Tindakan dapat berupa diatermi dengan sinar gelombang pendek Ultra Short Wave Diathermy sebanyak 5 – 6 kali pada daerah yang sakit untuk
memperbaiki vaskularisasi sinus. Kalau belum membaik, maka dilakukan pencucian sinus. Pada sinusitis maksilaris dapat dilakukan pungsi irigasi. Pada
sinusitis ethmoid, frontal atau sphenoid yang letak muaranya dibawah, dapat dilakukan tindakan pencucian sinus cara Proetz EP30S, 2007.
Rinosinusitis Kronis Jika ditemukan faktor predisposisinya, maka dilakukan tata laksana yang
sesuai dan diberi terapi tambahan. Jika ada perbaikan maka pemberian antibiotik mencukupi 10-14 hari. Jika faktor predisposisi tidak ditemukan maka terapi sesuai
pada episode akut lini II + terapi tambahan. Sambil menunggu ada atau tidaknya perbaikan, diberikan antibiotik alternative 7 hari atau buat kultur EP30S, 2007.
Jika ada perbaikan teruskan antibiotik mencukupi 10-14 hari, jika tidak ada perbaikan evaluasi kembali dengan pemeriksaan naso-endoskopi, sinuskopi
jika irigasi 5 x tidak membaik. Jika ada obstruksi kompleks osteomeatal maka dilakukan tindakan bedah yaitu BSEF atau bedah konvensional. Jika tidak ada
obstruksi maka evaluasi diagnosis. Pada sinusitis maksila dilakukan pungsi dan irigasi sinus, sedang sinusitis ethmoid, frontal atau sfenoid dilakukan tindakan
pencucian Proetz Mangunkusumo, 2007 ; EP30S, 2007.
2.3.8 Komplikasi 1.Orbital cellulitis and abscess
Kondisi ini menyulitkan kedua infeksi sinus ethmoid atau frontal. Sakit di sekitar
orbit diikuti oleh pembengkakan kelopak mata dan kemudian konjungtiva. Gerakan bola mata yang semakin terbatas sampai mata tidak dapat bergerak.
Ketegangan pada saraf optik mengakibatkan kebutaan Bernard, 1987.
Selain itu, ia juga akan menyebabkan pembentukan abses, dan memerlukan drainase eksternal secara mendesak. Hal ini dapat diatasi dengan
melakukan insisi pada kuadran superomedial orbit di mana saluran tube akan dimasukkan untuk mengeluarkan nanah yang terkumpul pada saat melakukan
pemisahan antara periosteum dan tulang Bernard, 1987.
Universitas Sumatera Utara
2. Meningitis Hal ini mungkin karena penjangkitan secara langsung tetapi dapat juga terjadi dari
penyebaran tromboflebitis. Prinsip-prinsip diagnosis dan pengobatan sama seperti yang dijelaskan pada meningitis otitic. Infeksi tersebut sering terjadi pada bagian
frontal dan ethmoid di mana ia memerlukan terapi secara mendesak Bernard, 1987.
3. Brain abscess Abses biasanya terjadi karena infeksi sinus frontal kronis. Mungkin terjadi pada
bagian ekstradural atau dalam lobus frontal dan diikuti dengan erosi dinding posterior sinus. Diagnosanya sulit diketahui, tetapi dapat diperiksa dengan CT-
scan. Scan tersebut dapat membantu dalam pemantauan abses. Kemungkinan terjadinya abses sangat luas jika sakit kepala masih berlanjut setelah pengobatan
yang adekuat, atau karena terjadinya kelemahan dalam perkembangan memori, perilaku dan kepribadian. Pengobatan terdiri dari aspirasi secara berulang melalui
eksplorasi burr-hole Bernard, 1987. 4. Osteomielitis dan abses subperiostal
Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak- anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral atau fistula
pada pipi Soetjipto, 2007. 5. Cavernous Sinus Thrombosis
Dalam kasus ini, emboli septik mengalir posterior melalui sistem vena mata ke sinus cavernous di mana ia mengakibatkan terjadinya infeksi, peradangan dan
akhirnya trombosis sinus. Gejala okularnya termasuk kemosis, respons pupil yang lambat, oftalmoplegia dan juga kebutaan. Temuan ini sering bilateral. Pemberian
antibiotik secara intravena harus dilakukan cepat dan jika ada indikasi harus melakukan drenase pada sinus yang terlibat. Antikoagulan berperan untuk
mencegah pembentukan trombus dan terapi steroid yang sistemik masih kontroversial Anil, 2008 .
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang