Kesimpulan Saran Tinjauan Teoritis .1 Ukuran Perusahaan

59 Dari uji ANOVA atau F test, diperoleh F hitung sebesar 4,536 dengan tingkat signifikansi 0,003, sedangkan F tabel sebesar 2,527 dengan signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ROA, ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan positif terhadap perataan laba karena F hitung F tabel 4,536 2,527 dan signifikansi penelitian 0,05 0,003 0,05. Faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba suatu perusahaan tidak hanya tercermin dari kinerja keuangan perusahaan saja. Profitabilitas perusahaan belum tentu dapat meningkatkan nilai perataan laba. Faktor-faktor lain, misalnya struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, likuiditas, dsb. Selain faktor internal dan laporan keuangan, keputusan investasi seorang investor yang berdampak pada peningkatan perataan laba dapat dilihat dari faktor eksternal seperti, tingkat inflasi, tingkat kurs. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam Bab IV, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah Universitas Sumatera Utara 60 1. Secara simultan, ukuran perusahaan, ROA, NPM, Leverage berpengaruh signifikan positif terhadap perataan laba 2. Ukuran perusahaan secara secara parsial mempengaruhi perataan laba. Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka 0,05 0,004 0,05 3. ROA secara parsial mempengaruhi perataan laba. Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka 0,05 0,002 0,05. 4. NPM secara individual mempengaruhi perataan laba. Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka 0,05 0,007 0,05. 5. Leverage secara individual tidak mempengaruhi perataan laba. Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka 0,05 0,092 0,05.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mencoba memberikan saran bagi penelitian selanjutnya antara lain: 1. peneliti selanjutnya disarankan untuk memanfaatkan informasi laporan keuangan yang lebih lengkap yang telah dipublikasikan oleh perusahaan seperti size perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas laba dan variabel lain yang mempengaruhi perataan laba. 2. Penelitian selanjutnya sebaiknya memperluas bidang perusahaan yang akan dijadikan sampel untuk meneliti, serta menambah variabel yang mempengaruhi perataan laba. Universitas Sumatera Utara 61 3. Peneliti berikutnya sebaiknya menambah periode tahun yang akan diteliti, misalnya 6 tahun sebelumnya, agar dapat memberikan variasi data yang maksimal pada penelitian. LAMPIRAN Lampiran 1: Pengambilan sampel Universitas Sumatera Utara 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah rata –rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian Brigham dan Houston 2001. Ukuran perusahaan merupakan proksi volatilitas operasional dan inventory cotrolability yang seharusnya dalam skala ekonomis besarnya perusahaan menunjukkan pencapaian operasi lancar dan pengendalian persediaan Mukhlasin, 2002. Menurut Ferry dan Jones dalam Sujianto, 2001, “ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata –rata total penjualan dan rata –rata total aktiva”. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Universitas Sumatera Utara 11 Keadaan yang dikehendaki oleh perusahaan adalah perolehan laba bersih sesudah pajak karena bersifat menambah modal sendiri. Laba operasi ini dapat diperoleh jika jumlah penjualan lebih besar daripada jumlah biaya variabel dan biaya tetap. Agar laba bersih yang diperoleh memiliki jumlah yang dikehendaki maka pihak manajemen akan melakukan perencanaan penjualan secara seksama, serta dilakukan pengendalian yang tepat, guna mencapai jumlah penjualan yang dikehendaki. Manfaat pengendalian manajemen adalah untuk menjamin bahwa organisasi telah melaksanakan strategi usahanya dengan efektif dan efisien. Dalam aspek financial, penjualan dapat dilihat dari sisi perencanaan dan sisi realisasi yang diukur dalam satuan rupiah. Dalam sisi perencanaan, penjualan direfleksikan dalam bentuk target yang diharapkan dapat direalisir oleh perusahaan. Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan yang tinggi membutuhkan dukungan sumber daya organisasi modal yang semakin besar, demikian juga sebaliknya, pada perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah kebutuhan terhadap sumber daya organisasi modal juga semakin kecil. Jadi konsep tingkat pertumbuhan penjualan tersebut memiliki hubungan yang positif, tetapi implikasi tersebut dapat memberikan efek yang berbeda terhadap Universitas Sumatera Utara 12 struktur modal yaitu dalam penentuan jenis modal yang akan digunakan. Apabila perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana yang semakin meningkat akibat pertumbuhan penjualan, dan dana dari sumber intern sudah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain bagi perusahaan untuk menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik hutang maupun dengan mengeluarkan saham baru. Total aktiva dipakai karena ukurannya lebih bagus karena mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan asset yang ada. Total aktiva adalah keseluruhan aktiva lancar yaitu uang kas dan aktiva-aktiva lain atau sumber-sumber yang diharapakan akan direalisasikan menjadi uang kas atau dijual atau dikonsumsi selama siklus usaha perusahaan yang normal dalam waktu satu tahun. Baridwan, 2002:21

2.1.2 Return On Asset

Menurut Hanafi dan Halim 2003:27, “Return on Assets ROA merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu ”. Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah Universitas Sumatera Utara 13 perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan. Laba bersih net income merupakan ukuran pokok keseluruhan keberhasilan perusahaan. Laba dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapat pinjaman dan pendanaan ekuitas, posisi likuiditas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk berubah. Jumlah keuntungan laba yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian penganalisa di dalam menilai profitabilitas suatu perusahaan. Munawir 2001:57 menjelaskan bahwa profitabilitas atau rentabilitas digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan itu rentable. Bagi manajemen atau pihak-pihak yang lain, rentabilitas yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar. Menurut Mardiyanto 2009: 196 “ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi ”. Menurut Dendawijaya 2003: 120 rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat Universitas Sumatera Utara 14 keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. Menurut Lestari dan Sugiharto 2007: 196 “ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva ”. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor, karena tingkat pengembalian atau deviden akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak pada harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal yang akan semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. ROA dapat membantu perusahaan yang telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik untuk dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan sehingga dapat diketahui posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam perencanaan strategi.

2.1.3 Net Profit Margin

Net Profit Margin NPM adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. Menurut Bastian dan Suhardjono 2006, Universitas Sumatera Utara 15 Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha. Menurut Weston dan Copeland 1998, “semakin besar Net Profit Margin berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya ”. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan manajemen dalam menjalankan perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu risiko. Para investor pasar modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan mengetahui hal tersebut investor dapat menilai apakah perusahaan itu profitable atau tidak

2.1.4 Leverage

Leverage ratio digunakan untuk mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang. Hal ini mengindikasikan seberapa besar tingkat risiko perusahaan yang dapat berdampak pada nilai Universitas Sumatera Utara 16 perusahaan. Di duga bahwa semakin tinggi tingkat leverage ratio, maka semakin besar risiko yang harus ditanggung oleh investor. Oleh karena itu, agar tidak menambah tingkat risiko menjadi semakin tinggi, maka pihak Manajemen cenderung tidak melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan, termasuk manajemen terhadap laba. Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman Bank. Adapun Rasio yang dipakai adalah Total Debt to Total Asset Ratio DAR Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. DAR lebih bagus digunakan menunjukan kita mengetahui perusahaan kita mengelolah laba dengan menggunakan asset yang dibelanjai oleh hutang. Jin dan Machfoedz 1998 dalam Sucipto dan Purwaningsih 2007 menemukan bahwa perusahaan yang melakukan praktik perataan laba biasanya memiliki leverage operasi yang rendah. Leverage oprasi yang rendah menunjukkan bahwa proporsi biaya tetap lebih rendah, sedangkan proporsi biaya variabel lebih tinggi. Universitas Sumatera Utara 17

2.1.5 Perataan Laba

Perataan laba merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan agar dapat mengurangi risiko pasar atas saham perusahaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga saham perusahaan Assih dkk., 2000. Bieldman dalam Belkaoui 2000 menyatakan bahwa “perataan laba didefinisikan sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil fluktuasi pada tingkat laba yang dianggap normal bagi perusahaan ”. Rivard dkk., 2003 mendefinisikan “income smoothing sebagai sebuah praktik dengan menggunakan teknik-teknik akuntansi untuk mengurangi fluktuasi laba bersih selama beberapa periode waktu ”. Alasan perataan laba oleh manajemen perataan laba sebagai suatu alat yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artifisial melalui metode akuntansi maupun secara riil melalui transaksi. Tindakan perataan laba telah dianggap sebagai tindakan yang umum dilakukan Koch dalam Syahriana, 2006:15 Alasan perataan laba adalah bertujuan untuk memperbaiki hubungan dengan kreditur, investor dan karyawan serta meratakan siklus bisnis melalui proses psikologis yaitu: 1. Mengurangi total pajak yang dibayarkan oleh perusahaan. Universitas Sumatera Utara 18 2. Meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan karena laba yang stabil akan mendukung kebijakan pembayaran dividen yang stabil. 3. Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena pelaporan laba yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji atau upah. 4. Siklus peningkatan dan penurunan laba dapat ditandingkan dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak. 5. Proposisi yang diajukan berkaitan dengan perataan laba adalah kriteria yang digunakan manajemen perusahaan dalam memilih metoda akuntansi adalah untuk memaksimumkan kepuasan atau

2.1.6 Teknik perataan Laba

Berbagai teknik yang digunakan dalam perataan laba diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi melalui kebijakan manajemen itu sendiri accrual, misalnya: pengeluaran biaya riset dan pengembangan. Selain itu banyak juga perusahaan yang menerapkan kebijakan diskon dan kredit sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada akhir bulan terakhir tiap kuarter, sehingga laba kelihatan stabil pada periode tertentu. Universitas Sumatera Utara 19 2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer memiliki kewenangan untuk mengalokasikan pendapatan dan atau beban untuk periode tertentu. Misalnya, jika penjulan meningkat maka manajemen dapat membebankan biaya riset dan penelitian serta amortisasi goodwill pada periode itu untuk mensabilkan laba. 3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan dan kebijakan sendiri untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam katagori yang berbeda. Misalnya, jika pendapatan operasi sulit untuk didefenisikan maka manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi atau pendapatan non operasi. Dalam hal ini dapat digunakan sewaktu-waktu untuk meratakan laba melihat kondisi pendapatan periode itu. Teknik-teknik itu memang mungkin untuk dilakukan karena Prinsip Akuntasi Berterima Umum PABU memberikan berbagai pilihan dalam mencatat berbagai peristiwa keuangan. Manajemen memiliki keleluasan untuk mengganti satu metode ke metode lain. Keleluasan untuk memakai teknik-teknik akuntansi dalam mencatat terbukti telah disalahgunakan oleh manajemen untuk melakukan perataan laba. Bahkan Koch 1981 mensinyalir bahwa perataan laba banyak dilakukan dengan mengunakan teknik-teknik akuntansi yaitu dengan merubah kebijakan akuntansi. Sopa Sugiarto, 2003 Universitas Sumatera Utara 20 Koch 1981 Menyatakan bahwa peratan laba dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1. Artificial smoothing, perataan laba yang mengacu pada prosedur akuntansi yang diimplementasikan dimana manajemen melakukan tindakan untuk mengakui biaya dan atau pendapatan dari satu periode ke periode lain manipulasi melalui metode akuntansi. 2. Real smoothing, Perataan laba yang mengacu pada transaksi aktual yang dilakukan oleh entitas dimana manajemen mempunyai kendali terhadap transaksi yang akan mempengaruhi laba di masa depan manipulasi melalui transaski.

2.1.7 Sasaran Praktik Perataan Laba

Adapun yang dapat dijadikan sebagi sasaran praktik peratan laba adalah aktivitas-aktivitas yang dapat digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi aliran data atau informasi. Untuk menciptakan laporan keuangan yang sesuai dengan keinginan manajemen, manejer dapat memasukkan informasi yang akan datang kedalam laporan periode ini atau sebaliknya Priyo, 2001 dalam Ariyani, 2004. Seperti yang dikutip dari Jin dan Machfoedz 1998 instrumen yang dapat digunakan dalam perataan laba antara lain adalah pendapatan, deviden, perubahan dalam kebijakan akuntansi, biaya pensiun, pos luar biasa, kredit pajak investasi, depresiasi dan biaya tetap, perubahan mata uang, klasifikasi akuntansi dan pencadangan. Universitas Sumatera Utara 21 Foster 1986 mengklasifiksikan unsur-unsur laporan keuangan yang dijadikan dalam praktik perataan laba, yaitu; 1. Unsur Penjualan 1. Saat pembuatan faktur. Misalnya: penjualan yang sebenarnya untuk periode yang akan datang pembuatan fakturnya dilakukan pada periode ini dan dilaporkan sebagai penjualan periode ini. 2. Pembuatan pesanan atau penjulan fiktif. 3. Downgrading penurunan produk. Misalnya dengan cara mengklasifikasikan produk yang belum rusak kedalam kelompok produk yang rusak dan selanjutnya dilaporkan telah terjual dengan harga yang lebih rendah dari harga yang sebenarnya. 2. Unsur Biaya 1. Memecah faktur. Misalnya faktur untuk sebuah pembelianpesanan dipecah menjadi beberapa pembelianpesanan dan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dengan tanggal berbeda kemudian dilaporkan dalam beberapa periode akuntansi. 2. Mencatat prepayment biaya dibayar dimuka sebagai biaya. Misalnya melaporkan biaya advertensi dibayar dimuka untuk tahun depan sebagai biaya advertensi tahun ini Universitas Sumatera Utara 22

2.2 Review Penelitian Terdahulu