24 berumur 0-14 tahun terhadap penduduk usia kerja 15-64 tahun. Namun demikian, dalam
penelitian ini tidak dihitung angka ketergantungan anak secara makro, karena tidak tersedia data jumlah anggota rumah tangga atau anggota keluarga masing-masing responden. Persentase anak
umur 0-14 tahun yang digambarkan oleh data pada Tabel 4.3 mencapai 57 persen dari keseluruhan data tentang umur anak terakhir. Kondisi ini mencerminkan bahwa beban responden
cukup besar, tidak hanya memelihara dan membesarkan, tetapi juga memberikan pendidikan atau peningkatan kualitas anak-anak mereka.
4.3 Karakteristik Sosial
Karakteristik sosial yang dibahas dalam penelitian ini meliputi tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, dan status pekerjaan responden. Masing-masing
karakteristik sosial yang dikemukakan di atas akan disoroti berturut-turut pada uraian berikut ini. Informasi tentang pendidikan responden diperoleh melalui pertanyaan tentang “pendidikan
tertinggi yang ditamatkan”. Kategori jawaban yang mungkin muncul dari pertanyaan tersebut adalah 1 tidak pernah sekolah; 2 tidak tamat SD; 3 Sekolah Dasar; 4 SLTP; 5 SLTA; dan
6 PT Perguruan Tinggi. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Pada Kajian Setengah Pengangguran
Dari Segi Jam Kerja dan Penghasilan di Kabupaten Badung
No. Urut
Tingkat Pendidikan Frekuensi
orang Persentase
1. Tidak Pernah Sekolah
- -
2. Tidak Tamat SD
11 12,2
3. Sekolah Dasar
15 16,7
4. SLTP
6 6,7
5. SLTA
48 53,3
6. Perguruan Tinggi
10 11,1
Jumlah: 90
100,0
Sumber: Hasil Penelitian Data Primer. Berdasarkan data pada Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden
yang paling menonjol adalah tingkat pendidikan menengah mencakup lebih dari 60 persen responden. Bahkan jika dipilah lagi menurut pendidikan SLTP dan SLTA, ternyata yang lebih
menonjol adalah mereka yang berpendidikan SLTA, yaitu digambarkan oleh sekitar 50 persen responden. Tingkat pendidikan terendah dalam penelitian dalam penelitian ini adalah tidak tamat
SD sekitar 12 persen. Sementara itu di pihak lain, dalam penelitian juga terungkap banyaknya
25 responden yang sempat mengenyam pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi. Hal ini dapat
memberikan indikasi bahwa para pekerja di Kabupaten Badung bukanlah para pekerja yang berpendidikan rendah.
Tinggi rendahnya tingkat pendidikan responden juga dapat dijadikan proksi menurut penyerapannya, apakah pada sektor pertanian, industri, ataukah jasa-jasa. Jika sebagian besar
responden menggeluti kegiatan di sektor pertanian, dapat dipastikan bahwa mereka cenderung memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah. Karena di sektor pertanian tidak dituntut tenaga
kerja yang memiliki tingkat keterampilan tinggi atau memiliki tingkat sertifikasi tertentu. Hal ini tentu kontradiktif jika dikaitkan dengan para pekerja yang menggeluti pekerjaan di sektor
industri atau jasa-jasa, yang menuntut tingkat kualifikasi tertentu bagi para pekerja. Pada bagian ini tidak dikupas secara khusus mengenai distribusi responden menurut sektor atau lapangan
pekerjaan. Hal ini disebabkan oleh penentuan distribusi responden penelitian menurut lapangan pekerjaan telah ditetapkan sejak awal, yaitu 30 orang pada lapangan pekerjaan pertanian, 30
orang pada lapangan pekerjaan industri, dan 30 orang pada lapangan pekerjaan jasa-jasa. Selain menurut lapangan pekerjaan, distribusi responden dalam penelitian ini dapat pula
dikelompokkan menurut jenis pekerjaan. Secara umum, jenis pekerjaan yang digeluti oleh penduduk sangat beragam, yaitu sebagai tenaga profesional, manajerial, tata usaha, tenaga usaha
penjualan, tenaga usaha pertanian, tenaga kasar, dan lainnya. Namun demikian, responden dalam penelitian ini tidak terdistribusi ke dalam semua jenis pekerjaan yang digambarkan di atas. Jenis-
jenis pekerjaan yang digeluti oleh responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 tenaga manajerial sebanyak 7,8 persen; 2 tenaga usaha penjualan 6,7 persen; 3 tanaga usaha
pertanian 33,3 persen; dan 4 lainnya sebanyak 52,2 persen. Jadi yang paling menonjol adalah tenaga kerja lainnya. Kemungkinan mereka merupakan tenaga kerja kasar, tenaga kerja produksi,
atau yang memiliki pekerjaan serabutan. Pengelompokan berikutnya adalah pembagian tenaga kerja berdasarkan kedudukannya
dalam pekerjaan atau yang sering pula disebut sebagai status pekerjaan. Berbeda dengan jenis pekerjaan, status pekerjaan responden pada penelitian ini relatif lebih beragam, yaitu meliputi 1
berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain; 2 berusaha dibantu buruh tidak tetap; 3 berusaha dibantu buruh tetap; 4 karyawanpegawai; dan 5 pekerja keluarga. Secara rinci, distribusi
responden menurut status pekerjaannya disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5
26 Distribusi Responden Menurut Status Pekerjaan Pada Kajian Setengah Pengangguran
Dari Segi Jam Kerja dan Penghasilan di Kabupaten Badung
No. Urut
Status Pekerjaan Frekuensi
orang Persentase
1. Berusaha tanpa bantuan orang lain
19 21,1
2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap
10 11,1
3. Berusaha dibantu buruh tetap
16 16,7
4. Karyawanpegawai
42 46,7
5. Pekerja keluarga
4 4,4
Jumlah: 90
100,0
Sumber: Hasil Penelitian Data Primer. Data pada Tabel 4.5 memberikan informasi yang sangat menarik, karena hampir separuh
tenaga kerja yang diteliti memiliki pekerjaan sebagai karyawan pegawai, disusul kemudian oleh status pekerjaan tanpa bantuan orang lain, dan di tempat ketiga adalah status pekerjaan berusaha
dibantu buruh tetap. Berdasarkan status pekerjaan responden tersebut, sebetulnya masih dapat dipilah menjadi pekerjaan formal dan informal. Dalam hal ini status pekerjaan
karyawanpegawai dan berusaha dibantu buruh tetap dikelompokkan sebagai pekerjaan formal. Sisanya, yaitu mereka yang memiliki status pekerjaan berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain,
berusaha dibantu buruh tidak tetap, dan pekerja adalah mereka yang digolongkan bekerja di sektor informal. Menurut pengelompokan yang disebut terakhir, terungkap bahwa hampir dua
pertiga dari seluruh responden penelitian menggeluati pekerjaan di sektor formal, sedangkan sisanya bekerja pada pekerjaan di sektor informal. Sesungguhnya kondisi yang digambarkan di
atas tidak lepas dari kondisi pendidikan responden, yaitu sebagian besar memiliki pendidikan yang relatif tinggi. Lebih dari 70 persen responden pada penelitian ini memiliki tingkat
pendidikan menengah dan tinggi, dan sisanya sebagian kecil hanya berhasil mengenyam pendidikan SD ke bawah. pekerja keluarga.
4.4 Karakteristik Ekonomi