Anatomi Sinus Paranasal A. Sinus Maksila

Soetjipto, 2007. Vena-vena ini membentuk suatu pleksus kavernosus yang rapat di bawah membrana mukosa. Drainase vena terutama melalui vena oftalmika, fasialis anterior, dan sfenopalatina Soetjipto, 2007; Snell, 2006. Fungsi penghidu berasal dari nervus olfaktorius. Nervus maksilaris dari nervus trigeminus berfungsi untuk impuls aferen sensorik, nervus fasialis untuk gerakan otot pernapasan pada hidung luar. Ganglion sfenopalatina berguna mengontrol diameter vena dan arteri hidung, dan juga produksi mukus, sehingga dapat mengubah pengaturan hantaran, suhu, dan kelembaban aliran udara Snell, 2006. Kompleks Ostiomeatal KOM adalah celah pada dinding lateral hidung yang dibatasi oleh konka media dan lamina papirasea. Struktur anatomi yang membentuk KOM adalah prosesus unsinatus, infundibulum etmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid, agger nasi, dan resesus frontal. KOM adalah unit fungsional yang merupakan tempat ventilasi dan drainase dari sinus-sinus yang terletak di anterior yaitu sinus maksila, etmoid anterior, dan frontal. Bila terjadi obstruksi pada KOM, maka akan terjadi perubahan patologis yang signifikan pada sinus yang terkait Soetjipto, 2007.

2.1.2 Anatomi Sinus Paranasal A. Sinus Maksila

Pada waktu lahir sinus maksila berupa celah kecil di sebelah medial orbita. Pada awal dasarnya lebih tinggi daripada dasar rongga hidung, kemudian terus mengalami penurunan, sehingga pada usia delapan tahun. Perkembangannya bergerak kearah bawah dan membentuk sempurna setelah erupsi gigi permanen. Ukuran rata-rata pada bayi yang baru lahir 7-8 x 4-6 mm dan pada usia 15 tahun 31-32 x 18-20 x 19-20 mm dan isinya kira-kira 15 ml Ballanger, 2002. Sinus maksila berbentuk piramid. Dinding anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infra temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah Universitas Sumatera Utara prosesus alveolaris dan palatum Soetjipto, 2007. Antrum mempunyai hubungan dengan infundibulum di meatus medius melalui lubang kecil yaitu ostium maksila yang terdapat di bagian anterior atas dinding medial sinus Ballanger, 2002. Yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah 1 dasar sinus maksila berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu premolar P1 dan P2, Molar M1 dan M2, kadang-kadang gigi taring dan gigi molar M3. Bahkan akar- akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi dapat naik ke atas dan menyebabkan sinusitis. 2 Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita. 3 Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drenase hanya tergantung dari gerak silia, lagipula drenase juga harus melalui infundibulum yang sempit Soetjipto, 2007.

B. Sinus Frontal

Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan ke empat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun Soetjipto, 2011. Ukuran sinus frontal pada orang dewasa adalah 28 mm tingginya, 24 mm lebar, dan 20 mm secara mendalam. Ukuran bervariasi substansial antara individu seperti halnya asimetri antara sisi kiri dan kanan pada individu yang sama. Meskipun sinus frontalis biasanya dianggap sebuah struktur piramida di bagian vertikal dari tulang frontal, mungkin muncul dalam bentuk lain Cummings,1999. Biasanya sinus frontalis membuka ke bagian anterior meatus tengah atau ke frontal dalam beberapa kasus yang diteliti dan langsung ke bagian anterior infundibulum pada sebagian individu. Ostium sinus frontal dapat ditemukan pada akhir superior-anterior infundibulum. Ini terletak antara bagian posterior dan anterior konka di dinding lateral hidung. Jika sel-sel resesus frontal di daerah ini dihapus secara hati-hati, ostium dapat ditemukan secara jelas. Ostium biasanya terletak posteromedial di sinus frontalis, sehingga sering sekali juga akan melihat dinding posterior sinus frontalis melalui ostium tersebut Cummings,1999. Universitas Sumatera Utara Sinus frontalis dipasok oleh supraorbital dan supratrochlear arteri yang berasal dari arteri ophthalmic, cabang dari arteri karotis internal. Aliran darah yang normal dalam arteri oftalmik keluar dari orbit dan ke dahi melalui pembuluh supraorbital. Drainase vena terutama melalui vena mata superior posterior melalui fisura orbital superior ke dalam sinus kavernosus Cummings,1999.

C. Sinus Etmoidalis

Sinus etmoid pada orang dewasa berbentuk seperti piramid dengan dasarnya pada bagian posterior. Ukurannya dari anterior ke posterior adalah 4-5 cm, tinggi 2,4 cm dan lebarnya 0,5 cm di anterior sedangkan di bagian posterior 1,5 cm Soetjipto, 2007. Sinus etmoidalis berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak diantara konka media dan dinding medial orbita Soetjipto, 2007. Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus superior dengan perlekatan konka media. Di bagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal, yang berhubungan dengan sinus frontal. Di daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang disebut infundibulum, tempat bermuaranya sinus ostium sinus maksila. Pembengkakan atau peradangan di resesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan di infundibulum dapat menyebabkan sinusitis maksila Soetjipto dan Mangunkusumo, 2007.

D. Sinus sfenoid

Sinus sphenoid dapat diidentifikasi di bagian janin pada bulan keempat, saat lahir sinus tetap kecil dan sedikit lebih dari satu evaginasi dari resesus sphenoethmoid. Setelah tahun kelima, invasi tulang sphenoid lebih cepat, dan pada usia 7 tahun, sinus telah diperpanjang posterior ke tingkat sela tursika. Pada remaja, sebagian sphenoid telah diaerasi ke sellae dorsum, meskipun lanjut Universitas Sumatera Utara pembesaran ke basisphenoid yang mungkin terjadi pada orang dewasa Cummings,1999. Ukuran rata-rata sinus sphenoid pada orang dewasa, adalah 20 mm tingginya, 23 mm dalamnya, dan 17 mm lebarnya. Sering ada asimetri antara kedua belah karena septum intersinus adalah struktur garis tengah yang tidak datar dan sering membungkuk atau memutar. Sebuah aspek yang menarik dari anatomi dewasa berkaitan dengan tingkat pneumatisasi tulang sphenoid, ketika erosi tulang maksimal, struktur berdekatan dengan sinus cenderung terpahat di interior dinding sinus Cummings,1999. Sinus sphenoid membuka ke resesus sphenoethmoid di atas concha superior. Ostium terletak kira-kira 2 mm x 3 mm dan 10 mm di atas sinus Cummings,1999. Pasokan darah dari sinus sphenoid tiba melalui cabang arteri karotid internal dan eksternal. Dari daerah orbit, cabang ethmoidal posterior arteri ophthalmic dapat berkontribusi ke sinus sphenoid setelah memasuki sel ethmoid posterior. Dinding sinus menerima darah dari cabang sphenopalatina dari arteri maksilarisCummings,1999. Gambar 2.1. Anatomi hidung dan sinus ARS, 2011 Universitas Sumatera Utara

2.2 FUNGSI SINUS PARANASAL