Karakteristik Ekonomi DATA DAN PEMBAHASAN

26 Distribusi Responden Menurut Status Pekerjaan Pada Kajian Setengah Pengangguran Dari Segi Jam Kerja dan Penghasilan di Kabupaten Badung No. Urut Status Pekerjaan Frekuensi orang Persentase 1. Berusaha tanpa bantuan orang lain 19 21,1 2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap 10 11,1 3. Berusaha dibantu buruh tetap 16 16,7 4. Karyawanpegawai 42 46,7 5. Pekerja keluarga 4 4,4 Jumlah: 90 100,0 Sumber: Hasil Penelitian Data Primer. Data pada Tabel 4.5 memberikan informasi yang sangat menarik, karena hampir separuh tenaga kerja yang diteliti memiliki pekerjaan sebagai karyawan pegawai, disusul kemudian oleh status pekerjaan tanpa bantuan orang lain, dan di tempat ketiga adalah status pekerjaan berusaha dibantu buruh tetap. Berdasarkan status pekerjaan responden tersebut, sebetulnya masih dapat dipilah menjadi pekerjaan formal dan informal. Dalam hal ini status pekerjaan karyawanpegawai dan berusaha dibantu buruh tetap dikelompokkan sebagai pekerjaan formal. Sisanya, yaitu mereka yang memiliki status pekerjaan berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain, berusaha dibantu buruh tidak tetap, dan pekerja adalah mereka yang digolongkan bekerja di sektor informal. Menurut pengelompokan yang disebut terakhir, terungkap bahwa hampir dua pertiga dari seluruh responden penelitian menggeluati pekerjaan di sektor formal, sedangkan sisanya bekerja pada pekerjaan di sektor informal. Sesungguhnya kondisi yang digambarkan di atas tidak lepas dari kondisi pendidikan responden, yaitu sebagian besar memiliki pendidikan yang relatif tinggi. Lebih dari 70 persen responden pada penelitian ini memiliki tingkat pendidikan menengah dan tinggi, dan sisanya sebagian kecil hanya berhasil mengenyam pendidikan SD ke bawah. pekerja keluarga.

4.4 Karakteristik Ekonomi

Pembahasan karakteristik ekonomi pada dasarnya meliputi penghasilan, pengeluaran, maupun tabungan responden. Penghasilan responden meliputi penghasilan utama dan penghasilan tambahan yang diperoleh responden. Penghasilan utama diperoleh dari pekerjaan utama yang digeluti oleh responden, sedangkan penghasilan tambahan adalah penghasilan yang diperoleh dari luar kegiatan utamanya. Misalnya berupa kiriman atau pemberian dari sanak famili yang bekerja di tempat lain, atau bersumber dari bunga uang. Pada penelitian ini, penghasilan utama merupakan penghasilan yang diterima responden dari pekerjaannya selama 27 satu bulan. Penghasilan utama yang diterima responden sangat variatif; mulai dari yang terendah Rp. 250.000,- sampai tertinggi Rp. 7.000.000,- per bulan. Distribusi responden menurut penghasilan utama responden dapat diikuti pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Penghasilan Utama Pada Kajian Setengah Pengangguran Dari Segi Jam Kerja dan Penghasilan di Kabupaten Badung No. Urut Penghasilan Utama Rp.000 Frekuensi orang Persentase 1. 1.000 10 11,1 2. 1.000 - 2.000 21 23,3 3. 2.000 - 3.000 13 14,5 4. 3.000 - 4.000 23 25,6 5. 4.000 - 5.000 9 10,0 6. 5.000 - 6.000 11 12,2 7. ≥ 6.000 3 3,3 Jumlah: 90 100,0 Sumber: Hasil Penelitian Data Primer. Distribusi penghasilan utama responden dibagi menjadi 7 tujuh kelompok dengan interval Rp.1,0 juta. Berdasarkan distribusi penghasilan responden tersebut dapat dihitung rata- rata penghasilan utama sebesar Rp.3,0 juta rupiah per bulan. Proporsi responden dengan penghasilan utama di bawah rata-rata penghasilan mencakup hampir separuh dari seluruh responden. Sementara itu, kelompok penghasilan dengan proporsi responden tertinggi dijumpai pada kelompok penghasilan 3,0 - 4,0 juta rupiah, yaitu sekitar 26 persen responden. Selebihnya, yaitu responden yang memiliki penghasilan utama Rp. 4,0 juta atau lebih, digambarkan oleh sekitar seperempat dari seluruh responden penelitian. Selain penghasilan utama, diantara responden tersebut ada pula yang menyatakan memperoleh penghasilan tambahan, namun proporsinya hanya sekitar seperempat dari keseluruhan responden. Penghasilan tambahan yang diperoleh para responden relatif bervariasi, yaitu dari terendah Rp.200 ribu sampai Rp 3,0 juta. Sebagai akibat dari adanya penghasilan tambahan bagi beberapa responden, maka total penghasilan bagi responden di atas akan mengalami peningkatan. Dengan adanya perubahan-perubahan di atas, maka penghasilan total beberapa responden juga turut berubah, dan pada gilirannya distribusi penghasilan juga mengalami perubahan Tabel 4.7. Tabel 4.7 Distribusi Responden Menurut Penghasilan Total Pada Kajian Setengah Pengangguran Dari Segi Jam Kerja dan Penghasilan di Kabupaten Badung No. Urut Penghasilan Total Rp.000 Frekuensi orang Persentase 28 1. 1.000 6 6,7 2. 1.000 - 2.000 18 20,0 3. 2.000 - 3.000 15 16,7 4. 3.000 - 4.000 24 26,7 5. 4.000 - 5.000 11 12,2 6. 5.000 - 6.000 11 12,2 7. ≥ 6.000 5 5,5 Jumlah: 90 100,0 Sumber: Hasil Penelitian Data Primer. Adanya penghasilan tambahan dari 22 orang responden, telah mendorong naiknya rata- rata penghasilan total responden dari Rp. 3,0 juta menjadi Rp. 3,27 juta per bulan. Meningkatnya rata-rata penghasilan total responden, juga berdampak pada berkurangnya proporsi responden dengan penghasilan di bawah Rp.3,0 juta, dari 48,9 persen menjadi 43,4 persen. Sebaliknya, responden yang memiliki penghasilan Rp.3,0 juta atau lebih mengalami peningkatan dari 51,1 persen menjadi 56,6 persen. Penghasilan yang diperoleh responden digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran untuk menjaga kelansungan hidup responden dan keluarganya. Persoalannya adalah, apakah penghasilan yang diperoleh responden sudah cukup untuk membiayai kebutuhan hidup responden dan keluarganya. Jawaban atas persoalan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden 87,8 persen menyatakan penghasilan yang diperolehnya sudah mencukupi kebutuhan hidupnya. Sementara itu, responden yang menyatakan tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarganya dari penghasilan yang diperolehnya tercatat sebanyak 12,2 persen dari seluruh responden. Penelusuran lebih jauh terhadap siapa yang memberikan kontribusi untuk memenuhi kebutuhanpengeluaran keluarga mereka, terungkap bahwa yang berasal dari suami sebanyak 4,4 persen, dari anak 3,4 persen, dan sisanya bersumber dari keluarga lain sebesar 4,4 persen. Dengan demikian hasil penelusuran ini memberikan informasi bahwa kontribusi dari keluarga sendiri paling menonjol, yaitu 7,8 persen berasal dari suami dan anak. Setelah mengupas penghasilan responden, baik dari segi penghasilan utama, penghasilan tambahan, maupun penghasilan total, maka pada uraian berikut ini akan disoroti lebih jauh tentang pengeluarannya. Pengeluaran responden yang dibahas meliputi beberapa jenis pengeluaran seperti untuk kebutuhan makanan, pendidikan, upacara, dan pengeluaran lainnya. Diantara berbagai jenis pengeluaran tersebut, tampaknya pengeluaran untuk makanan paling dominan dibandingkan dengan jenis-jenis pengeluaran yang lainnya. Hal ini logis, karena 29 pengeluaran untuk makanan menyangkut semua responden, jadi tidak sama halnya dengan jenis- jenis pengeluaran yang lainnya. Distribusi responden menurut pengeluaran untuk makanan dapat dilihat secara rinci pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Pengeluaran Untuk Makanan Pada Kajian Setengah Pengangguran Dari Segi Jam Kerja dan Penghasilan di Kabupaten Badung No. Urut Pengeluaran Makanan Rp.000 Frekuensi orang Persentase 1. 500 5 5,6 2. 500 - 1.000 17 18,8 3. 1.000 - 1.500 18 20,0 4. 1.500 - 2.000 34 37,8 5. 2.000 - 2.500 11 12,2 6. ≥ 2.500 5 5,6 Jumlah: 90 100,0 Sumber: Hasil Penelitian Data Primer. Pengeluaran untuk makanan yang paling menonjol dijumpai pada kelompok pengeluaran 1,5 juta – 2,0 juta rupiah per responden per bulan, atau digambarkan oleh sekitar 38 persen responden. Di sisi lain, responden dengan pengeluaran makanan paling rendah Rp. 500 ribu adalah sebanyak 5,6 persen. Proporsi yang sama juga digambarkan oleh pengeluaran tertinggi, yaitu Rp.2,5 juta atau lebih. Berbeda dengan pengeluaran untuk kebutuhan makanan, pengeluaran responden untuk pendidikan lebih terbatas sifatnya. Hal ini sangat terkait dengan seberapa banyak responden yang anggota keluarganya sedang mengikuti pendidikan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa hanya 47 dari 90 orang responden yang menyatakan mengeluarkan biaya pendidikan untuk anggota keluarganya Tabel 4.9. Rentangan pengeluaran responden untuk biaya pendidikan sangat beragam, yaitu dari yang terendah Rp.100 ribu per bulan hingga tertinggi Rp.1,8 juta per bulan. Hal ini tentunya sangat tergantung dari tingkatanjenjang sekolah, tempat penyelenggaraan pendidikan di daerah kota atau pedesaan, atau mutu yang dijanjikan oleh lembaga pendidikan yang diikuti oleh peserta didik. Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Pengeluaran Untuk Pendidikan Pada Kajian Setengah Pengangguran Dari Segi Jam Kerja dan Penghasilan di Kabupaten Badung No. Urut Pengeluaran Pendidikan Rp.000 Frekuensi orang Persentase 1. 500 10 21,3 2. 500 - 1.000 18 38,3 3. 1.000 - 1.500 11 23,4 4. 1.500 - 2.000 8 17,0 30 Jumlah: 47 100,0 Sumber: Hasil Penelitian Data Primer. Selain untuk membiayai pengeluaran makanan dan pendidikan, penghasilan yang diperoleh responden juga digunakan untuk membiayai pengeluaran upacara adat dan agama. Pengeluaran untuk upacara, tidak hanya sekedar untuk mempertahankan tradisi, namun yang lebih penting adalah makna dibalik kegiatan tersebut, yaitu untuk menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, keharmonisan hubungan antara manusia dengan manusia, dan keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam dan lingkungannya. Proporsi responden yang membiayai pengeluarannya untuk kegiatan upacara, ternyata tidak sama dengan pengeluaran untuk makanan, dan tidak sama pula dengan pengeluaran untuk pendidikan. Pengeluaran untuk kegiatan upacara dilakukan oleh 68 dari 90 orang responden 75,6 persen. Besarnya pengeluaran untuk kegiatan upacara juga sangat bervariasi, mulai dari terendah sebesar Rp.50 ribu hingga tertinggi sebesar Rp 1,0 juta. Proporsi responden terbesar 32,4 persen dijumpai pada kelompok pengeluaran antara Rp.400 ribu–Rp.600 ribu. Lebih jelasnya, distribusi responden menurut pengeluaran untuk kegiatan upacara dapat dilihat pada Tabel 4.10. Proporsi responden pada kelompok pengeluaran terendah Rp. 200 ribu mencakup sebesar 13,2 persen dari seluruh responden, sedangkan pada kelompok pengeluaran tertinggi Rp.800 ribu atau lebih hanya mencakup 5,9 persen responden. Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Pengeluaran Untuk Upacara Pada Kajian Setengah Pengangguran Dari Segi Jam Kerja dan Penghasilan di Kabupaten Badung No. Urut Pengeluaran Upacara Rp.000 Frekuensi orang Persentase 1. 200 9 13,2 2. 200 - 400 20 29,4 3. 400 - 600 22 32,4 4. 600 - 800 13 19,1 5. ≥ 800 4 5,9 Jumlah: 68 100,0 Sumber: Hasil Penelitian Data Primer. 31 Di luar pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan makanan, pendidikan, dan upacara, sebetulnya masih banyak pengeluaran lainnya yang perlu diperhitungkan seperti pengeluaran untuk kesehatan, perbaikan rumah, peralatan rumah tangga, dan sebagainya. Dari keseluruhan responden penelitian, sekitar 61 persen menyatakan memiliki pengeluaran lainnya. Pengeluaran lainnya bervariasi antara nilai terendah Rp. 25 ribu hingga nilai tertinggi Rp.1,5 juta per bulan. Distribusi responden menurut pengeluaran lainnya disajikan pada Tabel 4.11. Tabel 4.11 Distribusi Responden Menurut Pengeluaran Lainnya Pada Kajian Setengah Pengangguran Dari Segi Jam Kerja dan Penghasilan di Kabupaten Badung No. Urut Pengeluaran Lainnya Rp.000 Frekuensi orang Persentase 1. 200 11 20,0 2. 200 - 400 12 21,8 3. 400 - 600 15 27,3 4. 600 - 800 9 16,4 5. ≥ 800 8 14,5 Jumlah: 55 100,0 Sumber: Hasil Penelitian Data Primer. Kelompok-kelompok pengeluaran lainnya tidak berbeda dengan kelompok-kelompok pengeluaran untuk upacara, hanya saja proporsinya pada masing-masing kelompok mengalami perbedaan. Proporsi responden terbesar juga dijumpai pada kelompok pengeluaran yang sama, yaitu masing-masing pada kelompok pengeluaran antara Rp. 400 ribu - Rp.600 ribu per bulan. Perbedaannya terletak pada besarnya persentase responden; untuk pengeluaran upacara mencakup sebesar 32,4 persen responden, sedangkan untuk pengeluaran lainnya hanya sebesar 27,3 persen responden. Berbicara tentang penghasilan dan pengeluaran responden tampaknya belum lengkap jika tidak menyinggung tentang tabungan responden. Tabungan tersebut muncul karena masih ada sisa penghasilan yang tidak digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran. Hal ini sejalan pula dengan temuan sebelumnya yang menyebutkan bahwa sebagian besar responden mengakui bahwa penghasilan yang diperolehnya sudah mencukupi kebutuhan hidupnya. Distribusi responden menurut besarnya tabungan dapat diikuti pada Tabel 4.12. Tabel 4.12 Distribusi Responden Menurut Besarnya Tabungan Pada Kajian Setengah Pengangguran Dari Segi Jam Kerja dan Penghasilan di Kabupaten Badung No. Urut Besarnya Tabungan Rp.000 Frekuensi orang Persentase 1. 200 10 14,1 2. 200 - 400 18 25,4 32 3. 400 - 600 17 23,9 4. 600 - 800 8 11,3 5. 800 - 1.000 5 7,0 6. 1.000 - 1.200 7 9,8 7. ≥ 1.200 6 8,5 Jumlah: 71 100,0 Sumber: Hasil Penelitian Data Primer. Kemampuan responden untuk menabung sangat bervariasi antara satu responden dengan responden lainnya, dan hal ini bergantung pada beberapa faktor, seperti besarnya penghasilan, besarnya pengeluaran, atau memiliki kebiasaan hidup hemat. Berdasarkan data kasar yang dikumpulkan dalam penelitian ini ditemukan bahwa tabungan terendah dari responden adalah Rp 30.ribu per bulan dan yang tertinggi mencapai Rp.2,0 per bulan. Namun demikian proporsi responden yang perlu ditelaah adalah mereka yang menabung pada kelompok tabungan antara Rp. 200 ribu - Rp.400 ribu dan Rp.400 ribu - Rp.600 ribu. Kedua kelompok tersebut mencakup sekitar separuh dari seluruh responden yang diteliti.

4.5 Kondisi Setengah Pengangguran dari Jam Kerja dan Penghasilan