34 perhitungan karakterisasi simplisia daun ketepeng meliputi penetapan kadar air,
kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu dan kadar abu tidak larut asam dapat dilihat pada Lampiran 9, halaman 50-53.
4.3 Hasil Skrining Fitokimia
Penentuan golongan senyawa kimia simplisia, ekstrak etanol, fraksi n- heksan etilasetat dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang terdapat di
dalamnya.Adapun pemeriksaan yang dilakukanadalah pemeriksaan golongan senyawa alkaloid, glikosida, glikosida antrakinon,steroidtriterpenoid, flavonoid,
tanin dan saponin.Hasil skrining fitokimia dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia
No. Golongan Senyawa
Hasil Simplisia
Ekstrak etanol
Fraksi n- heksan
Fraksi etil asetat
1 Alkaloid
- -
- -
2 Flavonoid
+ +
- +
3 Glikosida
+ +
- +
4 Glikosida antrakinon
+ +
- +
5 Saponin
+ +
- +
6 Tanin
+ +
- +
7 SteroidTriterpenoid
+ +
+ -
Keterangan: + positif : mengandung golongan senyawa
- negatif : tidak mengandung golongan senyawa Hasil skrining serbuk simplisia dan ekstrak etanol menunjukkan hasil
postitif pada golongan senyawa flavonoid, glikosida, glikosida antrakinon, saponin, tanin, dan steroidtriterpenoid.Sedangkan fraksi n-heksan hanya positif
untuk steroidtriterpenoid dan fraksi etil asetat menunjukkan hasil sama dengan esktrak etanol kecuali untuk steroidtriterpenoid negatif.
Universitas Sumatera Utara
35 Menurut Robinson 1995, senyawa flavonoida, saponin,
dan steroidatriterpenoid merupakan senyawa kimia yang memiliki potensi sebagai
antibakteri dan antivirus.
4.4 Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi
Hasil ekstraksi 500 g simplisia daun ketepeng dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 80 diperoleh ekstrak etanol daun ketepeng
sebanyak 72,5g. Kemudian dilakukan fraksinasi menggunakan pelarut n-heksana dan air, dari 30 g ekstrak diperoleh fraksi n-heksana 3,51 g, selanjutnya fraksi air
di fraksinasi dengan etilasetat sehingga diperoleh fraksi etilasetat 2,41 g. Ekstrak etanol, fraksi n-heksana dan etilasetat yang diperoleh diuji aktivitas antibakteri.
4.5 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi n-Heksana, Fraksi etilasetatDaun Ketepeng
Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol, fraksi n-heksan dan fraksi etilasetat dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3 Data hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan
pertumbuhan bakteriStaphylococcus aureus
No Konsentrasi
mgml Diameter Daerah Hambatan mm
Ekstrak Etanol
Fraksi n- Heksana
Fraksi Etil Asetat
1 500
17,93 14,17
19,40 2
400 17,40
13,73 18,57
3 300
17,37 11,60
18,47 4
200 17,17
11,07 17,80
5 100
16,73 10,13
16,57 6
50 15,90
8,87 14,50
7 25
15,67 8,17
13,63 8
12,5 11,73
- 11,30
9 6,25
8,30 -
8,73 10
3,125 -
- -
Universitas Sumatera Utara
36
Tabel 4.4 Data hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan
pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis
No Konsentrasi
mgml Diameter Daerah Hambatan mm
Ekstrak Etanol
Fraksi n- Heksana
Fraksi Etil Asetat
1 500
16,43 13,63
18,33 2
400 15,40
11,07 17,17
3 300
14,73 8,60
17,13 4
200 13,53
7,60 16,97
5 100
7,33 6,23
15,40 6
50 7,00
5,70 14,53
7 25
6,90 5,60
11,03 8
12,5 -
- 9,30
9 6,25
- -
7,23 10
3,125 -
- -
Tabel 4.5 Data hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa
No Konsentrasi
mgml Diameter Daerah Hambatan mm
Ekstrak Etanol
Fraksi n- Heksana
Fraksi Etil Asetat
1 500
19,87 16,33
19,23 2
400 18,20
13,07 18,43
3 300
17,13 12,37
18,13 4
200 15,10
10,90 16,70
5 100
13,87 8,80
15,87 6
50 13,50
7,87 14,43
7 25
11,83 7,07
13,73 8
12,5 10,27
- 11,30
9 6.25
9,27 -
8,17 10
3,125 -
- -
Keterangan : D = Diameter rata- rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri - = Tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri
Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan ekstrak etanol, fraksi n- heksana,dan fraksi etil asetat daun ketepeng dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidisdanPseudomonas aeruginosa.Aktivitas suatu zat antimikroba dalam menghambat pertumbuhan atau
membunuh mikroorganisme tergantung pada konsentrasi dan jenis bahan
Universitas Sumatera Utara
37 antimikroba tersebut Tim Mikrobiologi FK Brawijaya, 2003.Hasil pengukuran
dapat dilhat pada Lampiran 10-12, halaman 54-56. Berdasarkan hasil pengukuran diameter daerah hambatan pada bakteri
Staphylococcus aureus, konsentrasi hambat minimum KHM ekstrak etanol dan fraksi etilasetat daun ketepeng adalah 6,25 mgmL dengan diameter daerah
hambat 8,30 mm dan 8,77 mm; sedangkan untuk fraksi n-heksana adalah 25 mgmL dengan diameter daerah hambat 8,13 mm.
Hasil pengukuran terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis menunjukkan bahwa konsentrasi hambat minimum KHM ekstrak etanol dan
fraksi n-heksana daun ketepeng adalah 25 mgmL dengan diameter daerah hambat 6,90 mm dan 5,90 mm, sedangkan KHM fraksi etilasetat daun ketepeng adalah
6,25 mgmL dengan diameter daerah hambat 7,23 mm. Hasil pengukuran terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa,
menunjukkan bahwa Konsentrasi Hambat Minimum ekstrak etanol dan fraksi etilasetat daun ketepeng adalah 6,25 mgmL dengan diameter daerah hambat 9,27
mm dan 8,17 mm, sedangkan KHM fraksi n-heksana adalah 25 mgmL dengan diameter daerah hambat 7,07 mm.
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa fraksi etil asetat daun ketepeng adalah yang paling tinggi aktivitas antibakteri terhadap ketiga bakteri,
konsentrasi hambat minimum KHM sebesar 6,25 mgml terhadap ketiga bakteri.Pelarut etilasetat dapat mengekstraksi alkaloid, flavonoid, saponin, tanin
dan polifenol, serta triterpenoid.Berdasarkan hasil skrining fitokimia, fraksi etilasetat daun ketepeng mengandung flavonoid, saponin, tanin, glikosida, dan
glikosida antrakinon.
Universitas Sumatera Utara
38 Menurut hasil penelitian yang dilakukan Lumbessy 2013 menunjukkan
bahwa kandungan flavonoid didalam daun ketepeng adalah sebesar 26,86 mgmL, paling tinggi dibandingkan dengan beberapa tanaman obat yang diperiksa pada
penelitian tersebut.Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol yang mempunyai kecenderungan untuk mengikat protein, sehingga menganggu proses
metabolisme bakteri, selain itu flavonoid juga berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang
mengganggu integritas membran sel bakteri. Polifenol pada kadar tinggi dapat menyebabkan koagulasi protein dan menyebabkan sel membran mengalami lisis.
Saponin digunakan sebagai antimikroba pada beberapa tahun terakhir.Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri adalah menurunkan tegangan permukaan
sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar Robinson, 1995.
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk Robinson, 1995. Tanin memiliki aktifitas antibakteri yang berhubungan dengan kemampuannya untuk menginaktifkan adhesin sel mikroba
juga menginaktifkan enzim, dan menggangu transport protein pada pada lapisan dalam sel Cowan, 1994. Menurut Naim 2004, tanin juga mempunyai target
pada polipeptida dinding sel sehingga pembentukan dinding sel menjadi kurang sempurna. Hal ini menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik
maupun fisik sehingga sel bakteri akan mati. Ekstrak etanol dan fraksi n- heksana memberikan diameter daerah hambat
yang lebih kecil bila dibandingkan dengan fraksi etilasetat.Sedangkan senyawa yang tersari didalam etanol lebih banyak daripada fraksi etil asetat.Hal ini
Universitas Sumatera Utara
39 mungkin disebabkan karena adanya kerja yang tidak sinergis antara senyawa
metabolit sekunder dalam ekstrak etanol dalam peranannya sebagai antibakteri. Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi n-heksana daun ketepeng merupakan
aktivitas antibakteri yang terlemah bila dibandingkan dengan ekstrak etanol dan fraksi etilasetat.Ini disebabkan berdasarkanhasil skrining fitokimia, golongan
senyawa yang tersari pada fraksi n-heksan hanya steroidtriterpenoid.
Universitas Sumatera Utara
40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN