pembangunan pertanian, khususnya dalam usaha meningkatkan produksi pertanian , secara umum dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi. Untuk pertanian lahan sawah, baik intensifikasi maupun ekstensifikasi harus dibarengi dengan perbaikan serta perluasan irigasi Wardoyo, 1982. Salah satu pemikiran dalam paradigma baru pembangunan pertanian adalah bagaimana kita dapat menciptakan kebijaksanaan pertanian yang menjamin agar para petani memperoleh hak mereka atas air dan bibit, yang mereka butuhkan untuk mengelola usah tani secara lestari.Oleh karena itu, usaha pertama yang perlu dilakukan untuk menjamin hak petani atas air adalah memberdayakan organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air P3A. Pemerintah negara –negara yang sedang berkembang perlu memberikan hak - hak politik bagi organisasi tersebut, untuk melindungi dan memperjuangkan hak petani atas air Loekman Soetrisno, 1999: 62. Menurut pendapat Sumodiningrat 2000:7 menyebutkan bahwa pembangunan pertanian harus ditujukan untuk mempersiapkan masyarakat petani berkemampuan dalam memantapkan proses perubahan –perubahan struktur yang 17 muncul dan kemampuan petani itu sendiri. Perubahan struktur masyarakat petani diawali dari pengelolaan kegiatan sosial ekonomi produktif. Kegiatan produksi dilakukan untuk menghasilkan pendapatan yang dapat memberikan nilai tambah secara efektif dan efisien sehingga menimbulkan surplus yang dapat dimanfaatkan. Prinsip pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat merupakan prasyarat dalam pembangunan pertanian yang berorientasi pada manusia. Guna dapat menempatkan masyarakat petani sebagai pelaku ekonomi pembangunan, maka masyarakat petani perlu dibina dan dipersiapkan guna dapat merumuskan permasalahannya sendiri , melaksanakan dan mengawasi kegiatannya sehingga peran sertanya dalam pembangunan dapat optimal, yang pada akhirnya meningkatkan produksi dan produktivitasnya. Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, karena visi dan misi pembangunan pertanian dirumuskan dalam kerangka dan mengacu pada pencapaian visi dan misi pembangunan nasional. Visi pembangunan pertanian nasional adalah terwujudnya pertanian modern, tangguh dan efisien menuju masyarakat Indonesia yang sejahtera. Sedangkan misi pembangunan pertanian nasional adalah : 1 menggerakan berbagai upaya untuk memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal dan menerapkan teknologi tepat serta spesifik lokasi dalam rangka membangun pertanian yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan, 2 memberdayakan masyarakat pertanian menuju wiraswasta agribisnis yang mandiri, maju dan sejahtera. Upaya yang ditempuh oleh pemerintah dalam agenda reformasi pembangunan pertanian adalah mengembangkan ketahanan pangan yang berbasis 18 pada kemampuan produksi, keragaman sumberdaya pangan, serta kelembagaan dan budaya lokal Departemen Pertanian 2000. Hal ini bisa ditempuh dengan pemberdayaan petani melalui usaha kelompok agar mampu secara efektif mengartikulasikan aspirasi kepentingan petani. Adanya organisasi petani yang kuat merupakan faktor kunci agar kepentingan petani dapat lebih diperhatikan dalam kebijakan pembangunan dan kemampuan mereka dalam melaksanakan pembangunan pertanian agar dapat lebih diberdayakan.Pengembangan lembaga tradisional dalam pembangunan pertanian yang mengarah ke bidang ekonomikomersial yang berpola agribisnis perlu mendapat perhatian yang serius. Dewasa ini, pembangunan pertanian masih menjadi prioritas dalam pembangunan nasional kita mengingat sebagian terbesar masyarakat adalah petani baik yang mengusahakan lahan di lahan sawah maupun di lahan kering. Oleh karena itu jumlah petani sangat besar, maka setiap kebijakan yang terkait dengan pertanian haruslah berorientasi pada kesejahteraannya, peningkatan produksi, kualitas produksi dan memiliki daya saing sehingga pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani Sedana, dalam Revitalisasi Subak dalam Memasuki Era Globalisasi. Pembangunan pertanian berbasis subak yang ada di Bali memiliki beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan seperti tercantum dalam Peraturan Daerah Tingkat I Bali, No.02PDDPRD1972 yang menyebutkan bahwa: 1 Subak berkewajiban mengatur rumah tangganya sendiri baik dalam mengusahakan adanya air maupun mengatur air dengan tertib dan efektif untuk persawahan para anggota 19 subak di dalam wilayahnya, 2 subak memelihara dan menjaga prasarana –prasarana irigasi dengan sebaik –baiknya yang diperlukan untuk menjamin kelancaran dan tertibnya di dalam wilayahnya, 3 Dalam melaksanakan urusan rumah tangganya , subak menjalankan peraturan –peraturan, awig–awig dan sima subak yang baru, 4 subak menyelesaikan perselisihan –perselisihan sengketa yang timbul dalam rumah tangganya, 5 apabila ada pelanggaran dan tindak pidana diselesaikan menurut hukum yang berlaku. Menurut pandangan Windia,2002 mengatakan bahwa sitem pertanian subak sebagai suatu sitem kebudayaan atau sistem teknologi yang telah menjadi fenomena masyarakat budaya masyarakat Bali. Windia mengajukan strategi pembangunan pertanian di Bali melalui tiga aspek, yaitu pola pikir, sosial dan artefak kebendaan. Inti dari ketiga aspek tersebut adalah bagaimana keberpihakan dan strategi memajukan sektor pertanian melalui keharmonisan dan kebersamaan dari ketiga aspek tersebut. Subak sebagai suatu sistem irigasi yang dikelola petani secara swadaya untuk tanaman semusim khususnya padi, memiliki beberapa elemen yang saling terkait yaitu : 1 organisasi petani pengelola air irigasi, 2 jaringan irigasisarana prasarana irigasi, 3 produksi pangan, 4 ekosistem lahan sawah berigasi, 5 ritual keagamaan terkait dengan budidaya petani. Kelestarian subak dalam pembangunan pertanian akan terwujud jika kelestarian organisasi subak institutional Sustainability, kelestarian jaringan irigasi technical sustainability , kelestrian produksi pangan economic sustainability, kelestarian ekosistem lahan sawah ecological Sustainability, kelestarian nilai –nilai sosial 20 budayaritual keagamaan socio cultural sustainability dan kelestarian DAS dan sumber air bagian hulu environmental sustainability dapat dijaga.

2.2 Pemberdayaan Anggota Subak