BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asfiksia Neonatorum
2.1.1 Definisi
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan
hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis IDAI, 2004. Menurut WHO 2012, asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir. Menurut American Academy of Pediatrics dan American College of Obstetricians and Gynecologist 2004, seorang neonatus disebut mengalami
asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai berikut: i nilai Apgar 0-3 menetap lebih dari 5 menit, ii adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat pH7,0, iii
terdapat gangguan neurologis, seperti kejang, hipotoni, atau koma, iv adanya disfungsi multiorgan. Disfungsi multiorgan tersebut dapat memberikan efek
jangka panjang terutama pada fungsi neurologis Sills, 2004. Asfiksia dapat terjadi selama antepartum, intrapartum, dan postpartum
dengan penyebab bisa faktor ibu, faktor bayi, dan faktor plasenta. Beberapa penelitian menyatakan bahwa asfiksia yang terjadi selama antepartum sebanyak
50 kasus, intrapartum 40, dan sisanya selama postpartum sebanyak 10 Dilenge et al, 2001.
Kondisi patofisiologis yang menyebabkan asfiksia meliputi kurangnya oksigenasi sel, retensi karbondioksida yang berlebihan, dan asidosis metabolik.
Kombinasi ketiga peristiwa itu menyebabkan kerusakan sel dan lingkungan biokimia yang tidak cocok dengan kehidupan Varney, 2007. Akibat-akibat
asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dilakukan pada bayi bertujuan mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul Prawirohardjo, 2002.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Asfiksia
Neonatus akan mengalami proses pengembangan paru yang terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan selanjutnya diikuti pernapasan yang teratur.
Hambatan proses pertukaran gas atau oksigen antara ibu dan janin, yang dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan, maupun segera setelah lahir, akan
menyebabkan terjadinya asfiksia sehingga pengembangan paru janin juga akan terganggu.
Asfiksia dapat disebabkan oleh bermacam-macam keadaan. Towell 1966 dalam Ilyas 1994, menggolongkan penyebab asfiksia neonatorum terdiri dari :
a. Faktor Ibu
1. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi. Kondisi ini akan menimbulkan hipoksia pada janin.
2. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
Umur ibu tidak secara langsung berpengaruh terhadap kejadian asfiksia neonatorum, tetapi umur berpengaruh terhadap proses reproduksi Desfauza,
2008. Menurut Martadisoebrata 1992 dalam Desfauza 2008 umur yang dianggap optimal untuk kehamilan adalah 20 sampai 30 tahun, sedangkan
dibawah atau diatas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan maupun persalinan. Kehamilan pada usia yang terlalu muda dan tua termasuk dalam
kriteria kehamilan risiko tinggi dimana keduanya berperan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi Yuliana, 2012. Usia muda 20
tahun berisiko karena ibu belum siap secara medis organ reproduksi maupun secara mental, sedangkan umur tua 35 tahun, secara fisik ibu mengalami
kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio
plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir Yuliana, 2012. Pertambahan umur akan diikuti oleh perubahan perkembangan
organ dalam rongga pelvis. Keadaan ini akan mempengaruhi kehidupan janin dalam rahim Desfauza, 2008. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hartatik
dan Yuliaswati 2013, umur kehamilan saat bayi dilahirkan cenderung
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi kejadian asfiksia, ibu-ibu yang melahirkan dengan umur kehamilan yang berisiko lebih berpeluang melahirkan bayi asfiksia sebesar 2,9
kali daripada ibu-ibu yang umur kehamilannya tidak berisiko OR=2,852 ; CI=1,137-7,152.
3. Partus
Kehamilan yang paling optimal adalah kehamilan kedua sampai dengan ketiga. Kehamilan pertama dan kehamilan setelah ketiga mempunyai risko yang
lebih besar. Berdasarkan hasil penelitian Ahmad 2000 dalam Desfauza 2008 kejadian asfiksia neonatorum 1,480 kali lebih sering pada ibu yang melahirkan
dengan paritas primipara dan grandemultipara dibandingkan ibu dengan multipara.
4. Penyakit yang diderita Ibu
Penyakit ibu yang dapat mengganggu pertukaran gas janin antara lain adalah hipertensi, hipotensi, gangguan kontraksi uterus, dan lain-lain
Wiknjosastro, 2005. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah melebihi tekanan darah normal yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada ibu dan fetus Desfauza, 2008.
b. Faktor Plasenta
Gangguan pertukaran gas di plasenta akan menyebabkan asfiksia janin. Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
Asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya plasenta previa, solusio plasenta, dan lain-lain Manuaba, 1998.
c. Faktor neonatus
1. Prematur
Bayi prematur adalah bayi yang lahir kurang dari 37 minggu. Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat-alat tubuh yang belum berfungsi normal
untuk bertahan hidup diluar rahim. Makin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh bayi makin kurang sempurna, prognosis juga semakin buruk. Karena fungsi
Universitas Sumatera Utara
organ-organ tubuh yang belum sempurna termasuk sistem pernapasan maka terjadilah asfiksia Depkes RI, 2008. Menurut Mansjoer et al 2005 asfiksia
neonatorum biasanya terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu dengan kelahiran kurang bulan.
2. Kehamilan ganda
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan ganda dapat memberikan risiko yang lebih tinggi terhadap ibu dan
bayi.
3. Gangguan tali pusat
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat melilit leher janin, atau tali pusat menumbung Wiknjosastro, 2005.
d. Faktor persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi janin dan uri yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuankekuatan sendiri Manuaba, 1998.
Persalinan dengan tindakan dapat menimbulkan asfiksia neonatorum Desfauza, 2008. Ibu yang melahirkan dengan persalinan tindakan berisiko 4,44
kali melahirkan bayi dengan asfiksia dibandingkan dengan ibu yang melahirkan secara normal CI=2,342-8,433 Tahir et al, 2012. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Yelis 2011 dalam Tahir et al 2012, yang menemukan bahwa jenis persalinan tindakan mempunyai risiko 5,471 kali
lebih besar untuk mengalami asfiksia dibandingkan dengan persalinan normal. Partus lama yaitu persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam untuk
primipara, dan lebih dari 18 jam untuk multipara. Persalinan yang berlangsung lama dapat menimbulkan komplikasi baik terhadap ibu maupun pada bayi, dan
dapat meningkatkan angka kematian ibu dan bayi Desfauza, 2008. Hasil
Universitas Sumatera Utara
penelitian Tahir et al 2012 menunjukkan bahwa ibu yang mengalami partus lama berisiko 3,41 kali melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum dibandingkan
dengan ibu yang tidak mengalami partus lama 95 CI 1,54-7,576.
2.1.3 Prevalensi