Teknik Sampling Rancangan penelitian Identifikasi variabel penelitian Definisi Operasional Variabel

commit to user 25 Jadi didapatkan jumlah sampel adalah 8.5 tiap kelompok. Pada penelitian ini digunakan 9 ekor tikus putih untuk setiap kelompok sehingga memenuhi syarat dalam banyaknya sampel yang digunakan. Sampel pada penelitian ini ditentukan dengan kriteria-kriteria tertentu seperti memilih tikus yang mempunyai umur dan berat badan yang sama, sehat, tidak cacat, dan berjenis kelamin jantan. Sampel dipilih sesuai kriteria subjek penelitian dan dikelompokkan ke dalam tiga kelompok secara acak. Peneliti membagi sampel menjadi 3 kelompok di mana tiap kelompok terdapat 9 tikus putih sehingga dalam penelitian ini membutuhkan 27 tikus putih dari populasi yang ada. Pembagian tersebut dilakukan secara random dengan cara pengundian. Peneliti menambahkan 10 dari jumlah populasi yaitu satu ekor pada tiap-tiap kelompok sebagai objek cadangan. Kelompok K - adalah kelompok kontrol, di mana tikus yang dilukai tidak diberi lendir bekicot maupun gel bioplacenton. Kelompok P adalah kelompok tikus yang dilukai dan diberi lendir bekicot. Sedangkan kelompok K + adalah kelompok tikus yang dilukai dan diberi perlakuan kontrol berupa gel bioplacenton.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah ra ndom purposive sa mpling , yaitu pemilihan subjek berdasarkan ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya Galloway, 1997. commit to user 26

E. Rancangan penelitian

Rancangan penelitian ini adalah the post test only control group design. Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian Keterangan: K - = Kontrol negatif , tikus yang dicukur punggungnya, lalu di di olesi alkohol 70, lalu dilukai berbentuk lingkaran dengan diameter 1 cm dan dibiarkan. P = Kontrol negatif , tikus yang dicukur punggungnya, lalu diolesi alkohol 70, lalu dilukai berbentuk lingkaran dengan diameter 1 cm, lalu diolesi lendir bekicot pada luka dan ditutup dengan plester. K + = Kontrol negatif , tikus yang dicukur punggungnya, lalu diolesi alkohol 70, lalu dilukai berbentuk lingkaran dengan diameter 1 cm lalu diolesi bioplacenton pada luka dan ditutup dengan plester. HK - = Pengamatan hasil penyembuhan luka pada kelompok K- HP = Pengamatan hasil penyembuhan luka pada kelompok P HK + =Pengamatan hasil penyembuhan luka pada kelompok K + Sampel Tikus 27 ekor K- HK - K + HK + Bandingkan dengan uji statistik P HP commit to user 27

F. Identifikasi variabel penelitian

1. Variabel bebas : a. Pemberian lendir bekicot Acha tina fulica b. Pemberian gel bioplacenton 2. Variabel terikat : Proses penyembuhan luka 3. Variabel perancu a. Variabel perancu terkendali 1 Genetik 2 Jenis kelamin 3 Umur 4 Berat badan 5 Makanan dan minuman yang dikonsumsi objek penelitian 6 Kemungkinan terjadinya infeksi b. Variabel perancu tak terkendali 1 Makanan dan minuman yang dikonsumsi bekicot Acha tina fulica . 2 Kondisi psikologis tikus. 3 Sistem imunitas masing-masing tikus 4 Koagulopati commit to user 28

G. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas: a. Pemberian lendir bekicot Acha tina fulica Lendir bekicot adalah lendir yang didapatkan dari bekicot hidup yang dipecahkan cangkangnya lalu ditampung di tempat yang steril. Lendir bekicot dioleskan secukupnya dengan cotton bud ke seluruh luka kemudian dilihat kecepatan perkembangan penyembuhan luka dengan cara diamati secara histologis. Lendir bekicot dioleskan setiap plester diganti, yaitu dua kali sehari. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. b. Pemberian gel bioplacenton Bioplacenton merupakan salah satu sediaan salep. Komposisinya terdiri dari neomisin sulfat 0,5 dan ekstrak plasenta 10 Santoso, 2009. Pada penelitian ini bioplacenton dioleskan secukupnya dan secara merata pada luka sebanyak dua kali sehari dengan jumlah secukupnya. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. 2. Variabel terikat Proses penyembuhan luka adalah tahapan atau waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan luka tubuh menjadi pulih seperti semula. Proses penyembuhan luka dilihat sampai fase proliferasi atau granulasi yaitu terjadi sekitar hari ke lima setelah terbentuknya luka tanpa diberikan perlakuan. Fase proliferasi atau granulasi ditandai dengan munculnya commit to user 29 jaringan baru berwarna merah muda secara makroskopis yang tersusun oleh proliferasi sel-sel fibroblast dan angiogenesis Keast dan Orsted, 2009; Cotran dan Mitchell, 2007b; Sjamsuhidajat dan de Jong, 1997. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala numerik untuk perhitungan sel-sel fibroblas. 3. Variabel luar terkendali a. Genetik Subjek penelitian yang digunakan adalah tikus putih Ra ttus norvegicus galur Wistar. Walaupun tidak dapat dikendalikan secara mutlak tetapi dapat diatasi dengan pemilihan galur yang sama, serta dilakukan randomisasi sehingga faktor genetik dapat dikatakan homogen. b. Jenis kelamin Tikus putih yang digunakan sebagai objek penelitian adalah tikus putih dengan kelamin jantan dengan harapan sampelnya homogeny dan keadaan biologisnya lebih stabil. Pemilihan ini dilakukan untuk menghindari adanya pengaruh hormon esterogen yang mungkin terjadi, yakni keadaan seperti siklus menstruasi dan kehamilan. c. Umur Untuk membuat sampel homogeny, tikus putih yang digunakan adalah tikus putih dengan umur kurang lebih tiga bulan. d. Berat badan Berat badan tikus yang digunakan berkisar antara 200-300 gram. commit to user 30 e. Makanan dan minuman subjek penelitian Tikus putih diberikan makanan berupa pellet dan minuman air PAM secara a d libitum . Tiap kandang diberikan makanan sebanyak 25 gram per hari dan minuman sebanyak ± 220 ml per hari. f. Infeksi Disterilkan dengan alkohol 70 serta dilakukan penutupan terhadap luka dengan menggunakan plester steril. Masing-masing tikus ditempatkan di kandang yang berbeda untuk menjaga sanitasi serta mencegah terjadinya infeksi. 4. Variabel luar tak terkendali a. Makanan dan minuman yang dikonsumsi bekicot Acha tina fulica Makanan dan minuman yang dikonsumsi bekicot tidak dapat dikendalikan karena bekicot hidup liar di alam bebas. b. Kondisi psikologis tikus Kondisi psikologis tikus akibat perlakuan dapat mempengaruhi kelancaran penelitian. Untuk mengatasinya, tikus tersebut diadaptasi selama beberapa hari lalu kondisi kandang dibuat nyaman, cukup makan, cukup minum, dan pencahayaan yang cukup. c. Sistem imunitas dari masing-masing tikus. Sistem imun tubuh, akan menghambat dan mengubah reaksi tubuh terhadap luka, kematian jaringan, dan adanya infeksi. Oleh karena itu pada penelitian ini dipilih sampel yang sehat. commit to user 31 d. Koagulopati Koagulopati, merupakan gangguan pembekuan darah yang bisa menghambat penyembuhan luka. Kelainan bawaan tikus yang tidak dapat dikendalikan dan sulit dideteksi secara dini membutuhkan pemeriksaan terlebih dahulu.

H. Instrumentasi dan Bahan Penelitian

Dokumen yang terkait

PENGARUH LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) TOPIKAL TERHADAP KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT IIA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR

1 6 29

EFEKTIFITAS PEMBERIAN GEL LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) SECARA TOPIKAL TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) MELALUI PENGAMATAN MAKROSKOPIS

0 4 56

EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR GEL LENDIR BEKICOT (Achatina Fulica) DENGAN HIDROKSIPROPIL EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR GEL LENDIR BEKICOT (Achatina Fulica) DENGAN HIDROKSIPROPIL METHYLCELLULOSE (HPMC) SEBAGAI GELLING AGENT PADA KULIT PUNGGUNG KELINCI JANTAN

0 0 15

EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR OLEH LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) PADA KULIT PUNGGUNG KELINCI JANTAN EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR OLEH LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) PADA KULIT PUNGGUNG KELINCI JANTAN.

0 0 16

PENDAHULUAN EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR OLEH LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) PADA KULIT PUNGGUNG KELINCI JANTAN.

0 0 15

FORMULASI SEDIAAN GEL LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) DENGAN FORMULASI SEDIAAN GEL LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) DENGAN NATRIUM CARBOXYMETHYL CELLULOSE SEBAGAI GELLING AGENT UNTUK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA KELINCI JANTAN.

0 1 17

FORMULASI SEDIAAN GEL LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) DENGAN CHITOSAN SEBAGAI GELLING AGENT UNTUK FORMULASI SEDIAAN GEL LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) DENGAN CHITOSAN SEBAGAI GELLING AGENT UNTUK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA KELINCI JANTAN.

0 2 15

Pengaruh Pemberian Lendir Bekicot (Achatina fulica) dalam Mempercepat Waktu Penyembuhan Luka Insisi pada Mencit Swiss Webster Jantan.

4 13 16

Pengaruh Lendir Bekicot (Achatina fulica) terhadap Jumlah Sel Fibroblas pada Penyembuhan Luka Sayat

0 0 9

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS LENDIR BEKICOT(Achatina fulica) DENGAN KITOSAN TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA

0 0 7