Shinden-zukuri Shoin-zukuri Gaya Arsitektur pada Rumah Tradisional Jepang Minka

26 BAB III GAYA DAN DESAIN TATA RUANG ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL JEPANG MINKA

3.1 Gaya Arsitektur pada Rumah Tradisional Jepang Minka

Sangat penting untuk memahami evolusi gaya arsitektur rumah tradisional Jepang agar mengerti bagaimana interior rumah tradisional Jepang berkembang. Mulai dari zaman Heian sampai pertengahan Edo, ada tiga gaya arsitektur kediaman utama yang berkembang, yaitu : shinden zukuri, shoin-zukuri, sukiya- zukuri.

3.1.1 Shinden-zukuri

Rumah kediaman para bangsawan pertama kali muncul pada zaman Heian dengan arsitektur rumah shinden-zukuri. Gaya shinden adalah tiruan dari contoh aula pemujaan kuil Buddha. Gaya ini ditiru dari struktur pada zaman dinasti T’ang. Ruang-ruang yang terhubung satu dengan yang lain melalui jalan terusan yang beratap. Dan tengah-tengah ruang utamanya disebut sebagai moya dengan dua set pilar disekelilingnya. Interior di bagian dalamnya dipisahkan secara cermat dengan byobu layar gulung, sudare tirai alang-alang, kicho tirai yang diberdirikan. Bahan untuk lantainya adalah papan kayu. Disitu digunakan alas duduk dan tikar lipat untuk duduk dan tidur dan terdapat sebuah ruangan kecil bernama nurigome yang digunakan untuk tidur atau dipakai sebagai gudang. Arsitektur ini hanya memberikan sedikit perlindungan dari dinginnya musim 27 dingin dimana pakaian berlapis-lapis yang menjadi corak mode pada zaman itu sudah dapat memberikan kehangatan. Menurut penulis, pada gaya arsitektur ini dapat dilihat bahwa dulu gaya ini digunakan untuk para bangsawan dan samurai berkedudukan tinggi pada pertengahan abad ke-15. Dan gaya ini merupakan tiruan dari contoh aula pemujaan kuil Buddha. Pada lukisan Hikayat Genji, akan terlihat shinden-zukuri sebagai gaya arsitekturnya. Saat ini tidak ada contoh yang lebih tua dari gaya ini, hanya dapat ditemukan versi abad ke-19 dari Istana Kekaisaran di Kyoto. Gambar : Lukisan Hikayat Genji

3.1.2 Shoin-zukuri

Arsitektur berikutnya yang muncul adalah arsitektur shoin-zukuri, suatu tipe arsitektur yang pertama kali terlihat di kediaman prajurit zaman Muromachi 1338-1573. Nama shoin berarti “perpustakaan” atau “belajar” yang pada awalnya adalah nama yang diberikan untuk kediaman kepala biara pria di kuil Zen. 28 Gaya shoin berkembang dari gaya shinden setelah melewati lebih dari dua abad. Gaya ini jadi banyak digunakan baik untuk tempat tinggal para pekerja kuil maupun ruang tamu dan kediaman para militer golongan atas pada zaman Azuchi- Momoyama dan Edo. Keistimewaan shoin-zukuri sering kali ditemukan terutama pada aula kaisho sebuah ruangan khusus yang dipergunakan untuk menerima tamu dan kediaman biarawan kuil Zen. Pada mulanya, menurut Hashimoto, shoin merujuk pada kamar yang berukuran single yang digunakan untuk belajar dan hidup sehari-hari. Terutama di kuil Zen, sudut ruangan yang terdapat pada houjou kediaman kepala biarawan disediakan untuk belajar dan hidup sehari-hari yang sering dikenal sebagai shoin. Pada ruangan ini beberapa elemen arsitektural penentu, tergabung secara satu per satu atau secara kombinasi. Elemen-elemen tersebut yaitu tsukeshoin kayu kasar permukaan rendah yang digunakan untuk membaca dan menulis dengan jendela sebagai pencahayaannya, chigaidana rak bertingkat yang terpasang tetap, dan tokonoma sebuah ceruk kecil di dalam kamar yang dipergunakan untuk memajang barang seni seperti kakemono, keramik, atau ikebana. Elemen-elemen ini secara berkala menjadi satu bagian dengan struktur ruang utama yang pada akhirnya keseluruhan bangunan rumah jadi bernama shoin. Pada gaya arsitektur ini interior ruang bagian dalam diperluas dengan menggunakan panel shoji dan fusuma sebagai penyekat. Tatami mulai dipakai untuk menutupi seluruh permukaan lantai dengan beberapa ruang yang berukuran lebih dari seratus tatami. Pada struktur shoin-zukuri yang sudah matang terdapat mairado pintu hias geser dengan selembar shoji pintu geser kertas dibaliknya, 29 lantai tertutup sempurna dengan anyaman tikar lipat tatami, dan pada setiap kamar di tempat-tempat tertentu terdapat tonggak, dinding, dan fusuma layar geser. Semua keistimewaan ini adalah pembaharuan yang tidak digunakan pada struktur shinden-zukuri. Hashimoto 1989: 13 mengatakan bahwa gaya arsitektur ini sangat dipengaruhi oleh elemen arsitektur kepercayaan Zen, dimana pada zaman Muromachi hubungan antara penguasa militer Jepang dengan kepercayaan Zen sangatlah dekat. Kaum militerlah, terutama pada keshogunan Kamakura, yang pertama kali mendukung sekte Zen ketika baru diperkenalkan dari Cina pada akhir abad ke 12 dan awal abad ke 13 oleh pendeta Eisai 1141-1215 dan D ōgen 1200-1253. Pendeta Zen melayani keshogunan bukan hanya sebagai penasehat spiritual saja, tetapi sebagai jenderal yang ahli dalam bidang kebudayaan Cina, di mana para pendeta Zen banyak menghabiskan waktu di negara itu untuk berlatih dan menguasai bahasa Cina dengan tujuan untuk membaca doktrin dasar Zen yang terumuskan dalam bahasa Cina. Mengingat dekatnya hubungan antara biara Zen dengan kemiliteran, maka cukup dimengerti bahwa elemen arsitektur Zen, telah mempengaruhi dalam negeri dan bangunan administratif kaum penguasa. Selama berkembang pada zaman Edo, elemn-elemen dari shoin-zukuri juga dipakai oleh kalangan kelas bawah, dan masih bertahan hingga saat ini pada struktur ruangan bergaya Jepang, seperti yang dikatakan oleh Hashimoto “What we think today as ‘traditional Japanese houses’ are nothing other than later variations on the shoin residence.” Yang berarti “Apa yang kita pikir sebagai 30 ‘rumah tradisional Jepang’ pada saat ini tidak lain hanyalah bentuk variasi dari tempat tinggal bergaya shoin. Salah satu dari keistimewaan utama dari gaya arsitektur shoin-zukuri adalah tokonoma, sebuah ruangan ceruk kecil di dalam kamar yang digunakan untuk memajang karya seni. Gambar : Tokonoma Menurut penulis, pada gaya arsitektur ini dapat dilihat bahwa, gaya arsitektur ini sangat dipengaruhi oleh elemen arsitektur kepercayaan Zen. Sebuah contoh gaya shoin adalah Hall Ninomaru dari Nijo Castle di Kyoto.

2.1.3 Sukiya-zukuri