b b b b Alat dan Bahan .1 Alat-alat Prosedur .1 Pembuatan sirup simpleks

108 Lampiran 29. Lanjutan Tabel 4. Analisis uji Kruskal-Wallis indeks ulkus pada hari ketujuh Test Statistics

a,b

Indeks ulkus Chi-Square 13.305 Df 2 Asymp. Sig. .001 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: perlakuan Tabel 5. Analisis uji Kruskal-Wallis jumlah ulkus pada hari kesepuluh Test Statistics

a,b

Jumlah ulkus Chi-Square 16.248 df 2 Asymp. Sig. .000 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: perlakuan Tabel 6. Analisis uji Kruskal-Wallis indeks ulkus pada hari kesepuluh Test Statistics

a,b

Indeks ulkus Chi-Square 16.152 df 2 Asymp. Sig. .000 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: perlakuan 109 Lampiran 29. Lanjutan Tabel 7. Analisis uji Kruskal-Wallis jumlah ulkus pada hari keempatbelas Test Statistics

a,b

Jumlah ulkus Chi-Square 16.393 df 2 Asymp. Sig. .000 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: perlakuan Tabel 8. Analisis uji Kruskal-Wallis indeks ulkus pada hari keempatbelas Test Statistics

a,b

Indeks ulkus Chi-Square 16.129 df 2 Asymp. Sig. .000 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: perlakuan 110 Lampiran 30. Uji Mann-Whitney Tabel 1. Analisis uji Mann-Whitney jumlah ulkus pada hari ketiga Test Statistics b Jumlah ulkus Mann-Whitney U 15.500 Wilcoxon W 36.500 Z -.408 Asymp. Sig. 2-tailed .684 Exact Sig. [21-tailed Sig.] .699 a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan Tabel 2. Analisis uji Mann-Whitney indeks ulkus pada hari ketiga Test Statistics b Indeks ulkus Mann-Whitney U 13.000 Wilcoxon W 34.000 Z -.808 Asymp. Sig. 2-tailed .419 Exact Sig. [21-tailed Sig.] .485 a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan Tabel 3. Analisis uji Mann-Whitney jumlah ulkus pada hari ketujuh Test Statistics b Jumlah ulkus Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 21.000 Z -3.108 Asymp. Sig. 2-tailed .002 Exact Sig. [21-tailed Sig.] .002 a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan 111 Lampiran 30. Lanjutan Tabel 4. Analisis uji Mann-Whitney indeks ulkus pada hari ketujuh Test Statistics b Indeks ulkus Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 21.000 Z -3.083 Asymp. Sig. 2-tailed .002 Exact Sig. [21-tailed Sig.] .002 a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan Tabel 5. Analisis uji Mann-Whitney jumlah ulkus pada hari kesepuluh Test Statistics b Jumlah ulkus Mann-Whitney U 18.000 Wilcoxon W 39.000 Z .000 Asymp. Sig. 2-tailed 1.000 Exact Sig. [21-tailed Sig.] 1.000 a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan Tabel 6. Analisis uji Mann-Whitney indeks ulkus pada hari kesepuluh Test Statistics b Indeks ulkus Mann-Whitney U 18.000 Wilcoxon W 39.000 Z .000 Asymp. Sig. 2-tailed 1.000 Exact Sig. [21-tailed Sig.] 1.000 a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan 112 Lampiran 30. Lanjutan Tabel 7. Analisis uji Mann-Whitney jumlah ulkus pada hari keempatbelas Test Statistics b Jumlah ulkus Mann-Whitney U 18.000 Wilcoxon W 39.000 Z .000 Asymp. Sig. 2-tailed 1.000 Exact Sig. [21-tailed Sig.] 1.000 a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan Tabel 8. Analisis uji Mann-Whitney indeks ulkus pada hari keempatbelas Test Statistics b Indeks ulkus Mann-Whitney U 18.000 Wilcoxon W 39.000 Z .000 Asymp. Sig. 2-tailed 1.000 Exact Sig. [21-tailed Sig.] 1.000 a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan 113 Lampiran 31. Posisi tikus sebelum dan setelah dibedah a Posisi tikus sebelum dibedah b Posisi tikus setelah dibedah 114 Lampiran 32. Gambar alat-alat bedah a sonde tikus b jangka sorong 115 Lampiran 33. Gambar mikrotom dan mikroskop a Gambar mikrotom b Gambar mikroskop 116 Lampiran 34. Gambar sediaan suspensi a Suspensi antasida b Suspensi kombinasi alginat dengan antasida 117 Lampiran 35. Sertifikat analisis Aluminium Hidroksida [AlOH 3 ] dan Magnesium Hidroksida [MgOH 2 ] a Sertifikat analisis Aluminium Hidroksida [AlOH 3 ] 118 Lampiran 35. Lanjutan b Sertifikat analisis Magnesium Hidroksida [MgOH 2 ] 48 DAFTAR PUSTAKA Andersen, T. 2012. Alginate as Biomaterials in Tissue Engeneering. Charbohydr. Chem. 371: 227-258. Arianto, A., dan Bangun, H. 2014. Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Berbasis Alginat sebagai Sitoprotektif pada Ulkus Peptikum yang Diinduksi dengan Aspirin, Asam Klorida, dan Alkohol. Laporan Tahunan Hibah Bersaing. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Arivumani, K., Velpandian, V., Banumathi, V., Ayyasamy, S., dan Kumar, A. 2013. Anti-ulcer Activity of Hingu Chooraman against Aspirin and Pylorus Ligation Induced Gastric Ulcer in Rats. International Journal of Pharma Research Review. 24: 13 - 21. Aziz, N. 2002. Peran Antagonis Reseptor H-2 dalam Pengobatan Ulkus Peptikum. Sari Pediatri. 34: 222 - 226. Bakir, T., Minkar, T., Arslan, M.K., dan Aygun, E. 1988. Healing of Gastric Ulcer with Ranitidine or Higher-Dose of Antacid. Journal of Islamic Academy of Sciences. 11: 70 - 71. Buchanan, B.R., dan Andrews, F.M. 2003. Treatment and Prevention of Eqquine Gastric Ulcer Syndrome. The Veterinary Clinic Equine Practice. 19: 575 - 597. Corwin, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 603-605. Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan. Halaman 31. Dufton, J. 2012. The Pathophisiology and Pharmaceutical Treatment of Gastric Ulcers. PharmCon Inc. Halaman 2. Draget, K. I., Smidsrod, O., dan Gudmund S. 2005. Alginate from Algae. Weinheim: WILEY-VCH Verlag GmbH and Co. Halaman 3-4. Estuningtyas, A., dan Arif, A. 2011. Obat Lokal. Dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Halaman 518 - 522. Ferawati, L. 2014. Efek Penyembuhan Sirup Alginat Dibandingkan dengan Suspensi Sukralfat Terhadap Ulkus Lambung Tikus yang Diinduksi dengan Etanol. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. 49 Fransiska, E. 2013. Stabilitas Fisik dan Efek Pencegahan Ulkus dari Sirup Alginat pada Lambung Tikus yang Diinduksi dengan HCl. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Fornai, M., Antonioli, L., dan Colluci, R. 2011. Pathophysiology of Gastric Ulcer Development and Healing: Molecular Mechanisms and Novel Therapeutic Options. Departement of Internal Medicine, University of Pisa, Italy. Page 113-142. Ganguly, A.K., dan Bhatnagar, O.P. 1973. Effect of Bilateral Adrenalotomy on Production of Restraint Ulcers in Stomach of Albino Rats. Canadian Journal of Physiology and Pharmacology. 51: 748 - 750. Gosal, F., Paringkoan, B., dan Wenas, N.T. 2012. Patofisiologi dan Penanganan Gastropati Obat Antiinflamasi Nonsteroid. Artikel Pengembangan Pendidik Keprofesian Berkelanjutan. 6211: 444 - 449. Guyton, A. C., dan Hall, J. E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 862. Houshia, O.J., Eid, M.A., Zaid, O., Zaid, M., dan Al-daqqa, N. 2012. Assement of The Value of The Antacid Contents of Selected Palestinian Plants. American Journal of Chemistry. 26: 322 - 325. Indraswari, C.I., Kalsum, U., dan Sudjari. 2004. Pengaruh Pemberian Temulawak pada Lambung Tikus yang Mengalami Ulkus Peptikum Akibat Induksi Indometasin. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 202: 96 - 99. Insel, P.A. 1996. Analgesic-Antipyretic and Antiinflamatory Agents and Drugs Employed in Treatment of Gout. Dalam: Goodman Gilman’s. The Pharmacological Basis of Therapeutics. Ninth Edition. New York: McGraw-Hill. Halaman 626. Ivey, K.J. Mechanisms of Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug-Induced Gastric Damage: Actions of Therapeutic Agents. The American Journal of Medicine. 842: 41-48. Leeson , C.R., Thomas, S.L., dan Anthony, A.P. 1989. Buku Ajar Histology. Alih Bahasa: dr. Yan Tambayong. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 347-357. Mustaba, R., Winaya, I.O., dan Ketutberata, I. 2012. Studi Histopatologi Lambung pada Tikus yang Diberi Madu sebagai Pencegah Ulkus Lambung yang Diinduksi Aspirin. Indonesia Medicus Veterinus. 14: 471 - 482. 50 Mutia, T., dan Rifaida Erninggsih. 2012. Penggunaan Webs Serat AlginatPolivinil Alkohol Hasil Proses Elektrospining Untuk Pembalut Luka Primer. Jurnal Riset Industri. 62: 137 - 147. Paulsen, F., dan Waschke, J. 2012. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia: Organ- Organ Dalam. Edisi ke-23. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 68. Pearce, E.C. 2006. Anatomy Physiology for Nurses. Penerjemah: Handoyo, S.Y., dan Mohamad, K. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 185 - 188. Price, S.A., dan Wilson, L.M. 2005. Patofisologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Halaman 417 - 431. Saleem, M., dan Ramadurg, B. 2012. Antiulcerogenic Effect of Aqueous Extract of Annonasquamosa Linn. International Journal of Research in Phytochemistry Pharmacology. 23: 157 - 159. Saputri, F.C., Sari, S.P., dan Mun’im, A. 2008. Pengembangan Metode Induksi Tukak Lambung. Majalah Ilmu Kefarmasian. 52: 84 - 90. Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi Kedua. Jakarta: EGC. Halaman 556 - 558. Sun, J., dan Huaping T. 2013. Alginate-Based Biomaterial for Regenerative Medicine Applications. China: Journal Materials. 6: 1285 - 1309. Thompson, W.G. 2009. Antacids. International Foundation for Funtional Gastrointestinal Disorders. 5202: 2 - 4. Tjay, H.T., dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting. Edisi Keenam. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman 269. Tortora, G.J., dan Derrickson, B.H. 2008. Principles of Anatomy and Phisiology. 12 th Edition. John Wiley Sons. Halaman 938 - 939. Wibowo, D.S., dan Paryana, W. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 326 - 330. 25

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan tahapan penelitian yaitu pembuatan suspensi antasida, pembuatan suspensi kombinasi alginat dengan antasida, pembuatan ulkus lambung pada tikus, pengamatan penyembuhan ulkus lambung pada hari ke 3, 7, 10, dan 14 yang meliputi pengamatan secara makroskpis jumlah ulkus dan indeks ulkus dan mikroskopis histopatologi. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium farmasi fisik Fakultas Farmasi dan Laboratorium patologi anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan. 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat Alat-alat yang digunakan adalah neraca analitik Boeco, mikroskop Olympus, mikrotom Leica, kamera digital Nikon coolpix 14 mpixel, pH meter Hanna, sonde tikus, spuit, kaca objek, kaca penutup, vial, jangka sorong, alat bedah, dan alat-alat gelas lainnya.

3.1.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah natrium alginat 500-600 cP Wako Pure Chemical Industries, Ltd Japan, alumunium hidroksida, magnesium hidroksida, simetikon, Natrium CMC, akuades, gula pasir, nipagin Merck, larutan formaldehid 10, etanol 96 Merck, etanol 80, etanol 70, etanol 26 50, parafin cair Merck, xylol Merck, xylena Merck, larutan hematosilin 0,2 Merck, larutan eosin 1 Merck, canada balsam Entellan. 3.2 Prosedur 3.2.1 Pembuatan sirup simpleks Dikalibrasi gelas beker 100 ml, kemudian ditimbang 65 g gula pasir. Ditambahkan 30 ml akuades ke dalam gelas beker kemudian diaduk. Dipanaskan hingga larut dan berwarna jernih. Dicukupkan dengan akuades hingga 100 ml.

3.2.2 Pembuatan suspensi antasida

R Alumunium Hidroksida 4 bv Magnesium Hidroksida 4 bv Simetikon 0,4 vv Na. CMC 0,5 bv Nipagin 0,025 bv Sirup Simpleks 25 vv Akuades ad 100 ml Dikalibrasi gelas beker 100 ml. Dipanaskan air sebanyak 20x dari berat Na. CMC. Ke dalam lumpang yang berisi air panas, ditaburkan Na. CMC, didiamkan hingga mengembang Fase 1. Di lumpang lain, digerus alumunium hidroksida dan magnesium hidroksida hingga homogen, ditambahkan sedikit demi sedikit sirup simpleks sambil digerus, kemudian ditambahkan simetikon digerus hingga homogen Fase 2. Setelah itu dilarutkan nipagin dengan menggunakan air panas, didinginkan lalu dicampurkan ke dalam Fase 2, kemudian ditambahkan Fase 1, digerus hingga homogen, kemudian dicukupkan dengan akuades hingga 100 ml. 27

3.2.3 Pembuatan suspensi kombinasi alginat dengan antasida

R Natrium alginat 1 bv Alumunium Hidroksida 4 bv Magnesium Hidroksida 4 bv Simetikon 0,4 vv Natrium CMC 0,5 bv Nipagin 0,025 bv Sirup Simpleks 25 vv Akuades ad 100 ml Dikalibrasi gelas beker 100 ml, kemudian dilarutkan natrium alginat dalam sebagian akuades kemudian didiamkan selama 24 jam. Diaduk hingga homogen Fase 1. Dipanaskan air sebanyak 20 kali dari berat Na. CMC. Ke dalam lumpang yang berisi air panas, ditaburkan Na. CMC, didiamkan hingga mengembang Fase 2. Di lumpang lain, digerus alumunium hidroksida dan magnesium hidroksida hingga homogen, ditambahkan sedikit demi sedikit sirup simpleks sambil digerus, kemudian ditambahkan simetikon digerus hingga homogen Fase 3. Setelah itu dilarutkan nipagin dengan menggunakan air panas, didinginkan lalu dicampurkan ke dalam Fase 3, kemudian ditambahkan Fase 1 dan Fase 2, digerus hingga homogen, kemudian dicukupkan dengan akuades hingga 100 ml.

3.3 Hewan Percobaan