Instrumentasi dan Bahan Penelitian

commit to user 31 d. Koagulopati Koagulopati, merupakan gangguan pembekuan darah yang bisa menghambat penyembuhan luka. Kelainan bawaan tikus yang tidak dapat dikendalikan dan sulit dideteksi secara dini membutuhkan pemeriksaan terlebih dahulu.

H. Instrumentasi dan Bahan Penelitian

1. Alat-alat yang digunakan a. Klem b. Gunting c. Syringe 3 mL steril sekali pakai d. Jarum 0.5 x 25 mm sekali pakai e. Sarung tangan steril f. Pisau cukur g. Plester luka 3 x 6 cm h. Penggaris dan pena i. Wadah steril 2. Bahan yang digunakan a. Anastesi lidokain 2 b. Alkohol 70 c. Tikus Ra ttus norvegicus Strain Wistar kelamin jantan dengan umur 3 bulan dengan berat 200-300 gram d. Bekicot commit to user 32 e. Makanan hewan percobaan pelet f. Air PAM

I. Cara Kerja

1. Penyediaan Lendir Bekicot: Bekicot hidup dibersihkan dengan air mengalir kemudian dikeringkan. Setelah itu cangkang bekicot disterilkan dengan alkohol 70. Ujung cangkang dipecahkan kemudian lendir yang mengalir ditampung ke dalam wadah steril. 2. Percobaan: Dilakukan adaptasi terhadap tikus di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta selama 5 hari dan dilakukan pengelompokkan dengan teknik randomisasi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok tikus kontrol negatif [K -], kelompok tikus percobaan P, dan kelompok tikus kontrol positif [K+] di mana masing- masing kelompok terdiri dari sembilan tikus. Selama percobaan, ketiga kelompok tikus diberi makan pelet dan minuman dari air PAM secara a d libitum . Sebelum memulai percobaan, siapkan syringe dengan 2 mL lidokain 2 untuk anestesi. Cukur bersih bagian belakang tikus dengan menggunakan pisau cukur dan diberi tanda berbentuk lingkaran dengan ukuran diameter 1 cm. Sterilisasi dilakukan dengan mengoleskan alkohol 70 pada bagian tersebut. Ambil syringe yang telah disiapkan, kemudian commit to user 33 injeksikan pada tikus putih secara intra kutan . Tikus diletakkan kembali ke kandang supaya tidak gelisah. Tunggu kira-kira 5-10 menit agar efek anastesi bekerja dan dilakukan pengecekkan terhadap efek anestesi tikus dengan cara memberikan rangsang sakit pada daerah yang dianestesi. Apabila efek anestesi telah bekerja, kulit bagian belakang tikus dicubit dengan klem dan digunting berbentuk lingkaran dengan ukuran diameter 1 cm. Pada tikus kelompok K-, luka ditutup dengan plester luka. Sementara pada kelompok tikus P, oleskan lendir bekicot dengan cotton bud pada luka sebelum luka ditutup dengan plester luka. Lalu kelompok tikus K+ diolesi dengan gel bioplacenton dan ditutup dengan plester luka. Kemudian ketiga kelompok tikus dimasukkan kembali ke kandang masing-masing. Setiap hari plester luka diganti dan amati luka pada tikus. Pada tikus kelompok P, oleskan lagi lendir bekicot setiap kali mengganti plester luka. Begitu juga dengan kelompok K+ yang diolesi gel bioplacenton setiap kali mengganti plester luka. Plester luka, lendir bekicot, dan gel bioplacenton tidak lagi diberikan setelah terbentuk jaringan granulasi. Jaringan granulasi akan terbentuk pada hari ketiga sampai kelima, maka pada hari kelima dilakukan pembuatan preparat histologis dari jaringan tubuh yang mengalami perlukaan. 3. Pengamatan dan penilaian: Pengamatan dan penilaian terhadap penyembuhan luka dilakukan pada hari kelima fase granulasi atau fase proliferasi setelah terbentuknya luka commit to user 34 dengan cara dibuat menjadi sediaan histologis. Pada hari kelima setelah perlakuan diberikan, semua hewan percobaan dikorbankan dengan cara cervica l dislocation . Kemudian organ hepar diambil untuk selanjutnya dibuat preparat histologi dengan metode blok paraffin dengan pengecatan HE. Dari 27 hewan coba yang ada dibuat 3-4 preparat untuk masing- masing hewan coba. Pengamatan preparat dengan pembesaran 1000 kali untuk mengamati jumlah fibroblas yang tampak, kemudian fibroblas dihitung dalam empat lapang pandang yang berbeda. Hasil yang diperoleh dari empat lapang pandang tersebut kemudian dijumlah dan selanjutnya dibandingkan kelompok lainnya dengan uji Onewa y ANOVA. Jika terdapat perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan uji Post Hoc. Fase proliferasi atau granulasi ditandai dengan munculnya jaringan baru berwarna pink secara makroskopis yang tersusun oleh proliferasi sel-sel fibroblast dan angiogenesis Keast dan Orsted, 2009; Mitchell dan Cotran, 2007b; Sjamsuhidajat dan de Jong, 1997.

J. Teknik analisis data

Dokumen yang terkait

PENGARUH LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) TOPIKAL TERHADAP KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT IIA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR

1 6 29

EFEKTIFITAS PEMBERIAN GEL LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) SECARA TOPIKAL TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) MELALUI PENGAMATAN MAKROSKOPIS

0 4 56

EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR GEL LENDIR BEKICOT (Achatina Fulica) DENGAN HIDROKSIPROPIL EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR GEL LENDIR BEKICOT (Achatina Fulica) DENGAN HIDROKSIPROPIL METHYLCELLULOSE (HPMC) SEBAGAI GELLING AGENT PADA KULIT PUNGGUNG KELINCI JANTAN

0 0 15

EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR OLEH LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) PADA KULIT PUNGGUNG KELINCI JANTAN EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR OLEH LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) PADA KULIT PUNGGUNG KELINCI JANTAN.

0 0 16

PENDAHULUAN EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR OLEH LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) PADA KULIT PUNGGUNG KELINCI JANTAN.

0 0 15

FORMULASI SEDIAAN GEL LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) DENGAN FORMULASI SEDIAAN GEL LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) DENGAN NATRIUM CARBOXYMETHYL CELLULOSE SEBAGAI GELLING AGENT UNTUK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA KELINCI JANTAN.

0 1 17

FORMULASI SEDIAAN GEL LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) DENGAN CHITOSAN SEBAGAI GELLING AGENT UNTUK FORMULASI SEDIAAN GEL LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) DENGAN CHITOSAN SEBAGAI GELLING AGENT UNTUK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA KELINCI JANTAN.

0 2 15

Pengaruh Pemberian Lendir Bekicot (Achatina fulica) dalam Mempercepat Waktu Penyembuhan Luka Insisi pada Mencit Swiss Webster Jantan.

4 13 16

Pengaruh Lendir Bekicot (Achatina fulica) terhadap Jumlah Sel Fibroblas pada Penyembuhan Luka Sayat

0 0 9

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS LENDIR BEKICOT(Achatina fulica) DENGAN KITOSAN TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA

0 0 7