Hewan Percobaan Penginduksian Ulkus Lambung dengan Aspirin 400 mgkg BB Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian suspensi

27

3.2.3 Pembuatan suspensi kombinasi alginat dengan antasida

R Natrium alginat 1 bv Alumunium Hidroksida 4 bv Magnesium Hidroksida 4 bv Simetikon 0,4 vv Natrium CMC 0,5 bv Nipagin 0,025 bv Sirup Simpleks 25 vv Akuades ad 100 ml Dikalibrasi gelas beker 100 ml, kemudian dilarutkan natrium alginat dalam sebagian akuades kemudian didiamkan selama 24 jam. Diaduk hingga homogen Fase 1. Dipanaskan air sebanyak 20 kali dari berat Na. CMC. Ke dalam lumpang yang berisi air panas, ditaburkan Na. CMC, didiamkan hingga mengembang Fase 2. Di lumpang lain, digerus alumunium hidroksida dan magnesium hidroksida hingga homogen, ditambahkan sedikit demi sedikit sirup simpleks sambil digerus, kemudian ditambahkan simetikon digerus hingga homogen Fase 3. Setelah itu dilarutkan nipagin dengan menggunakan air panas, didinginkan lalu dicampurkan ke dalam Fase 3, kemudian ditambahkan Fase 1 dan Fase 2, digerus hingga homogen, kemudian dicukupkan dengan akuades hingga 100 ml.

3.3 Hewan Percobaan

Hewan yang digunakan adalah tikus jantan sehat dengan berat badan 150 - 200 g sebanyak 78 ekor dipelihara dalam kandang yang sesuai, diberi makanan dan minuman yang sesuai, dipuasakan dari semua pemberian obat minimal 2 minggu sebelum diberi perlakuan. Sebelum perlakuan tikus dipuasakan selama 36 jam dengan tujuan mendapatkan lambung yang relatif bersih dari makanan. 28

3.4 Pembuatan Ulkus pada Tikus

Prosedur pembuatan ulkus dan penyembuhan ulkus dilakukan sebagai berikut: setelah tikus dipuasakan selama 36 jam, seluruh tikus diberikan 1 ml aspirin 400 mgkg BB dalam larutan CMC 0,5 untuk pembuatan ulkus lambung sebelum pengobatan dengan suspensi antasida dan suspensi kombinasi alginat dengan antasida. Setelah satu jam pemberian aspirin, sebanyak 6 ekor tikus dibunuh menggunakan kloroform, lalu diambil lambung kemudian dibuka dan dicuci, lalu diamati ulkus secara makroskopis dan mikroskopis histopatologi. Keadaan pada masing-masing tikus dianggap sebagai keadaan ulkus mula-mula.

3.4.1 Penyembuhan ulkus pada tikus

Satu jam setelah pemberian aspirin, tikus 72 ekor dibagi atas 3 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas 4 subkelompok. Tiap subkelompok terdiri atas 6 ekor tikus. Kelompok 1: Tikus tanpa pengobatan kontrol negatif. Kelompok 2: Tikus diberikan 1 ml suspensi antasida secara oral kontrol positif. Kelompok 3: Tikus diberikan 1 ml suspensi kombinasi alginat dengan antasida secara oral sediaan uji. Seluruh tikus dalam setiap kelompoknya diberi perlakuan selama 3, 7, 10, dan 14 hari. Pada hari ke 3, 7, 10, dan 14 tikus dibunuh, dibuka lambungnya, dan dicuci. Setelah itu diamati jumlah ulkus, panjang, dan lebar ulkus makroskopis. Panjang dan lebar tiap-tiap ulkus diukur dengan menggunakan jangka sorong area ulkus mm 2 . Perhitungan indeks ulkus mengikuti metode yang dilakukan oleh Ganguly dan Bhatnagar 1973, diperoleh dari area ulkus mm 2 dibagi dengan luas mukosa lambung mm 2 . Kemudian mukosa lambung direndam 29 dalam larutan formalin 10 untuk diproses secara histopatologi dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin dan diamati secara mikroskopis dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 10x10 dan 10x40. Pembagian kelompok dan waktu pembedahan hewan percobaan dapat kita lihat pada Gambar 3.1 dibawah ini. Gambar 3.1 Diagram pembagian kelompok dan waktu pembedahan hewan percobaan. Sebanyak 78 ekor tikus diberi aspirin 400 mgkg bb Setelah 1 jam, 6 ekor dibedah kontrol ulkus Sisanya 72 ekor kelompo k pengujian Tanpa Pengobata n kontrol negatif = 24 ekor 6 ekor dibedah pada hari ke-3 6 ekor dibedah pada hari ke-7 6 ekor dibedah pada hari ke-10 6 ekor dibedah pada hari ke-14 Suspensi Antasida kontrol positif = 24 ekor 6 ekor dibedah pada hari ke-3 6 ekor dibedah pada hari ke-7 6 ekor dibedah pada hari ke-10 6 ekor dibedah pada hari ke-14 Suspensi Kombinasi Alginat dengan Antasida sediaan uji = 24 ekor 6 ekor dibedah pada hari ke-3 6 ekor dibedah pada hari ke-7 6 ekor dibedah pada hari ke-10 6 ekor dibedah pada hari ke-14 30

3.4.2 Pembuatan preparat mikroskopik histopatologi

Pembuatan preparat histopatologi sampai siap untuk dilihat secara mikroskopik terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut: 1. Spesimen dipotong sesuai dengan yang diinginkan setebal 1 - 2 mm. 2. Difiksasi dengan menggunakan larutan formalin 10 minimal 6 - 7 jam. 3. Difiksasi kembali dengan menggunakan larutan formalin 10 1 dan 2 selama 1 jam. 4. Dehidrasi dengan merendam spesimen ke dalam etanol 70, 80, dan 96 masing-masing selama 1 jam 30 menit. Tahap dehidrasi bertujuan untuk mengeluarkan air dari jaringan yang telah difiksasi agar nantinya mudah dilakukan parafinisasi. 5. Penjernihan dengan merendam spesimen kedalam xilena 1, 2, dan 3 selama 2 jam. Tahap penjernihan bertujuan untuk mengeluarkan alkohol dari jaringan. 6. Embeding dengan menggunakan paraffin cair 56°C 1 dan 2 selama 2 jam. 7. Blocking pada cassete dan didinginkan pada suhu 4°C beberapa saat. 8. Spesimen dipotong dengan menggunakan mikrotom Leica setebal 2 - 3 µm kemudian dimasukkan di atas kaca objek yang telah diolesi gliserin. 9. Dilakukan deparafinisasi dengan menggunakan xilol 1, 2, dan 3 selama 15 menit. 10. Direhidrasi dengan menggunakan alkohol 96, 80, dan 50 masing- masing selama 15 menit. 31 11. Dibersihkan dengan menggunakan air mengalir kemudian diwarnai dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin rendam ke dalam zat warna Haematoxylin mayers selama 5 menit kemudian cuci dengan air mengalir, setelah itu direndam ke dalam larutan eosin 1 selama 1 menit. 12. Dihidrasi dengan etanol 80, 96, dan absolut masing-masing 1 menit lalu dikeringkan. 13. Direndam dalam larutan xilene selama 1 menit, kemudian ditutup dengan kaca objek yang telah diberi Canada balsam Entellan®. 14. Diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya. 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penginduksian Ulkus Lambung dengan Aspirin 400 mgkg BB

Pada semua tikus menunjukkan terjadinya ulkus lambung setelah pemberian aspirin. Dari Gambar 4.1 menunjukkan kerusakan pada mukosa lambung setelah pemberian aspirin. Gambar 4.1 Mukosa lambung menunjukkan terjadinya luka. A: Tikus 1 pada kelompok kontrol. B: Tikus 3 pada kelompok kontrol. O = luka. Dari Gambar 4.1 dapat kita lihat bahwa pada mukosa lambung tikus yang diberikan aspirin terdapat ulkus pada lambung tikus. Aspirin merusak pertahanan mukosa dengan menembus lapisan pelindung mukus dan bikarbonat serta merusak lapisan sel-sel epitel. Dengan demikian, asam lambung dapat masuk ke dalam sistem pertahanan mukosa. Difusi balik dari asam ini selanjutnya melukai sel-sel dan merusak kapiler dan venula Ivey, 1988. Akumulasi aspirin pada lambung merintangi semua mekanisme pertahanan lambung. Aspirin menyebabkan kerusakan pada saluran pencernaan melalui beberapa mekanisme antara lain menurunkan jumlah prostaglandin A B 33 mukosa, mengurangi aliran darah ke mukosa dan menstimulasi aktivasi neutrofil dan apoptosis. Ketika pertahanan lambung turun, asam-asam lambung akan merusak mukosa lambung yang sensitif dan menyebabkan ulkus Mustaba, dkk., 2012.

4.2 Penyembuhan Ulkus Lambung

Efek penyembuhan ulkus lambung ditunjukkan dengan kemampuan suspensi kombinasi alginat dengan antasida yang diberikan setiap hari selama tiga, tujuh, sepuluh, dan empatbelas hari untuk penyembuhan ulkus lambung yang diinduksi oleh aspirin. Efek penyembuhan suspensi kombinasi alginat dengan antasida terhadap ulkus lambung dibandingkan dengan suspensi antasida.

4.2.1 Pengamatan makroskopis lambung tikus

Pengamatan secara makroskopis lambung tikus yaitu dengan menghitung jumlah ulkus dan indeks ulkus dari masing-masing kelompok percobaan. Dari data hasil pengamatan jumlah ulkus untuk masing-masing kelompok didapatkan rata-rata jumlah ulkus yang tersaji dalam Tabel 4.1. Dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah ulkus pada hari ketiga dari kelompok pemberian suspensi kombinasi alginat dengan antasida dari jumlah ulkus awal pada kelompok kontrol ulkus. Hal ini dibandingkan dengan pemberian suspensi antasida dan tanpa pengobatan yang mana masih mempunyai jumlah ulkus lebih banyak pada hari ketiga. Sedangkan pada hari ketujuh sudah tidak terdapat adanya ulkus pada kelompok pemberian suspensi kombinasi alginat dengan antasida. Kelompok pemberian suspensi antasida pada hari kesepuluh sudah tidak terdapat adanya 34 ulkus. Kelompok tanpa pengobatan masih menunjukkan adanya ulkus pada hari keempatbelas. Tabel 4.1 Jumlah ulkus rata-rata antara kelompok tikus yang diberi suspensi kombinasi alginat dengan antasida dan suspensi antasida n = 6 Hari Tanpa pengobatan kontrol negatif Diberi suspensi antasida kontrol positif Diberi suspensi kombinasi alginat dengan antasida sediaan uji 6,0 ± 2,48 6,0 ± 2,48 6,0 ± 2,48 3 3,33 ± 1,63 2,16 ± 1,47 2,0 ± 0,44 7 3,50 ± 1,76 1,83 ± 0,98 0 ± 0,00 10 2,50 ± 1,22 0 ± 0,00 0 ± 0,00 14 2,00 ± 0,63 0 ± 0,00 0 ± 0,00 Grafik perbandingan jumlah ulkus pada mukosa lambung masing-masing kelompok tampak pada Gambar 4.2 . Gambar 4.2 Perbandingan jumlah ulkus antara kelompok tikus yang diberi suspensi kombinasi alginat dengan antasida dan suspensi antasida. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 3 7 10 14 Ju m lah ul k us Waktu Hari Tanpa pengobatan Suspensi antasida Suspensi kombinasi 35 Pada Gambar 4.2 juga menunjukkan adanya penurunan jumlah ulkus pada kelompok pemberian suspensi kombinasi alginat dengan antasida dibandingkan dengan kelompok pemberian suspensi antasida dan kelompok tanpa pengobatan. Dari Tabel 4.1 dan Gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa suspensi kombinasi alginat dengan antasida lebih cepat menyembuhkan ulkus lambung dibandingkan dengan pemberian suspensi antasida dan tanpa pengobatan dilihat dari penurunan jumlah ulkus sampai pada hari keempatbelas. Selain pengamatan makroskopis yaitu dengan menghitung jumlah ulkus juga dilakukan perhitungan indeks ulkus pada masing-masing kelompok. Efek penyembuhan dari suspensi kombinasi alginat dengan antasida dapat kita lihat juga dari penurunan indeks ulkus pada pembedahan hari ketiga sampai hari keempatbelas yang ditandai adanya penurunan. Pada hari ketujuh sudah tidak terdapat adanya nilai rata-rata indeks ulkus. Hasil indeks ulkus rata-rata pada masing-masing kelompok dapat kita lihat pada Tabel 4.2 dibawah ini. Tabel 4.2 Indeks ulkus rata-rata antara kelompok tikus yang diberi suspensi kombinasi alginat dengan antasida dan suspensi antasida n = 6 Hari Tanpa pengobatan kontrol negatif Diberi suspensi antasida kontrol positif Diberi suspensi kombinasi alginat dengan antasida sediaan uji 0,055 ± 0,038 0,055 ± 0,038 0,055 ± 0,038 3 0,033 ± 0,030 0,018 ± 0,015 0,014 ± 0,012 7 0,031 ± 0,028 0,009 ± 0,005 0 ± 0,000 10 0,021 ± 0,020 0 ± 0,000 0 ± 0,000 14 0,008 ± 0,004 0 ± 0,000 0 ± 0,000 Dari Tabel 4.2 dapat juga kita lihat efek penyembuhan dari suspensi kombinasi alginat dengan antasida dilihat dari penurunan indeks ulkus dari 36 pembedahan pada hari ketiga sampai hari keempatbelas yang ditandai adanya penurunan. Grafik perbandingan indeks ulkus pada mukosa lambung masing-masing kelompok tampak pada Gambar 4.3. Gambar 4.3 Perbandingan indeks ulkus antara kelompok tikus yang diberi suspensi kombinasi alginat dengan antasida dan suspensi antasida. Dari Tabel 4.2 dan Gambar 4.3, dilihat dari penurunan indeks ulkus dapat disimpulkan bahwa suspensi kombinasi alginat dengan antasida lebih cepat menyembuhkan ulkus lambung pada tikus dibandingkan dengan kelompok pemberian suspensi antasida dan tanpa pengobatan. Penurunan jumlah ulkus dan indeks ulkus pada kelompok tanpa pengobatan disebabkan oleh adanya pembaharuan sel pada mukosa. Pembaharuan sel epitel lambung terkoordinasi dengan baik untuk menjamin penggantian sel yang rusak. Proses pembaharuan epitel lengkap membutuhkan waktu sekitar 3-7 hari, sedangkan penggantian sel kelenjar secara keseluruhan membutuhkan waktu berbulan. Namun, pembaharuan 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09 0,1 3 7 10 14 Inde k s u lk us Waktu Hari Tanpa pengobatan Suspensi antasida Suspensi kombinasi 37 epitel permukaan setelah kerusakan terjadi sangat cepat yaitu beberapa menit. Proses pergantian sel diatur oleh faktor pertumbuhan Fornai, et al., 2011.

4.2.2 Pengamatan makroskopis lambung tikus pada hari ketiga

Penyembuhan ulkus lambung pada tikus dengan pemberian suspensi kombinasi alginat antasida, suspensi antasida, dan tanpa pengobatan dibandingkan dengan tikus yang hanya diberi aspirin saja dapat kita lihat pada Gambar 4.4. Gambar 4.4 Mukosa lambung tikus pada hari ketiga. A: tanpa pengobatan. B: suspensi antasida. C: suspensi kombinasi alginat dengan antasida. O= luka. Dari Gambar 4.4 pada pembedahan hari ketiga dapat kita lihat bahwa pada mukosa lambung tikus dari masing-masing kelompok yaitu pada kelompok tanpa pengobatan, suspensi antasida, dan suspensi kombinasi alginat dengan antasida masih terdapat adanya ulkus. A C B 38

4.2.3 Pengamatan makroskopis lambung tikus pada hari ketujuh

Gambar 4.5 Mukosa lambung tikus pada hari ketujuh. A: tanpa pengobatan. B: suspensi antasida. C: suspensi kombinasi alginat dengan antasida. O: luka. Dari Gambar 4.5 dapat kita lihat bahwa mukosa lambung tikus pada pembedahan hari ketujuh dengan kelompok tanpa pengobatan dan suspensi antasida masih menunjukkan adanya ulkus lambung, tetapi dengan pemberian suspensi kombinasi alginat dengan antasida sudah tidak terdapat ulkus pada mukosa lambung. Dapat disimpulkan bahwa pemberian suspensi kombinasi alginat dengan antasida lebih cepat menyembuhan ulkus lambung dibandingkan dengan pemberian suspensi antasida. Kemampuan alginat disamping meningkatkan efek pertahanan mukosa lambung sitoprotektif juga meregenerasi jaringan pada luka sehingga mempercepat penyembuhan ulkus lambung. Sun dan A B C 39 Huaping 2013, menggunakan pembalut yang mengandung alginat dalam pengobatan luka pada kulit karena memiliki kemampuan meregenerasi jaringan pada luka. Dengan kemampuan tersebut, saat pemberian alginat pada tikus akan mempercepat penyembuhan ulkus lambung dengan meregenerasi jaringan yang luka pada mukosa lambung, yang dikombinasikan dengan antasida aluminium dan magnesium hidroksida yang dapat menyebabkan berkurangnya kerja proteolitis dari pepsin dengan cara menaikkan pH isi lambung dan mengurangi terjadinya ulkus peptikum. Antasida juga memiliki khasiat melindungi tukak dengan jalan menutupnya dengan suatu lapisan pelindung terhadap serangan asam-pepsin Tjay dan Rahardja, 2007.

4.2.4 Pengamatan makroskopis lambung tikus pada hari kesepuluh

Gambar 4.6 Mukosa lambung tikus pada hari ke sepuluh. A: tanpa pengobatan. B: suspensi antasida. C: suspensi kombinasi alginat dengan antasida O: luka. A B C 40 Pada Gambar 4.6 menunjukkan pemberian suspensi antasida dan suspensi kombinasi alginat dengan antasida tidak terdapat adanya ulkus pada hari kesepuluh, tetapi pada kelompok tanpa pengobatan masih terdapat ulkus pada lambung tikus sampai pembedahan hari kesepuluh.

4.2.5 Pengamatan makroskopis lambung tikus pada hari keempatbelas

Gambar 4.7 Mukosa lambung tikus pada hari keempatbelas. A: tanpa pengobatan. B: suspensi antasida. C: suspensi kombinasi alginat dengan antasida. O: luka. Gambar 4.7 menunjukkan pemberian suspensi antasida dan suspensi kombinasi alginat dengan antasida tidak terdapat adanya ulkus pada hari keempatbelas, tetapi pada kelompok tanpa pengobatan masih terdapat ulkus pada lambung tikus sampai pembedahan hari keempatbelas. A B C 41

4.2.6 Pengamatan mikroskopis lambung tikus

Selain pengamatan secara makroskopis juga dilakukan pengamatan secara mikroskopis yaitu dengan melakukan uji histopatologi pada jaringan lambung tikus. Uji histopatologi dilakukan terhadap empat ekor tikus dari masing-masing kelompok. Dari Gambar 4.8 dapat kita lihat bahwa pada tikus kelompok kontrol ulkus dengan pemberian aspirin saja terjadi kerusakan dan erosi sel-sel epitel pada permukaan mukosa lambung yang disebabkan karena bersentuhan langsung dengan aspirin. Pada gambar dapat juga kita lihat bahwa adanya perdarahan pada lapisan lambung yaitu pada mukosa. Pemberian aspirin yang masuk ke dalam saluran cerna dapat menyebabkan pengelupasan permukaan sel epitel dan mengurangi sekresi mukus yang merupakan barier protektif terhadap serangan asam Mustaba, 2012. Aspirin merusak pertahanan mukosa dengan menembus lapisan pelindung mukus dan bikarbonat serta merusak lapisan sel-sel epitel Ivey, 1988. Gambar 4.8 Gambaran histologis jaringan lambung tikus kelompok kontrol ulkus dengan pewarnaan HE, perbesaran 10x10. Terdapat erosi pada sel- sel epitel pada permukaan mukosa. Sel-sel epitel erosi Mukosa Submukosa 42

4.2.6.1 Pengamatan mikroskopis lambung tikus pada hari ketiga

. Gambar 4.9 Gambaran histologis jaringan lambung tikus pada hari ketiga dengan pewarnaan HE, perbesaran 10x10. A: tanpa pengobatan. B: suspensi antasida. C: suspensi kombinasi alginat dengan antasida. Pada Gambar 4.9 dapat dilihat dengan lebih jelas erosi sel-sel epitel pada mukosa lambung di setiap kelompok. Pada gambar A, B, dan C dapat dilihat bahwa kohesi antar sel masih mengalami kerusakan selama penyembuhan tiga hari baik pada pemberian suspensi antasida maupun pemberian suspensi kombinasi alginat dengan antasida. Pada kelompok tikus tanpa pengobatan A, pada segmen tertentu mengalami lisis, peradangan dan perdarahan, yang mana pada bagian atau segmen yang lisis diapit oleh sel-sel epitel yang sehat. Kelompok tikus yang diberikan suspensi antasida B, dijumpai lisis dan terjadi Sel-sel epitel erosi A B C 43 peradangan, sedangkan pada kelompok tikus yang diberikan suspensi kombinasi alginat dengan antasida C juga terdapat adanya lisis pada lapisan mukosa.

4.2.6.2 Pengamatan mikroskopis lambung tikus pada hari ketujuh

Gambar 4.10 Gambaran histologis jaringan lambung tikus pada hari ketujuh dengan pewarnaan HE, perbesaran 10x10. A: tanpa pengobatan. B: suspensi antasida. C: suspensi kombinasi alginat dengan antasida. Hasil histopatologi juga menunjukkan adanya kerusakan sel-sel epitel dan terjadi erosi pada sel epitel pada pembedahan hari ketujuh. Dari Gambar 4.10 dapat kita lihat pada kelompok tikus tanpa pengobatan A, masih terdapat kerusakan sel-sel epitel pada permukaan yang minimal. Pada kelompok tikus yang diberikan suspensi antasida B, masih terdapat kerusakan pada sel epitel mukosa, sedangkan hasil uji histopatologi pada tikus yang diberikan suspensi kombinasi A B C Sel-sel epitel erosi Mukosa utuh normal 44 alginat dengan antasida C, telah menunjukkan mukosa yang telah utuh. Dari hasil mikroskopis pada pembedahan hari ketujuh dapat disimpulkan bahwa pemberian suspensi kombinasi alginat dengan antasida lebih cepat dalam menyembuhkan ulkus lambung tikus yang diinduksi dengan aspirin jika dibandingkan dengan pemberian suspensi antasida yang ditandai dengan tidak adanya erosi pada daerah mukosa dan submukosa.

4.2.6.3 Pengamatan mikroskopis lambung tikus pada hari kesepuluh

Gambar 4.11 Gambaran histologis jaringan lambung tikus pada hari kesepuluh dengan pewarnaan HE, perbesaran 10x10. A: tanpa pengobatan. B: suspensi antasida. C: suspensi kombinasi alginat dengan antasida. Dari Gambar 4.11 merupakan hasil histopatologi pada pembedahan hari kesepuluh masih menunjukkan adanya kerusakan sel-sel epitel dan terjadi erosi pada sel epitel yang terdapat pada kelompok tikus tanpa pengobatan A, A B C Mukosa utuh Mukosa utuh Sel-sel epitel erosi 45 sedangkan hasil uji histopatologi pada mukosa lambung tikus pemberian suspensi antasida dan suspensi kombinasi alginat dengan antasida ditunjukkan dengan kohesi antar sel mukosa yang telah bagus dan tidak terdapat erosi pada sel epitel. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian suspensi antasida dan suspensi kombinasi alginat dan antasida dapat menyembuhkan ulkus lambung pada pembedahan hari kesepuluh, sedangkan pada kelompok tanpa pengobatan ulkus lambung belum sembuh sampai pada hari kesepuluh.

4.2.6.4 Pengamatan mikroskopis lambung tikus pada hari keempatbelas

Gambar 4.12 Gambaran histologis jaringan lambung tikus pada hari keempatbelas dengan pewarnaan HE, perbesaran 10x10. A: tanpa pengobatan. B: suspensi antasida. C: suspensi kombinasi alginat dengan antasida. Dari Gambar 4.12 diatas pada hasil uji histopatologi pembedahan hari keempatbelas masih menunjukkan adanya kerusakan sel-sel epitel pada mukosa A B C Sel-sel epitel erosi Mukosa utuh Mukosa utuh 46 berupa kohesi antar sel yang rusak dan terjadi erosi pada sel epitel yang terdapat pada tikus tanpa pengobatan A, sedangkan hasil uji histopatologi pada mukosa lambung tikus pemberian suspensi antasida B dan suspensi kombinasi alginat dengan antasida C menunjukkan kohesi antar sel mukosa yang telah bagus dan tidak terdapat erosi pada sel epitel. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian suspensi kombinasi alginat dengan antasida dan suspensi antasida dapat menyembuhkan ulkus lambung pada pembedahan hari kesepuluh, sedangkan pada kelompok tanpa pengobatan tidak sembuh sampai pada hari keempatbelas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suspensi kombinasi alginat dengan antasida lebih cepat menyembuhkan ulkus lambung pada tikus yang diinduksi dengan aspirin. 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian suspensi

kombinasi alginat dengan antasida lebih cepat menyembuhkan ulkus lambung pada tikus yang diinduksi oleh aspirin 400 mgkg bb dibandingkan dengan pemberian suspensi antasida, yang mana pada hari ketujuh jumlah ulkus dan indeks ulkus rata-rata adalah 0 dan menunjukkan mukosa yang telah utuh, sedangkan jumlah ulkus dan indeks ulkus rata-rata lambung tikus dengan pemberian suspensi antasida pada hari ketujuh adalah 1,83 dan 0,008 dan masih terdapat adanya erosi sel-sel epitel pada jaringan mukosa lambung.

5.2 Saran