108
Lampiran 29. Lanjutan
Tabel 4. Analisis uji Kruskal-Wallis indeks ulkus pada hari ketujuh
Test Statistics
a,b
Indeks ulkus Chi-Square
13.305 Df
2 Asymp. Sig.
.001 a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: perlakuan
Tabel 5. Analisis uji Kruskal-Wallis jumlah ulkus pada hari kesepuluh
Test Statistics
a,b
Jumlah ulkus Chi-Square
16.248 df
2 Asymp. Sig.
.000 a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: perlakuan
Tabel 6. Analisis uji Kruskal-Wallis indeks ulkus pada hari kesepuluh
Test Statistics
a,b
Indeks ulkus Chi-Square
16.152 df
2 Asymp. Sig.
.000 a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: perlakuan
109
Lampiran 29. Lanjutan
Tabel 7. Analisis uji Kruskal-Wallis jumlah ulkus pada hari keempatbelas
Test Statistics
a,b
Jumlah ulkus Chi-Square
16.393 df
2 Asymp. Sig.
.000 a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: perlakuan
Tabel 8. Analisis uji Kruskal-Wallis indeks ulkus pada hari keempatbelas
Test Statistics
a,b
Indeks ulkus Chi-Square
16.129 df
2 Asymp. Sig.
.000 a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: perlakuan
110
Lampiran 30. Uji Mann-Whitney
Tabel 1. Analisis uji Mann-Whitney jumlah ulkus pada hari ketiga
Test Statistics
b
Jumlah ulkus Mann-Whitney U
15.500 Wilcoxon W
36.500 Z
-.408 Asymp. Sig. 2-tailed
.684 Exact Sig. [21-tailed Sig.]
.699
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan
Tabel 2. Analisis uji Mann-Whitney indeks ulkus pada hari ketiga
Test Statistics
b
Indeks ulkus Mann-Whitney U
13.000 Wilcoxon W
34.000 Z
-.808 Asymp. Sig. 2-tailed
.419 Exact Sig. [21-tailed Sig.]
.485
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan
Tabel 3. Analisis uji Mann-Whitney jumlah ulkus pada hari ketujuh
Test Statistics
b
Jumlah ulkus Mann-Whitney U
.000 Wilcoxon W
21.000 Z
-3.108 Asymp. Sig. 2-tailed
.002 Exact Sig. [21-tailed Sig.]
.002
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan
111
Lampiran 30. Lanjutan
Tabel 4. Analisis uji Mann-Whitney indeks ulkus pada hari ketujuh
Test Statistics
b
Indeks ulkus Mann-Whitney U
.000 Wilcoxon W
21.000 Z
-3.083 Asymp. Sig. 2-tailed
.002 Exact Sig. [21-tailed Sig.]
.002
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan
Tabel 5. Analisis uji Mann-Whitney jumlah ulkus pada hari kesepuluh
Test Statistics
b
Jumlah ulkus Mann-Whitney U
18.000 Wilcoxon W
39.000 Z
.000 Asymp. Sig. 2-tailed
1.000 Exact Sig. [21-tailed Sig.]
1.000
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan
Tabel 6. Analisis uji Mann-Whitney indeks ulkus pada hari kesepuluh
Test Statistics
b
Indeks ulkus Mann-Whitney U
18.000 Wilcoxon W
39.000 Z
.000 Asymp. Sig. 2-tailed
1.000 Exact Sig. [21-tailed Sig.]
1.000
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan
112
Lampiran 30. Lanjutan
Tabel 7. Analisis uji Mann-Whitney jumlah ulkus pada hari keempatbelas
Test Statistics
b
Jumlah ulkus Mann-Whitney U
18.000 Wilcoxon W
39.000 Z
.000 Asymp. Sig. 2-tailed
1.000 Exact Sig. [21-tailed Sig.]
1.000
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan
Tabel 8. Analisis uji Mann-Whitney indeks ulkus pada hari keempatbelas
Test Statistics
b
Indeks ulkus Mann-Whitney U
18.000 Wilcoxon W
39.000 Z
.000 Asymp. Sig. 2-tailed
1.000 Exact Sig. [21-tailed Sig.]
1.000
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan
113
Lampiran 31. Posisi tikus sebelum dan setelah dibedah
a Posisi tikus sebelum dibedah
b Posisi tikus setelah dibedah
114
Lampiran 32. Gambar alat-alat bedah
a sonde tikus b jangka sorong
115
Lampiran 33. Gambar mikrotom dan mikroskop
a Gambar mikrotom
b Gambar mikroskop
116
Lampiran 34. Gambar sediaan suspensi
a Suspensi antasida
b Suspensi kombinasi alginat dengan antasida
117
Lampiran 35. Sertifikat analisis Aluminium Hidroksida [AlOH
3
] dan Magnesium Hidroksida [MgOH
2
]
a Sertifikat analisis Aluminium Hidroksida [AlOH
3
]
118
Lampiran 35. Lanjutan
b Sertifikat analisis Magnesium Hidroksida [MgOH
2
]
48
DAFTAR PUSTAKA
Andersen, T. 2012. Alginate as Biomaterials in Tissue Engeneering.
Charbohydr. Chem. 371: 227-258.
Arianto, A., dan Bangun, H. 2014. Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Berbasis Alginat sebagai Sitoprotektif pada Ulkus Peptikum yang Diinduksi dengan
Aspirin, Asam Klorida, dan Alkohol. Laporan Tahunan Hibah Bersaing. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Arivumani, K., Velpandian, V., Banumathi, V., Ayyasamy, S., dan Kumar, A. 2013. Anti-ulcer Activity of Hingu Chooraman against Aspirin and
Pylorus Ligation Induced Gastric Ulcer in Rats. International Journal of Pharma Research Review. 24: 13 - 21.
Aziz, N. 2002. Peran Antagonis Reseptor H-2 dalam Pengobatan Ulkus
Peptikum. Sari Pediatri. 34: 222 - 226.
Bakir, T., Minkar, T., Arslan, M.K., dan Aygun, E. 1988. Healing of Gastric Ulcer with Ranitidine or Higher-Dose of Antacid. Journal of Islamic
Academy of Sciences. 11: 70 - 71.
Buchanan, B.R., dan Andrews, F.M. 2003. Treatment and Prevention of Eqquine
Gastric Ulcer Syndrome. The Veterinary Clinic Equine Practice. 19: 575 - 597.
Corwin, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 603-605.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan. Halaman 31.
Dufton, J. 2012. The Pathophisiology and Pharmaceutical Treatment of Gastric Ulcers. PharmCon Inc. Halaman 2.
Draget, K. I., Smidsrod, O., dan Gudmund S. 2005. Alginate from Algae. Weinheim: WILEY-VCH Verlag GmbH and Co. Halaman 3-4.
Estuningtyas, A., dan Arif, A. 2011. Obat Lokal. Dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Halaman 518 - 522.
Ferawati, L. 2014. Efek Penyembuhan Sirup Alginat Dibandingkan dengan Suspensi Sukralfat Terhadap Ulkus Lambung Tikus yang Diinduksi
dengan Etanol. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
49 Fransiska, E. 2013. Stabilitas Fisik dan Efek Pencegahan Ulkus dari Sirup
Alginat pada Lambung Tikus yang Diinduksi dengan HCl. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Fornai, M., Antonioli, L., dan Colluci, R. 2011. Pathophysiology of Gastric Ulcer Development and Healing: Molecular Mechanisms and Novel
Therapeutic Options. Departement of Internal Medicine, University of Pisa, Italy. Page 113-142.
Ganguly, A.K., dan Bhatnagar, O.P. 1973. Effect of Bilateral Adrenalotomy on Production of Restraint Ulcers in Stomach of Albino Rats. Canadian
Journal of Physiology and Pharmacology. 51: 748 - 750.
Gosal, F., Paringkoan, B., dan Wenas, N.T. 2012. Patofisiologi dan Penanganan Gastropati Obat Antiinflamasi Nonsteroid. Artikel Pengembangan
Pendidik Keprofesian Berkelanjutan. 6211: 444 - 449.
Guyton, A. C., dan Hall, J. E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 862.
Houshia, O.J., Eid, M.A., Zaid, O., Zaid, M., dan Al-daqqa, N. 2012. Assement of The Value of The Antacid Contents of Selected Palestinian Plants.
American Journal of Chemistry. 26: 322 - 325.
Indraswari, C.I., Kalsum, U., dan Sudjari. 2004. Pengaruh Pemberian Temulawak pada Lambung Tikus yang Mengalami Ulkus Peptikum
Akibat Induksi Indometasin. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 202: 96 - 99.
Insel, P.A. 1996. Analgesic-Antipyretic and Antiinflamatory Agents and Drugs Employed in Treatment of Gout. Dalam: Goodman Gilman’s. The
Pharmacological Basis of Therapeutics. Ninth Edition. New York: McGraw-Hill. Halaman 626.
Ivey, K.J. Mechanisms of Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug-Induced
Gastric Damage: Actions of Therapeutic Agents. The American Journal
of Medicine. 842: 41-48.
Leeson , C.R., Thomas, S.L., dan Anthony, A.P. 1989. Buku Ajar Histology. Alih Bahasa: dr. Yan Tambayong. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Halaman 347-357. Mustaba, R., Winaya, I.O., dan Ketutberata, I. 2012. Studi Histopatologi
Lambung pada Tikus yang Diberi Madu sebagai Pencegah Ulkus Lambung yang Diinduksi Aspirin. Indonesia Medicus Veterinus. 14: 471
- 482.
50 Mutia, T., dan Rifaida Erninggsih. 2012. Penggunaan Webs Serat
AlginatPolivinil Alkohol Hasil Proses Elektrospining Untuk Pembalut Luka Primer. Jurnal Riset Industri. 62: 137 - 147.
Paulsen, F., dan Waschke, J. 2012. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia: Organ- Organ Dalam. Edisi ke-23. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Halaman 68. Pearce, E.C. 2006. Anatomy Physiology for Nurses. Penerjemah: Handoyo,
S.Y., dan Mohamad, K. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 185 - 188.
Price, S.A., dan Wilson, L.M. 2005. Patofisologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Halaman 417 - 431.
Saleem, M., dan Ramadurg, B. 2012. Antiulcerogenic Effect of Aqueous Extract of Annonasquamosa Linn. International Journal of Research in
Phytochemistry Pharmacology. 23: 157 - 159.
Saputri, F.C., Sari, S.P., dan Mun’im, A. 2008. Pengembangan Metode Induksi
Tukak Lambung. Majalah Ilmu Kefarmasian. 52: 84 - 90.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi Kedua. Jakarta: EGC. Halaman 556 - 558.
Sun, J., dan Huaping T. 2013. Alginate-Based Biomaterial for Regenerative
Medicine Applications. China: Journal Materials. 6: 1285 - 1309.
Thompson, W.G. 2009. Antacids. International Foundation for Funtional
Gastrointestinal Disorders. 5202: 2 - 4.
Tjay, H.T., dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting. Edisi Keenam. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman 269.
Tortora, G.J., dan Derrickson, B.H. 2008. Principles of Anatomy and Phisiology. 12
th
Edition. John Wiley Sons. Halaman 938 - 939. Wibowo, D.S., dan Paryana, W. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Edisi Pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 326 - 330.
25
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan tahapan penelitian yaitu pembuatan suspensi antasida, pembuatan suspensi kombinasi
alginat dengan antasida, pembuatan ulkus lambung pada tikus, pengamatan penyembuhan ulkus lambung pada hari ke 3, 7, 10, dan 14 yang meliputi
pengamatan secara makroskpis jumlah ulkus dan indeks ulkus dan mikroskopis histopatologi.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium farmasi fisik Fakultas Farmasi dan Laboratorium patologi anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, Medan.
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan adalah neraca analitik Boeco, mikroskop Olympus, mikrotom Leica, kamera digital Nikon coolpix 14 mpixel, pH
meter Hanna, sonde tikus, spuit, kaca objek, kaca penutup, vial, jangka sorong, alat bedah, dan alat-alat gelas lainnya.
3.1.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah natrium alginat 500-600 cP Wako Pure Chemical Industries, Ltd Japan, alumunium hidroksida, magnesium
hidroksida, simetikon, Natrium CMC, akuades, gula pasir, nipagin Merck, larutan formaldehid 10, etanol 96 Merck, etanol 80, etanol 70, etanol
26 50, parafin cair Merck, xylol Merck, xylena Merck, larutan hematosilin
0,2 Merck, larutan eosin 1 Merck, canada balsam Entellan.
3.2 Prosedur 3.2.1 Pembuatan sirup simpleks
Dikalibrasi gelas beker 100 ml, kemudian ditimbang 65 g gula pasir. Ditambahkan 30 ml akuades ke dalam gelas beker kemudian diaduk. Dipanaskan
hingga larut dan berwarna jernih. Dicukupkan dengan akuades hingga 100 ml.
3.2.2 Pembuatan suspensi antasida
R Alumunium Hidroksida 4 bv
Magnesium Hidroksida 4 bv
Simetikon 0,4 vv
Na. CMC 0,5 bv
Nipagin 0,025 bv
Sirup Simpleks 25 vv
Akuades ad 100 ml
Dikalibrasi gelas beker 100 ml. Dipanaskan air sebanyak 20x dari berat Na. CMC. Ke dalam lumpang yang berisi air panas, ditaburkan Na. CMC,
didiamkan hingga mengembang Fase 1. Di lumpang lain, digerus alumunium hidroksida dan magnesium hidroksida hingga homogen, ditambahkan sedikit demi
sedikit sirup simpleks sambil digerus, kemudian ditambahkan simetikon digerus hingga homogen Fase 2. Setelah itu dilarutkan nipagin dengan menggunakan air
panas, didinginkan lalu dicampurkan ke dalam Fase 2, kemudian ditambahkan Fase 1, digerus hingga homogen, kemudian dicukupkan dengan akuades hingga
100 ml.
27
3.2.3 Pembuatan suspensi kombinasi alginat dengan antasida
R Natrium alginat 1 bv
Alumunium Hidroksida 4 bv
Magnesium Hidroksida 4 bv
Simetikon 0,4 vv
Natrium CMC 0,5 bv
Nipagin 0,025 bv
Sirup Simpleks 25 vv
Akuades ad 100 ml
Dikalibrasi gelas beker 100 ml, kemudian dilarutkan natrium alginat dalam sebagian akuades kemudian didiamkan selama 24 jam. Diaduk hingga homogen
Fase 1. Dipanaskan air sebanyak 20 kali dari berat Na. CMC. Ke dalam lumpang yang berisi air panas, ditaburkan Na. CMC, didiamkan hingga mengembang Fase
2. Di lumpang lain, digerus alumunium hidroksida dan magnesium hidroksida hingga homogen, ditambahkan sedikit demi sedikit sirup simpleks sambil digerus,
kemudian ditambahkan simetikon digerus hingga homogen Fase 3. Setelah itu dilarutkan nipagin dengan menggunakan air panas, didinginkan lalu dicampurkan
ke dalam Fase 3, kemudian ditambahkan Fase 1 dan Fase 2, digerus hingga
homogen, kemudian dicukupkan dengan akuades hingga 100 ml.
3.3 Hewan Percobaan