Radiografi Periapikal Radiografi Bitewing

carapemotongan tulang, lalu fragmen tulang tersebut dapat digunakan untuk mengisi cacat tulang. 6 Kuretase untuk mengisi tulang merupakan sebuah langkah berupa pembersihan seluruh jaringan inflamasi dari daerah kerusakan tulang. Prosedur yang paling sering dilakukan saat kuretase ini adalah penghilangan daerah kerusakan tulang dengan cara memperbaiki bentuknya , oleh karena itu pada situasi dimana ada keraguan tentang cara perawatan yang cocok untuk cacat tulang, posisi lesi dapat digunakan untuk menentukan cara perawatan yang dilakukan. 6 Bonegraft merupakan usaha untuk mengisi daerah cacat tulang dan mendapat perlekatan kembali dengan kuretase sederhana dari daerah kerusakan tulang merupakan prosedur yang kurang dapat diandalkan dan sudah cukup banyak tipe bahan bonegraft. Bahan dari bonegraft dapat dikelompokkan menjadi empat tipe umum yaitu, autograft dimana tulang diambil dari individu yang sama, alograft dimana tulang diambil dari individu dengan jenis spesies yang sama, xenograft dimana tulang diambil dari spesies yang berbeda, diawetkan dengan etilen diamin untuk menghilangkan fraksi organik dan antigenetik, lalu graft dari bahan pengganti tulang dan bahan sintesis, bahan yang paling sering digunakan untuk tujuan ini adalah hidroksiapatit sintesis seperti periograft atau darapatite. 6

2.4 Radiografi Intra Oral

Pemeriksaan radiografi intraoral merupakan radiografi yang sering digunakan oleh dokter gigi. Radiografi intraoral ini dibagi menjadi 3 kategori: proyeksi periapikal, proyeksi bitewing, dan proyeksi oklusal. Radiografi periapikal menunjukkan semua bagian pada gigi termasuk tulang pendukungnya. Radiografi bitewing hanya menunjukkan bagian mahkota pada gigi dan batasan puncak tulang alveolar. Radiografi oklusal menunjukkan area gigi dan lebar tulang melebihi radiografi periapikal. 18

2.4.1 Radiografi Periapikal

Universitas Sumatera Utara Radiografi periapikal merupakan teknik intraoral yang dirancang untuk melihat gigi secara individual dan jaringan disekitar apikal. Gambaran yang dihasilkan memperlihatkan dua sampai empat gigi dan menyajikan informasi mendetail tentang gigi dan sekeliling tulang alveolar. 17 Indikasi klinis untuk radiografi periapikal termasuk diantaranya adalah : 17 • Mendeteksi infeksiinflamasi apikal. • Pemeriksaan status periodontal. • Sesudah trauma pada gigi dan kepadatan tulang alveolar. • Pemeriksaan keberadaan dan posisi gigi yang belum erupsi. • Pemeriksaan morfologi akar sebelum ekstraksi. • Selama endodontik.

2.4.2 Radiografi Bitewing

Radiografi bitewing diambil namanya dari teknik yang digunakan kepada pasien yaitu menggigit atau bite pada sayap kecil small wing yang melekat pada film intraoral . 17 Pada teknik radiografi, film digunakan untuk mendata bagian coronal dari gigi maxillaris dan mandibularis serta beberapa bagian dari akar gigi pada film yang sama. 19 Pada orang dewasa menggunakan film ukuran 2 sedangkan untuk anak – anak menggunakan film ukuran 1. Radiografi bitewing ini juga disebut sebagai teknik interproximal. 19 Indikasi dari penggunaan radiografi bitewing diantaranya adalah untuk mendeteksi karies proximal, memonitoring perkembangan karies gigi, mendeteksi karies sekunder atau reccurent caries, pemeriksaan kepadatan restorasi, dan pemeriksaan jaringan periodontal: sangat penting untuk mengetahui tinggi tulang alveolar dan perubahan yang terjadi, mendeteksi kalkulus yang menumpuk didaerah interproximal, melihat jarak dari restorasi dengan kamar pulpa. 17,19 Radiografi bitewing memasukkan mahkota gigi dari maxila dan mandibula serta puncak tulang alveolar dalam satu film. Reseptor bitewing ini biasa digunakan untuk mendeteksi karies interproksimal yang baru akan terjadi sebelum dapat didiagnosis menggunakan pemeriksaan klinis. Proyeksi dari radiografi bitewing ini juga digunakan untuk mengevaluasi kondisi periodontal. Radiografi ini cukup baik Universitas Sumatera Utara untuk melihat puncak tulang alveolar, perubahan tinggi tulang, dan membandingkannya dengan gigi sebelahnya. 18 Prinsip – prinsip pada teknik bitewing gambar 5 : 20 1. Film diletakkan dalam mulut sejajar dengan crown gigi –gigi di maksila dan mandibula. 2. Film distabilkan dengan pasien menggigit bitewing tab atau bite wing film holder. 3. Central x-rays diarahkan menembus kontak gigi dengan angulasi vertikal +10° Keuntungan dari radiografi bitewing ini antara lain adalah relatif sederhana dan mudah, reseptor gambar tetap dalam posisi dan tidak bisa diubah posisinya oleh lidah, posisi tabung x-rays menentukan arah sinar sehingga mempermudah operator dalam memastikan bahwa sinar x-rays selalu sudut kanan ke reseptor gambar, dapat menghindari conning off atau cone cutting pada daerah anterior dari reseptor gambar, holder dapat berupa autoclavable atau berupa sekali pakai.Namun, radiografi bitewing ini juga terdapat kerugiannya diantaranya adalah beberapa holder relatif memiliki harga yang mahal, dan terakhir, holder tersebut kurang nyaman jika digunakan oleh anak-anak. 17 Universitas Sumatera Utara Gambar 5. Prinsip dan teknik Radiografi bitewing 18 Film dapat diposisikan secara horizontal atau vertikal tergantung pada daerah yang akan dilakukan pengambilan radiografi. Pengambilan secara vertikal biasa digunakan untuk mendeteksi kehilangan tulang sedangkan pengambilan secara horizontal biasa digunakan untuk melihat mahkota, puncak alveolar, kavitas dan keberhasilan dari hasil perawatan. 7 Ukuran film yang digunakan pada bitewing ini berbeda – beda, seperti size 0 digunakan untuk mempelajari gigi posterior pada anak – anak 22x35 mm, size 1 memeriksa gigi posterior pada masa gigi bercampur 24x40 mm, size 2 memeriksa gigi posterior pada dewasa 32x41 mm, size 3 lebih sempit dan lebih panjang dan hanya digunakan untuk radiografi bitewing. Menjangkau secara horizontal dari premolar ke molar, tapi tidak direkomendasikan karena hasil yang didapat berupa overlapping dari mahkota premolar dan molar 27x54. 19 Universitas Sumatera Utara Gambar 6. Letak posisi film pada radiografi bitewing. A letak film Secara Horizontal, B letak film secara vertikal. 17 A B Universitas Sumatera Utara

2.5 Kerangka Konsep