Lambung Efek Kombinasi Alginat dengan Antasida Terhadap Penyembuhan Ulkus Lambung Tikus yang Diinduksi dengan Aspirin

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lambung

Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar paling banyak. Lambung menerima makanan dan bekerja sebagai penampung untuk jangka waktu pendek. Semua makanan dicairkan dan dicampurkan dengan asam HCl. Dan dengan cara ini disiapkan untuk dicernakan oleh usus Pearce, 2006. Lambung merupakan organ untuk menampung makanan yang ditelan. Lambung dapat membesar sampai mencapai kapasitas dua sampai tiga liter dan tidak mempunyai bentuk yang tetap. Dalam keadaan kosong, mempunyai ukuran seperti kolon dan bentuknya menyerupai huruf ‘J’. Bentuk ini dapat berubah tergantung pada isi, posisi tubuh, dan pernafasan Wibowo, 2009.

2.1.1 Anatomi lambung

Lambung terletak di bawah diafrgama, di depan pankreas dan limpa menempel pada sebelah kiri fundus Pearce, 2006. Menurut Wibowo 2009, lambung mempunyai dua buah lengkungan atau kurvatura yaitu kurvatura minor yang membentuk batas kanan lambung dan kurvatura mayor yang membentuk batas kiri lambung. Lambung terdiri dari bagian atas, yaitu fundus, batang utama, dan bagian bawah yang horizontal, yaitu antrum pilorik. Lambung berhubungan dengan esofagus melalui orifilisium atau kardia, dan dengan duodenum melalui orisium pilorik Pearce, 2006. Berikut merupakan gambaran bentuk anatomi dari lambung yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. 7 Gambar 2.1 Anatomi lambung Totora, 2008. 2.1.2 Fisiologi lambung Lambung memiliki dua fungsi utama yaitu, fungsi pencernaan dan fungsi motorik. Fungsi pencernaan dan sekresi lambung berkaitan dengan pencernaan protein, sintesis dan sekresi enzim-enzim pencernaan. Selain mengandung sel-sel yang mensekresi mukus, mukosa lambung juga mengandung dua tipe kelenjar tubular yang penting yaitu kelenjar oksintik gastrik dan kelenjar pilorik. Kelenjar oksintik terletak pada bagian fundus dan korpus lambung, meliputi 80 bagian proksimal lambung. Kelenjar pilorik terletak pada bagian antral lambung. Kelenjar oksintik bertanggung jawab membentuk asam dengan mensekresikan mukus, asam hidroklorida HCl, faktor intrinsik dan pepsinogen. Kelenjar pilorik berfungsi mensekresikan mukus untuk melindungi mukosa pilorus, juga beberapa pepsinogen, renin, lipase lambung dan hormon gastrin Guyton dan Hall, 2007. 8 Fungsi motorik lambung, yaitu menyimpan makanan dalam jumlah besar sampai makanan tersebut dapat ditampung pada bagian bawah saluran pencernaan, mencampur makanan tersebut dengan sekret lambung sampai membentuk suatu campuran setengah padat yang dinamakan kimus, dan mengeluarkan makanan perlahan-lahan dari lambung masuk ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorpsi oleh usus halus Guyton dan Hall, 2007. Sebagai fungsi pencernaan dan sekresi, yaitu pencernaan protein oleh pepsin dan HCl, sintesis dan pelepasan gastrin yang dipengaruhi oleh protein yang dimakan, sekresi mukus yang membentuk selubung dan melindungi lambung serta sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah diangkut, sekresi bikarbonat bersama dengan sekresi gel mukus yang berperan sebagai barier dari asam lumen dan pepsin Price dan Wilson, 2005.

2.1.3 Histologi lambung

Gambaran histologi dari lambung dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah ini. Gambar 2.2 Histologi dari Lambung Paulsen dan Waschke, 2010. 9 Lambung terdiri atas empat lapisan, yaitu lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa. Lapisan berotot yang terdiri atas tiga lapis, yaitu a serabut longitunal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot esofagus, b serabut sirkuler yang paling tebal dan terletak di pilorus serta membentuk otot sfinkter dan berada dibawah lapisan pertama, dan c serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung dan berjalan dari orifisium kardiak, kemudian membelok kebawah melalui kurvatura minor lengkung kecil Pearce, 2006.

2.1.3.1 Mukosa

Dalam keadaan hidup mukosa lambung berwarna pucat, merah-keabuan dan dibatasi oleh epitel selapis kolumnar. Mukosa lambung tebal 0,5 sampai 1,5 mm karena adanya massa kelenjar lambung, yang bermuara ke permukaan melalui sumur-sumur Leeson, et al., 1989. Membran mukosa lambung berbentuk irreguler seperti tiang, membentuk lipatan longitudinal yang disebut rugae dan jumlahnya tergantung pada tinggi rendahnya rentangan organnya. Membran mukosa terdiri dari tiga komponen yaitu epitelium, lamina propia, dan muskularis mukosa. Epitel permukaan mukosa ditandai oleh adanya lubang sumuran yang terletak rapat satu dengan yang lain dan dilapisi epitel sejenis. Bentuk dan kedalaman dari sumuran ini serta sifat kelenjarnya berbeda pada tiap bagian lambung. Kelenjar lambung bentuknya tubular simpleks atau tubular bercabang, masuk jauh ke dalam mukosa, hingga mendekati muskularis mukosa, dan di antara kelenjar terdapat lamina propria, yang sukar dilihat karena tepisah-pisah menempati ruangan di antara sumur-sumur dan kelenjar-kelenjar. Kelenjar lambung dibagi menjadi tiga daerah yaitu kelenjar kardia, kelenjar lambung 10 kelenjar fundus atau kelenjar utama, dan kelenjar pilorus. Kelenjar kardia hanya terdapat pada daerah yang terletak 2 sampai 4 cm dari muara kardia. Sel-sel yang menyusun kelenjar terutama terdiri atas sel-sel penghasil mukus dan mirip dengan sel-sel kardia esofagus tetapi juga terdapat sedikit sel-sel parietal penghasil asam dan beberapa sel enteroendokrin. Kelenjar lambung letaknya di daerah fundus dan badan lambung, sebagian besar enzim dan asam yang disekresikan oleh mukosa lambung dihasilkan olehnya. Pada daerah ini sumur-sumurnya relatif pendek, menempati kurang lebih seperempat tebal mukosa. Kelenjar pilorus terletak di bagian distal lambung mengandung sumur-sumur yang dalam. Tiap kelenjar lambung terbentuk dari empat jenis sel, yaitu: sel-sel lendir leher, sel-sel utama Chief cellpeptic cells, sel-sel parietal sel oksintik, dan sel-sel enteroendokrin. Sel-sel lendir leher berukuran lebih kecil dari permukaan, bersifat basofil, jumlahnya relatif lebih sedikit, mempunyai dasar yang lebar dan menyempit di bagian daerah puncaknya. Sel lendir leher berfungsi mensekresikan mukus asam, berbeda dengan mukus netral yang dibentuk oleh sel mukus permukaan. Sel-sel ini terletak di daerah leher kelenjar lambung, dalam kelompok kecil atau satu-satu. Bentuknya cenderung tidak teratur seakan akan terdesak oleh sel-sel di sekitarnya terutama sel parietal, biasanya mempunyai dasar sempit dan puncak melebar Leeson, et al., 1989. Sel-sel utama Chief cell terletak di dasar kelenjar lambung dan menunjukkan ciri-ciri sel yang mensekresi protein zimogen. Sel-sel utama mengeluarkan pepsinogen, yang dalam suasana asam di lambung diubah menjadi enzim pepsin aktif, dan berfungsi menghidrolisis protein menjadi peptida lebih kecil. Sel-sel parietal sel oksintik tersebar satu-satu dalam kelompokan kecil di 11 antara jenis sel lainnya mulai dari ismus sampai dasar kelenjar lambung, tetapi paling banyak di daerah leher dan ismus. Sel parietal terdapat juga di dalam kelenjar pilorus dan kelenjar kardia walaupun hanya sedikit. Pada sel parietal yang berada dalam keadaan istirahat terdapat banyak gelembung tubulosa, dan kanalikuli melebar dengan relatif sedikit mikrovili. Sewaktu mensekresi asam, mikrovili bertambah banyak dan gelembung tubulosa berkurang, yang menunjukkan adanya pertukaran membran di antara gelembung tubulosa di dalam sitoplasma dan mikrovili pada permukaan. Sel-sel enteroendokrin ditemukan dalam kelenjar lambung. Sel-sel enteroendokrin serupa dengan sel endokrin yang mensekresi peptida. Sel enteroendokrin tidak hanya ditemukan di mukosa lambung, tetapi juga di dalam epitel usus halus dan usus besar, kelenjar esofagus bagian bawah kardia dan dalam jumlah terbatas pada duktus utama hati dan pankreas. Pada umumnya sel-selnya kecil berbentuk piramid dengan sitoplasma jernih tak berwarna. Sel-sel ini berjumlah banyak terutama di daerah antrum pilorik dan umumnya ditemukan pada dasar kelenjar. Sel enteroendokrin menghasilkan beberapa hormon peptida murni yaitu sekretin, gastrin, dan kolesistokinin, semuanya melalui peredaran darah untuk mencapai organ sasaran pankreas, lambung, dan kandung empedu Leeson, et al., 1989.

2.1.3.2 Submukosa

Lapisan submukosa terdapat di bawah lapisan mukosa. Tunika submukosa meluas ke dalam rugae atau lipatan memanjang lambung, dan terdiri atas jaringan ikat jarang, dengan serat-serat kolagen dan elastin. Selain fibroblast, terdapat pula kumpulan limfosit dan sel plasma, terutama dekat kardia dan pilorus, serta sel mast dan biasanya terdapat beberapa lemak. Tunika submukosa mengandung 12 pembuluh darah, pembuluh limf dan saraf perifer dari pleksus submukosa Leeson, et al., 1989.

2.1.3.3 Tunika muskularis

Tunika muskularis dibentuk oleh tiga lapisan otot polos, yaitu: 1 Lapisan luar longitudinal dan 2 Lapisan tengah sirkular yang merupakan lanjutan dari kedua lapisan otot esofagus dan ditambah dengan 3 Lapisan serong oblik berbentuk lengkungan otot yang berjalan dari kardia mengitari fundus dan korpus. Pada pilorus lapisan sirkular tengah menebal sebagai sfingter pilorus Leeson, et al., 1989.

2.1.3.4 Serosa

Tunika serosa pada kurvatura mayor dan kurvatura minor bersatu dengan mesenterium omenta mayor dan minor. Omentum mayor bergantung pada lambung seperti tirai apron dan biasanya mengandung lebih banyak lemak bila umur bertambah. Pembuluh darah besar, keluar masuk lambung melewati omenta Leeson, et al., 1989.

2.1.4 Mekanisme pertahanan mukosa lambung

Mekanisme pertahanan mukosa lambung diantaranya faktor pelindung lokal dan neurohormonal, yang memungkinkan mukosa tahan terhadap berbagai faktor perusak. Mekanisme pertahanan mukosa lambung akan dijelaskan dibawah ini Fornai, et al., 2011.

2.1.4.1 Mekanisme pertahanan lokal mukosa lambung

a. Lapisan mukus-bikarbonat-fosfolipid Pertahanan pertama dari mukosa lambung ditunjukkan oleh adanya lapisan mukus-bikarbonat-fosfolipid. Permukaan mukosa lambung ditutupi oleh lapisan 13 yang dibentuk oleh mukus, anion bikarbonat, dan fosfolipid. Lapisan ini mampu mempertahankan ion bikarbonat yang disekresikan oleh permukaan sel epitel dan menjaga lingkungan mikro dengan pH mendekati 7 dipermukaan mukosa. Lapisan ini juga mampu mencegah penetrasi pepsin, sehingga menghindari pencernaan proteolitik epitel. Mukus disekresikan oleh sel-sel epitel permukaan dan dibentuk oleh sejumlah besar air sekitar 95 dan berbagai macam musin glikoprotein. Sekresi bikarbonat ke dalam lapisan mukus sangat penting untuk mempertahankan gradien pH pada permukaan epitel, yang merupakan garis pertahanan pertama terhadap asam lambung. Sekresi bikarbonat dari membran apikal sel epitel permukaan dimediasi oleh pertukaran anion Cl - HCO 3 - dan dirangsang oleh berbagai faktor termasuk prostaglandin, asam luminal, faktor pelepasan kortikotropin, dan melatonin. Karena itu, ketika pelindung ini rusak, maka mekanisme perlindungan kedua datang diantaranya netralisasi asam, perbaikan epitel yang cepat, dan memelihara aliran darah Fornai, et al., 2011. b. Sel-sel epitel Lapisan sel epitel permukaan merupakan pertahanan mukosa berikutnya. Sel epitel ini bertanggung jawab untuk memproduksi mukus, bikarbonat, dan komponen lain dari penghalang mukosa lambung. Permukaan sel epitel mampu membentuk penghalang terus menerus yang dapat mencegah difusi kembali asam dan pepsin. Faktor protektif lain yang relevan tersedia dalam sel epitel diwakili oleh heat shock protein, yang diaktifkan dalam respon terhadap stres termasuk kenaikan suhu, stres oksidatif dan agen sitotoksik lainnya. Protein ini dapat mencegah denaturasi protein dan melindungi sel terhadap cedera. Cathelicidin dan beta-defensin adalah peptida kationik yang memainkan peran yang relevan dalam 14 sistem pertahanan bawaan pada permukaan mukosa, mencegah kolonisasi bakteri Fornai, et al., 2011. c. Pembaharuan sel mukosa Pembaharuan sel epitel lambung terkoordinasi dengan baik untuk menjamin penggantian sel yang rusak. Proses pembaharuan epitel lengkap membutuhkan waktu sekitar 3 - 7 hari, sedangkan penggantian sel kelenjar secara keseluruhan membutuhkan waktu berbulan-bulan. Namun, pembaharuan epitel permukaan setelah kerusakan terjadi sangat cepat yaitu beberapa menit. Proses pergantian sel diatur oleh faktor pertumbuhan. Secara khusus, ditandai ekspresi reseptor faktor pertumbuhan epidermal EGF-R. Reseptor tersebut dapat diaktifkan oleh faktor pertumbuhan mitogenik, seperti Transforming Growth Factor- α TGF-α dan Insulin-Like Growth Factor-l IGF-1. Selain itu, PGE2 dan gastrin dapat transaktif dengan EGF-R dan mempromosikan aktivasi Mitogen-Activated Protein Kinase MAPK akibat proliferasi sel. EGF tidak terdeteksi pada mukosa normal, meskipun terdapat pada cairan lambung yang dapat merangsang proliferasi sel mukosa dalam kasus cedera Fornai, et al., 2011. d. Aliran darah mukosa Aliran darah mukosa sangat penting untuk memberikan oksigen dan nutrisi untuk menghilangkan racun dari mukosa lambung. Sel endotel, lapisan mikrovaskular ini menghasilkan Nitric Oxide NO dan prostasiklin PGI2 yang bertindak sebagai vasodilator, sehingga melindungi mukosa lambung terhadap kerusakan. Selain itu, Nitric Oxide NO dan PGI2 menjaga kelangsungan hidup 15 sel-sel endotel dan menghambat platelet dan adhesi leukosit ke mikrovaskular sehingga mencegah terjadinya mikroiskemia. Ketika mukosa lambung terkena iritasi atau difusi asam, maka terjadi peningkatan kecepatan aliran darah mukosa. Peningkatan aliran darah dianggap sebagai mekanisme penting untuk mencegah cedera sel mukosa lambung dan penurunan nekrosis jaringan. Peningkatan aliran darah mukosa dimediasi oleh pelepasan Nitric Oxide NO, telah dibuktikan bahwa Nitric Oxide NO melindungi mukosa lambung terhadap cedera yang disebabkan oleh etanol, sedangkan penghambatan sintesis Nitric Oxide NO meningkatkan cedera mukosa Fornai, et al., 2011. e. Saraf sensori Pembuluh darah mukosa dan submukosa lambung dipersarafi oleh neuron sensori aferen, yang diatur dalam pleksus di dasar lapisan mukosa. Saraf sensori dapat mendeteksi keasaman atau difusi asam, dimana aktivasi saraf sensori tersebut memodulasi kontraksi arteri pada submukosa sehingga mengatur aliran darah mukosa. Secara khusus, stimulasi saraf sensori menyebabkan pelepasan kalsitonin yang berhubungan dengan peptida CGRP dan substansi P dari saraf disekitar pembuluh besar submukosa. Calcitonin Gene-Related Peptide CGRP kemudian berkontribusi pada pemeliharaan integritas mukosa lambung melalui vasodilatasi pembuluh darah di submukosa yang dimediasi oleh pelepasan Nitric Oxide NO. Persarafan sensori memiliki peran penting dalam perlindungan mukosa dengan meningkatkan sensitivitas lambung Fornai, et al., 2011. 16 f. Prostaglandin Prostaglandin merupakan asam lemak rantai 20 karbon yang dihasilkan oleh asam arakhidonat melalui enzim cyclooxygenase Sunil, et al., 2012. Mukosa lambung merupakan sumber produksi prostaglandin, seperti Prostaglandin E2 PGE2 dan Prostaglandin I2 PGI2 yang dianggap sebagai faktor penting untuk pemeliharaan integritas mukosa dan perlindungan terhadap faktor melukai. Prostaglandin dapat mengurangi produksi asam, merangsang produksi mukus, bikarbonat, dan fosfolipid, meningkatkan aliran darah mukosa, dan mempercepat restitusi epitel dan penyembuhan mukosa. Prostaglandin E2 diketahui dapat menekan pelepasan dari histamin dan Tumor Necrosis Factor- α TNF- α dari mukosa lambung, dimana pelepasan dari TNF-α dapat mengakibatkan kerusakan jaringan pada ulkus lambung Fornai, et al., 2011.

2.1.4.2 Mekanisme neurohormonal

Pertahanan mukosa lambung didukung oleh sistem saraf pusat dan faktor hormonal. Diketahui bahwa aktivasi nervus vagal merangsang sekresi mukus dan meningkatkan pH sel epitel dalam lambung. Hormon lainnya, termasuk gastrin, kolestokinin, thyrotropin-releasing hormon, bombesin, EGF, peptida YY, dan neurokinin A memainkan peran penting dalam regulasi mekanisme pelindung lambung Fornai, et al., 2011.

2.1.5 Sekresi asam hidroklorida

Sel-sel parietal secara aktif mengeluarkan HCl ke dalam lumen kantung lambung yang kemudian mengalirkannya ke dalam lumen lambung. pH isi lumen turun sampai serendah 2 akibat sekresi HCl. Ion hidrogen H + dan ion klorida Cl - secara aktif ditransportasikan oleh pompa yang berbeda di membran plasma 17 sel parietal. Walaupun HCl tidak mencerna makanan apapun dan tidak mutlak diperlukan bagi fungsi saluran pencernaan, zat ini melakukan beberapa fungsi yang membantu pencernaan. Asam klorida 1 mengaktifkan enzim pepsinogen menjadi enzim aktif pepsin; 2 membantu penguraian partikel makanan berukuran besar dipecah-pecah menjadi partikel-partikel kecil; 3 mematikan sebagian besar mikroorganisme yang masuk bersama makanan Sherwood, 2001.

2.1.6 Sekresi pepsinogen

Konstituen pencernaan utama pada getah lambung adalah pepsinogen. Pada saat disekresikan ke dalam lumen lambung, molekul pepsinogen mengalami penguraian oleh HCl menjadi enzim bentuk aktif, pepsin. Setelah terbentuk, pepsin bekerja pada molekul pepsinogen lain untuk menghasilkan lebih banyak pepsinogen. Pepsin memulai pencernaan protein dengan memecah ikatan asam amino; enzim ini paling efektif bekerja pada lingkungan asam. Karena dapat mencerna protein, pepsin harus disimpan dan disekresikan dalam bentuk inaktif, sehingga zat ini tidak mencerna sendiri sel-sel tempat ia terbentuk komponen struktural utama sel adalah protein. Oleh karena itu pepsin dipertahankan dalam bentuk inaktif pepsinogen sampai zat tersebut mencapai lumen usus Sherwood, 2001. 2.2 Ulkus Lambung 2.2.1 Defenisi ulkus lambung