Tabel 5.5 Distribusi Penderita Rinosinusitis Berdasarkan Jenis Terapi Yang Dilakukan di RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2014
No Terapi Frekuensi n Persentase 1.
Medikamentosa 162
91.0 2.
Medikamentosa Operasi 16 9.0
Total 178 100.0
Pada tabel 5.5 di atas dapat dijelaskan bahwa jenis terapi yang paling banyak dilakukan adalah dengan medikamentosa yaitu sebanyak 162 orang
91,0.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Distribusi Penderita Rinosinusitis Berdasarkan Umur
Kelompok umur yang paling banyak menderita rinosinusitis berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2014 adalah
kelompok 41-50 tahun yaitu sebanyak 39 orang 21,9. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Multazar 2008 di RSUP Haji
Adam Malik Medan yang memaparkan bahwa kelompok umur tertinggi penderita rinosinusitis kronis adalah kelompok 44-51 tahun sebanyak 49 orang 16,55.
Penelitian yang dilakukan oleh Dalimunthe 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan bahwa distribusi tertinggi terdapat pada kelompok umur 40-49
tahun 11,44. Berdasarkan data European Position Paper on Rhinosinusitis and
Nasal Polyps pada tahun 2012 ,
penderita dengan usia 50 tahun adalah yang paling banyak menderita rinosinusitis.
Menurut Fokkens 2012 dalam penelitiannya menyatakan bahwa angka kejadian rinosinusitis kronis meningkat seiring pertambahan usia dengan rata-rata
6,6 pada kelompok usia 40-50 tahun, sementara itu setelah usia 60 tahun, angka kejadian menurun menjadi 4,7.
Universitas Sumatera Utara
Desrosiers 2011 dalam penelitiannya menyatakan angka kejadian rinosinusitis kronis meningkat pada usia
≥12 tahun dan bertambah banyak dengan pertambahan usia.
Hasil yang didapat peneliti, terlihat umur terbanyak hampir sama serta tidak berbeda jauh dengan peneliti-peneliti lainnya. Dari data diatas didapati
bahwa penderita rinosinusitis lebih banyak diderita oleh kelompok usia dewasa. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh kelompok usia dewasa merupakan
kelompok usia yang aktif dan sering terpapar oleh polutan atau zat-zat iritan yang mungkin dapat menyebabkan atau memperberat terjadinya rinosinusitis, sehingga
lebih banyak penderita dengan kelompok usia dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.
5.2.2 Distribusi Penderita Rinosinusitis Berdasarkan Jenis Kelamin
Menurut hasil data penelitian ini dapat dipaparkan bahwa jumlah sampel berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu 114 orang
64,0, sedangkan laki-laki sebanyak 64 orang 36,0. Hasil ini sejalan dengan penelitian case series Bagja dan Lasminingrum
2008 pada penelitian di poliklinik THT-KL RS. Hasan Sadikin Bandung periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2007 didapatkan 168 penderita
rinosinusitis kronis dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 82 penderita 49,08 dan perempuan 86 penderita 50,92.
Hasil penelitian Multazar 2008 di RSUP H. Adam Malik Medan juga menyatakan bahwa sampel perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-
laki yaitu sebanyak 169 orang 57,09. Penelitian case series Andika 2007 terhadap 30 penderita rinosinusitis maksila kronis di RSUP H. Adam malik,
Medan mendapatkan 12 penderita laki-laki 40 dan 18 penderita perempuan 60.
Universitas Sumatera Utara
Desrosiers 2011 dalam penelitiannya di Kanada menyatakan bahwa dari 73.364 orang yang disurvey mengenai penyakit kronik, 9,1 diantaranya
menderita rinosinusitis dan angka kejadian rinosinusitis tertinggi pada perempuan yaitu sebesar 5,7 dibanding laki-laki yaitu 3,4.
Sogebi et al 2008 di Rumah Sakit Universitas Olabisi Onabanjo di Nigeria dengan desain retrospektif, dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa
dari 131 pasien rinosinusitis, terdapat bahwa perempuan sebanyak 68 orang sedangkan laki-laki 63 orang.
Secara umum pasien perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki kemungkinan karena perempuan lebih peduli dengan keluhan sakit sehingga
perempuan lebih banyak dan lebih cepat berobat ke rumah sakit. Oleh sebab itu, penderita rinosinusitis pada penelitian ini lebih banyak berjenis kelamin
perempuan.
5.2.3 Distribusi Penderita Rinosinusitis Berdasarkan Keluhan Utama