5
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG ARSITEKTUR TRADISIONAL JEPANG
2.1 Periode Perkembangan Sejarah Arsitektur Tradisional Jepang
2.1.1 Periode Prasejarah
Periode masa prasejarah termasuk Jomon, Yayoi, dan periode Kofun sekitar 5000 SM sampai awal abad ke delapan. Selama tiga fase periode Jomon
terutama pemburu perngumpul dengan beberapa keterampilan pertanian primitif dan perilaku mereka terutama ditentukan oleh perubahan kondisi iklim dan
stimulan alami lainnya. Tempat tinggal awal yang terdiri dari rumah-rumah pit dengan menggali lubang dangkal dengan lantai tanah dipadatkan dan atap dari
rumput dirancang untuk mengumpulkan air hujan dengan bantuan stoples. Kemudian dalam periode ini, iklim yang lebih dingin dengan curah hujan yang
lebih besar menyebabkan punurunan populasi, yang memberikan kontribusi untuk kepentingan ritual.
Selama periode Yayoi masyarakat Jepang mulai berinteraksi dengan Dinasti Han China, pengetahuan dan keterampilan teknis tentang bangunan mulai
mempengaruhi mereka. Orang Jepang mulai membangun gudang dengan bentuk panggung sebagai lumbung yang dibangun menggunakan alat seperti gergaji dan
pahat yang mulai muncul saat itu. Sebuah rekontruksi di Toro, Shizouka adalah kotak kayu yang terbuat dari papan tebal bergabung di sudut-sudut dalam gaya log
kabin dan didukung pada delapan pilar. Atap jerami, tetapi, tidak seperti atap
6 biasanya berpinggul dari tempat tinggal pit, itu adalah berbentuk V atap pelana
sederhana. Periode Kofun ditandai munculnya banyak gundukan bilik pemakaman
atau tumuli Kofun harfiah berarti ”gundukan lama”. Gundukan sejenis Semenanjung Korea diperkirakan telah dipengaruhi oleh Jepang. Pada awal
periode makam, yang dikenal sebagai “lubang kunci Kofun” atau zenpo – koen Kofun, sering memanfaatkan topografi yang ada, membentuk dan menambah parit
untuk membentuk lubang kunci bentuk yang khas, yaitu bahwa lingkaran saling berhubungan dengan segitiga. Akses adalah melalui poros vertikal yang ditutup
setelah pemakaman selesai. Ada ruang di dalam ruang untuk peti mati dan barang kuburan. Gundukan sering dihiasi dengan batu nisan yang disebut Haniwa.
Kemudian dalam periode gundukan mulai berada di tanah datar dan skala mereka sangat meningkat. Di antara banyak contoh di Nara dan Osaka, yang paling
mencakup 32 hektar dan diperkiraan telah dihiasi dengan 20.000 angka Haniwa. Menjelang akhir periode Kofun, makam penguburan berangsur-angsur
menghilang dan upacara kremasi Budha mendapatkan popularitas.
Gambar : Tempat tinggal direkonstruksi di Yoshinogari
7
2.1.2 Periode Arsitektur Asuka dan Nara 550 – 794 M