Analisis Kandungan Sildenafil Sitrat dalam “pil Biru” yang Dijual di Daerah Ciputat

(1)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

ANALISIS KANDUNGAN SILDENAFIL SITRAT

DALAM “PIL BIRU” YANG DIJUAL DI DAERAH

CIPUTAT

SKRIPSI

ERISKA BORU SARAGIH

NIM 109102000057

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

MEI 2014


(2)

ii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

ANALISIS KANDUNGAN SILDENAFIL SITRAT

DALAM “PIL BIRU” YANG DIJUAL DI DAERAH

CIPUTAT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Farmasi

ERISKA BORU SARAGIH

NIM 109102000057

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

MEI 2014


(3)

iii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan benar.

Nama: Eriska Boru Saragih NIM: 109102000057

Tanda Tangan: Tanggal : Mei 2014


(4)

iv


(5)

v


(6)

vi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nama : Eriska Boru Saragih Program Studi : Farmasi

Judul : Analisis Kandungan Sildenafil Sitrat dalam “pil Biru” yang Dijual di Daerah Ciputat.

Sildenafil sitrat merupakan senyawa sintetik yang mempunyai efek menghambat enzim fosfodiesteras tipe 5. Dengan penambahan waktu relaksasi otot polos penis menjadi lebih lama sehingga meningkatkan aliran darah ke korvus kavernosum yang berujung pada ereksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan dan kadar sildenafil sitrat dalam produk-produk di jual bebas di wilayah Ciputat. Metode yang digunakan pada penelitian analisis kandungan Sildenafil sitrat dalam pil biru adalah kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Sistem kromatografi terdiri dari kolom Acclaim (C18) komposisi fase gerak metanol : air (95:5) dengan kecepatan alir 0,8 ml/mnt, panjang gelombang 292 nm, dan volum penyuntikan 50 µL. Kemudian dilakukan uji disolusi dengan alat uji

disolusi tipe 1 (basket) dalam medium dapar HCl 0,01 N pada suhu ± 37˚C,

kecepatan 100 rpm selama 30 menit. Hasil penelitian untuk validasi metode pada KCKT didapatkan hasil uji perolehan kembali (%UPK) dari 20-40 µg/mL didapatkan 91,986-100,853%. LOD didapatkan hasil 0,237 µg/mL sedangkan LOQ didapatkan hasil 0,789 µg/. Dari hasil penelitian Pil biru diketahui bahwa zat aktif yang terkandung di dalamnya benar Sildinafil, untuk toka A dengan kadar 94,784 mg sedangkan toko B dengan kadar 81,321 mg. Hasil dari disolusi didapatkan bahwa dari 6 tablet pada menit ke 30 nilai Q tidak kurang dari 15% ini menujukan bahwa tablet tersebut memenuhi syarat uji disolusi. Kesimpulan: kandungan dalam obat pil biru benar seldinafil hasil Q rata-rata yang didapat pada sampel 89,074 %, telah memenuhi persyaratan umum di Farmakope Indonesia yang mana persyaratan kelarutan pada menit ke 30 tidak kurang dari 80%.


(7)

vii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Eriska Boru Saragih Program Study : Pharmacy

Title : Analisys of Sildenafil Citrate Content in the “Pil Biru” Sold Ciputat Area

Sildenafil citrate is a synthetic compound that has the effect of inhibiting the enzyme 5 fosfodiesteras type. With the addition of penile smooth muscle relaxation becomes longer thereby increasing the blood flow into the corpora cavernosa korvus resulting in an erection. The purpose of this study was to determine the contents and levels of sildenafil in selling products on the free side of the road in the area of Chester. The method in this research, analysis content of Sildenafil citrate in blue pill is using High Performance Liquid Chromatography (HPLC) . Column Chromatography system consisted of Acclaim ( C18 ) on the eluent composition of methanol : water ( 95:5 ) with a flow rate of 0.8 ml / min , wavelength 292 nm , and injection volume of 50 mL . Then the dissolution test with type 1 dissolution test equipment ( basketball ) in 0.01 N HCl buffer medium

at a temperature of ± 37 ˚ C , 100 rpm for 30 minutes . The results for the HPLC

method validation test results obtained recoveries ( % UPK ) of 20-40 mg / mL obtained from 91.986 to 100.853 % . LOD showed 0.237 mg / mL , while the results obtained LOQ 0.789 mg / . From the research, the blue pill is known that the active substances contained therein Sildinafil Citrate results of dissolution was found that from 6 tablets in 30 minutes have a Q value not less than 80 % is attributed that the tablet dissolution test requirements. Q value of 6 tablets is 89,074 %, in 30 minute.


(8)

viii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, rasa syukur serta pujian senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpah rahmat dan hidayah-Nya serta segala anugra-Nya berupa kesehatan, pemikiran dan ide sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang senantiasa mengikuti sunnahnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana Kefarmasian pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Kandungan Sildenafil Sitrat dalam Pil Biru yang dijual Di Daerah Ciputat”:

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Umar Mansur, M.Sc, Apt selaku pempimbing I dan Supandi, M.Si, Apt selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dengan sabar membimbing dan mengajari sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Departemen Agama Musi Banyuasin selaku pemberi beasiswa, sehingga penulis dapat mengenyam pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. DR, (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Umar Mansur, M.Sc. Apt selaku ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarih Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu dan Bapak Dosen serta Staf Akademik Progran Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(9)

ix

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Ayahanda tercinta, Syahrul Saragih dan Ibunda tercinta, Mustila beserta Adik-adik Meilani B Saragih dan Alvin Agustian Saragih terima kasih atas doa yag selalu tercurah, kasih sayang, semangad, dan dukungannya untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman seperjuangan selama penelitian Susilowati.

8. Teman – teman Yunita, Puput, Ika, Vina, Maya, Ema, Neneng serta seluruh anggota Farmasi angkata 2009, terima kasih atas sebuah persahabatan, dan kekeluargaannya selama ini.

9. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan dalam pembuatan skripsi.

Ciputat, Mei 2014


(10)

x

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sitivitas akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Eriska Boru Saragih

NIM : 109102000057

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Jenis Karya : Skripsi

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi saya/karya ilmiah saya dengan judul :

ANALISIS KANDUNGAN SILDENAFIL SITRAT DALAM “PIL BIRU” YANG DIJUAL DI DAERAH CIPUTAT

untuk dipublikasikan atau di internet atau media lainnya yaitu Digital Library

Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan undang-undang Hak Cipta.

Dengan demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada Tanggal : Mei 2014

Yang menyatakan,


(11)

xi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ……….viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 LatarBelakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Sildenafil ... 4

2.1.1 Pemerian ... 4

2.1.2 Struktur Kimia ... 4

2.1.3 Nama Kimia ... 4

2.1.4 Mekanisme Kerja ... 4

2.1.5 Efek Samping Obat ... 5

2.2 Spektrofotometri UV-Vis ... 5

2.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ... 6

2.3.1 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ... 6

2.3.2 Alat ... 6

2.3.2.1 Pompa ... 6

2.3.2.2 Injektor ... 6

2.3.2.3 Kolom ... 6

2.3.2.4 Detektor ... 7

2.3.3 Keuntungan KCKT ... 7

2.3.4 Metode Validasi ... 8

2.3.4.1 Kecermatan (Akurasi) ... 8

2.3.4.2 Keseksamaan (Presisi)... 8

2.3.4.3 Lineritas ... 9

2.3.4.4 Batas Deteksi (limit of detection, LOD) dan Batas Kuantifikasi (limit of quantification, LOQ) ... 10

2.4 Uji Disolusi ... 11


(12)

xii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5.2 Teknik Pengambilan Sampel ... 12

2.5.2.1 Probabilitas ... 12

2.5.2.2 Non Probabiliti ... 12

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 13

3.1 Alur Penelitian ... 13

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

3.3 Alat-alat ... 14

3.4 Bahan-bahan ... 14

3.5 Prosedur Penelitian ... 14

3.5.1 Pengambilan Sampel ... 14

3.5.2 Pembuatan Larutan Induk Sildenafil ... 14

3.5.3 Penentuan Panjang Gelombang ... 15

3.5.4 Penetapan Fase Gerak ... 15

3.5.5 Validasi Metode ... 15

3.5.5.1 Pembuatan Kurva kalibrasi Sildenafil dan Uji Linieritas... 15

3.5.5.2 Limit Deteksi (LOD) dan Limit Kuantifikasi (LOQ)... 15

3.5.5.3 Akurasi ... 16

3.5.5.4 Uji Presisi ... 16

3.5.6 Penetapan Kadar Sampel ... 16

3.5.7 Uji Disolusi ... 17

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1 Hasil ... 18

4.1.1 Penentuan Metode Analisa Sildenafil ... 18

4.1.1.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ... 18

4.1.1.2 Penetapan Komposisi Fase Gerak ... 18

4.1.2 Validasi Metode Analisa... 19

4.1.2.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi dan Uji Linieritas ... 19

4.1.2.2 Uji Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi... 20

4.1.2.3 Uji Akurasi ... 20

4.1.2.4 Uji Presisi ... 21

4.1.2.5 Penetapan Kadar ... 21

4.1.2.6 Uji Disolusi ... 21

4.2 Pembahasan ... 23

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

5.1 Kesimpulan ... 26

5.2 Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27


(13)

xiii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur Kimia Sildenafil ... 4

Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Sildenafi ... 19

Gambar 6.1. Spektrum panjang Gelombang Maksimum Sildenafil dalam Air pada Konsentrasi 20 µg/mL ... 29

Gambar 6.2. Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dionex Ultime 3000 ... 29

Gambar 6.3. Alat Disolusi Tablet Erweka ... 30

Gambar 6.4. Alat Spektrofotometer Ultraviolet Visibel ... 31

Gambar 6.5. Kromatogram Penetapan Fase Gerak ... 32

Gambar 6.6. Kromatogram Standar Sildenafil 50µg/mL ... 33

Gambar 6.7. Kromatogram Sampel Obat Toko A ... 34

Gambar 6.8. Kromatogram Sampel Obat Toko B... 34

Gambar 6.9. Kurva Kalibrasi Sidenafil dalam Air ... 35


(14)

xiv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Halaman

Tabel 4.1. Hasil Uji Batas Deteksi , Batas Kuantitasi dan Koefisien Fungsi ... 20

Tabel 4.2. Hasil Uji Rata-rata Akurasi ... 20

Tabel 4.3. Hasil Rata-rata Presisi. ... 21

Tabel 4.4. Kadar Sildenafil dalam “Pil Biru” ... 21

Tabel 4.5. Persentase Sildenafil Larut Pertablet (100 mg)... 23

Tabel 6.1. Data Hasil Uji Linieritas ... 37

Tabel 6.2. Data Hasil Batas Deteksi dan Batas Kuantitas... 38

Tabel 6.3. Data Hasil Uji Akurasi ... 39

Tabel 6.4. Data Hasil Uji Presisi ... 40

Tabel 6.5. Data Hasil dari Penetapan Kadar dalam “Pil Biru” ... 41

Tabel 6.6. Data Kalibrasi Disolusi ... 42


(15)

xv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Penetapan Panjang Gelombang Serapan Maksimum ... 29

Lampiran 2. Alat kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ... 30

Lampiran 3. Alat Disolusi Tablet ... 31

Lampiran 4. Alat Spektrofotometri Ultraviolet Visible ... 32

Lampiran 5. Tablet Pil Biru ... 33

Lampiran 6. Kromatografi Hasil Analisa. ... 34

Lampiran 7. Uji Linieritas dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Sildenafil ... 37

Lampiran 8. Uji Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 38

Lampiran 9. Uji Akurasi ... 39

Lampiran 10. Uji Presisi ... 40

Lampiran 11. Penetapan Kadar dalam “Pil Biru” ... 41

Lampiran 12. Kurva Kalibrasi Sildenafil ... 42

Lampiran 13. Data Hasil Disolusi ... 43

Lampiran 14.Cara Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 44

Lampiran 15.Cara Menghitung Simpangan Baku, Koefisien Variasi, % diff, dan Uji Perolehan Kembali ... 45

Lampiran 16. Cara Menghitung Kadar Sildenafil dan % UPK ... 46

Lampiran 17.Cara Menghitung Kadar Sampel dalam µg/mL dan mg, Menghitung Nilai Q ... 47


(16)

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk menyelesaikan koitus. Insidennya berkisar antara 25%-50% pada pria di atas 65 tahun. Penyebab terjadinya difungsi ereksi antara lain; ansietas, keletihan, depresi dan tekanan budaya untuk tindakan seksual (Smeltzer, 2001).

Sejak dahulu masyarakat yang mengalami gangguan disfungsi ereksi ditangani dengan zat-zat yang dapat membangkitkan syahwat seksual, tetapi hasilnya sering mengecewakan. Obat kuno Amprofin benar-benar meningkatkan syahwat dan efek samping yang ditimbulkan juga hebat. Pada tahun 80-an dikembangkan cara-cara mekanis berupa pompa vakum dan implantasi prosthesis penis, namun jarang diprakatekkan karena sulit dalam penggunaannya, pada akhir 1990-an ditemukan obat sildenafil yang dipasarkan untuk disfungsi ereksi, dan obat ereksi lain telah dipasarkan Verdenafil (Levetra® ), Tadalafil (Cialis® ) (Tjay, 2007).

Sildenafil sitrat adalah suatu senyawa sintetik yang mempunyai efek menghambat enzim fosfodiesterase tipe 5. Dengan penambahan waktu relaksasi otot polos penis menjadi lebih lama sehingga meningkatkan aliran darah ke korvus kavernosum yang berujung pada ereksi atau juga biasa disebut pil biru.

Sildenafil sitrat dengan nama paten viagra® penggunaannya telah disetujui oleh FDA (Food Drugs Administration) pada tahun 1998. Penggunaannya di pasaran sangat tinggi karena efek yang ditimbulkan cukup cepat. Untuk harga viagra sendiri per tabletnya cukup mahal sekitar Rp. 115.000,00.

Pil biru ini juga dapat kita jumpai di toko pinggir jalan dengan harga yang cukup murah. Banyaknya penjualan obat pil biru ini sehingga bisa timbul adanya pemalsuan. Terkait dengan pemikiran yang seperti itu maka


(17)

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dilakukanlah penelitian ini dengan pertanyaan apakah produk produk yang dijual di pinggir jalan itu palsu atau substandar.

Salah satu cara yang digunakan untuk analisis bahan kimia sildenafil sitrat adalah kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Pemilihan metode KCKT ini karena penggunaannya relatif cepat, daya pisahnya baik, peka walaupun konsentrasi zat yang akan diuji dalam jumlah yag kecil, daya pisahnya baik, dan kolom dapat digunakan kembali (Edward L. Jhonson, 1991).

Merujuk dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Sarigih

et al. (2010) mengenai “Analisis Sildenafil Sitrat pada Jamu Tradisional Kuat Lelaki Merek A dan B dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi”. Dengan hasil waktu retensi Sildenafil adalah 2,5 menit. Perolehan

kembali sildenafil sitrat dari jamu kuat lelaki adalah 110,67% . Metode ini dapat digunakan untuk menganalisis sildenafil sitrat dengan batas deteksi 0.010 µg/mL dan batas kuatitasi 0,341 µg/mL.

Dari masalah yang ada peneliti bermaksud menganalisa kadar

kandungan sildenafil sitrat dalam “Pil Biru” yang dijual di daerah Ciputat dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah sedian obat yang dijual benar benar mengandung zat aktif sildenafil sitrat ?

2. Apakah kandungan sildenafil sitrat pada obat sesuai dengan kadar yang tertera pada kemasan produk ?

3. Apakah tablet “Pil Biru” memenuhi syarat uji disolusi?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kandungan sildenafil sitrat dalam produk-produk dijual bebas di pinggir jalan di wilayah Ciputat.


(18)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1.4 Manfaat penelitian

Untuk menghimbau dan memberikan informasi kepada masyarakat supaya lebih hati-hati dalam mengkonsumsi obat tersebut.


(19)

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sildenafil Sitrat 2.1.1 Pemerian

Kristal putih sampai hampir putih, tidak berbau (BPOM RI).

2.1.2 Struktur Kimia

Gambar 2.1. Struktur Sildenafil Sitrat (Martindale 36, 2009)

2.1.3 Nama Kimia

1-[[3-(6,7-dihydro-1-methyl-7-oxo-3-propyl-1Hpyrazolo [

4,3-d]pyrimidin-5-yl)-4-ethoxyphenyl]sulfonyl]-4-methylpiperazine (martindale 36, 2009).

2.1.4 Mekanisme Kerja

Sildenafil sitrat cepat diabsorbsi pada pemakaian oral, dengan bioavaibiliti sekitar 40 %. Puncak konsentrasi plasma dicapai pada 30 sampai 120 menit, kecepatan absorbsi berkurang ketika sildenafil sitrat diberi pada saat makan. Sildenafil sitrat merupakan penghambat selektif terhadap enzim fofodiesterase tipe 5 yang spesifik terhadap siklik GMP (PDE5). Selama proses perangsangan seksual dibebaskan neurotransmitter nitrigen oksida dalam sel endotel korvus kavernosum sebagai respon terhadap respon rangsangan seksual, neurotransmitter mengaktifkan guanilat siklase yang mengkatalis perubahan guanosin trifosfat (GPT) menjadi siklik guanosin mono fosfat (cGMP), siklik GMP menyebabkan relaksasi otot polos korpus cavernosum yang berujung pada ereksi penis.


(20)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keberadaan fosfodiastrerase tipe 5 (PDE5) akan memecah GMP menjadi senyawa tidak aktif guanosin mono fosfat (GMP) akibatnya siklik GMP akan berkurang dan ereksi akan hilang . Sildenafil sitrat bekerja dengan menghambat PDE 5 sehingga siklik GMP tidak diubah menjadi GMP yang menyebabkan siklik GMP tetap tinggal dan ereksi dapat dipertahankan (Martindale 36, 2009).

2.1.5 Efek Samping Obat

Efek samping dari sildenafil sitrat yang sering terjadi adalah sakit kepala,dispepsia dan juga potensial menyebabkan abnormalitas penglihatan yang meliputi penglihatan kabur, bayangan warna yang berbeda dari sebelumnya, sensitif terhadap cahaya, nyeri pada organ saluran kemih, urin yang keruh atau berdarah, pusing, peningkatan frekuensi berkemih (Martindal 36, 2009).

2.2 Spektrofotometri UV-VIS

Sampel yang dering dianalisis dengan UV-Vis adalah senyawa organik. Dimana senyawa organik dapat memberikan serapan adalah senyawa yang mempunyai gugus kromofor dan auksokrom. Gugus kromofor adalah gugus fungsional tidak jenuh yang dapat memberikan serapan pada daerah UV atau cahaya tampak. Hampir semua kromofor mempunyai ikatan rangkap seperti alkena (C=C), C=O, NO2, benzen dan lain-lain. Sedangkan auksokrom adalah gugus fungsional seperti OH, NH2, X yaitu gugus yang mempunyai elektron non bonding dan tidak mengabsorpsi radiasi pada panjang gelombang diatas 200 nm akan tetapi mengabsobsi sinar UV jauh. (Harmita, 2006)


(21)

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

2.3.1 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT atau sering disebut dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan pada awal tahun 1970-an.

Kegunaan umum KCKT adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis. KCKT merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif (Gandjar & Rohman, 2007 : Harmita, 2006).

2.3.2 Alat

Alat yang digunakan dalam KCKT terdiri dari beberapa bagian, diantaranya adalah pompa, injektor, kolom, detektor, integrator.

2.3.2.1Pompa

Pompa berfungsi untuk mengalirkan eluen ke dalam kolom. Pompa, segel–segel pompa dan semua penghubung dalam sistem kromatografi harus terbuat dari bahan yang secara kimiawi tahan terhadap fase gerak. Bahan yang umumnya digunakan adalah gelas, baja nitrat, teflon dan batu nilam. Jenis– jenis pompa antara lain: pompa tekanan tetap, pompa semprit, pompa tekanan uap (Harmita, 2006).

2.3.2.2Injektor

Injektor berfungsi untuk memasukkan cuplikan kedalam kolom. Jenis injektor yang dapat digunakan antara lain: Injektor aliran henti, septum, katup jalan kita, auto injektor (Harmita, 2006).

2.3.2.3 Kolom

Kolom berfungsi untuk memisahkan masing-masing komponen. Untuk menahan tekanan tinggi, kolom dibuat dari bahan yang kokoh seperti


(22)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

merupakan bagian penting dari KCKT, karena ikut dalam menentukan keberhasilan dalam menganalisis. Kolom dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: (Edward L. Jhonson, 1991)

a. Kolom analitik

Panjang kolom berkisar antara 10-30 cm, diameter dalam 4-10 mm, ukuran partikel umumnya 3,5 dan 10

b. Kolom preparatif

Umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar dan panjang 25 – 100 cm

2.3.2.4Detektor

Detektor berfungsi untuk mendeteksi atau mengidentifikasi komponen yang ada dalam eluat dan mengukur jumlahnya. Idealnya, suatu detektor yang baik mempunyai sifat sebagai berikut:

a. Respon universal, dapat diaplikasikan pada semua analit b. Sensitivitas tinggi

c. Noisy rendah

d. Memiliki range linier yang dinamis e. Mudah digunakan dan dapat dipercaya f. Tidak menusak analit

g. Tidak mahal (harga, biaya operasi, dan perawatan) h. Respon stabil untuk jangka waktu yang lama (Harmita, 2006).

2.3.3 Keuntungan KCKT

Keuntungan dari penggunaan KCKT antara lain: a. Waktu analisis cepat

Biasa waktu yang digukan untuk analisis kurang dari satu jam, yang dapat dilakukan dalam 15 – 30 menit. Untuk analisis yang tidak rumit dapat dicapai waktu analisis kurang dari 5 menit.

b. Daya pisah yang baik c. Peka


(23)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d.Kolom dapat digunakan kembali e. Pemilihan kolom dan eluen bervariasi

f. dapat digunakan untuk molekul besar dan kecil g. Mudah memperoleh cuplikan kembali

(Edward L. Jhonson, 1991).

2.3.4 Metode Validasi

Validasi metode adalah suatu tindakan penelitian terhadap parameter terentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaanya (Harmita, 2006).

2.3.4.1 Kecermatan (Akurasi)

Akurasi adalah kedekatan hasil penetapan yang diperoleh dengan hasil sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai hasil perolehan kembali dari analit yang ditambahkan. Untuk pengujian senyawa obat, akurasi diperoleh dengan membandingkan hasil rujukan dengan bahan rujukan standar. Syarat akurasi yang baik: 98 – 102%

X 100% (Harmita, 2006, Edward L. Jhonson, 1991)

2.3.4.2 Keseksamaan (Presisi)

Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukan derajat kesesuain antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata rata jika diprosedur diterapkan secara berulang pada sampel – sampel yang diambil dari campuran yang homogen, keseksamaan diukur sebagai simpangan baku relatif.

Keseksamaan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: Hasil analisis adalah X1, X2, X3, X4, ...Xn


(24)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Maka simpangan bakunya adalah:

Simpangan baku relatif atau koefisien variasi (KV) adalah:

x 100 % (Harmita, 2006)

2.3.4.3Linieritas

Linieritas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan transportasi matematik yang baik , proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sempel. Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan dan linieritas yang dapat diterima.

Dalam prakteknya, digunakan satu seri larutan yang berbeda konsentrasinya antara 50-150% kadar analit dalam sempel. Didalam pustaka, sering ditemukan rentang konsentrasi yang digunakan antara 0-200%, jumlah sempel yang dianalisis sekurang-kurangnya delapan buah sempel.

SXO

Sxo : standar deviasi dari fungsi

Syarat Kelinieritas Garis:

a. Koefisien Korelasi (r) r ≥ 0,λλλ0

b. Jumlah kuadrat sisa masing-masing titik temu (ri) mendekati nol (o) (ri)2

sekecil mungkin : 0 , ri : y1 – (b x i+a)

c. Koefisien fungsi regresi(VXO) VXO ≤ 2,0 % (sediaan farmasi)


(25)

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Parameter lain yang harus dihitung adalah simpangan baku residual (Sy)

SY

Di mana Y1 : a+bx

(Harmita, 2006)

2.3.4.4Batas Deteksi (Limit of Detection, LOD) dan Batas Kuantifikasi (Limit of Quantification, LOQ)

Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sempel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. LOD merupakan batas uji yang secara spesifik menyatakan apakah analit diatas atau dibawah nilai tertentu. Batas kuantifikasi adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan.

Batas deteksi dan kuantifikasi dapat dihitung melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada persamaan garis linier y = a + bx.

LOD dihitung melalui persamaan garis linier dari kurva kalibrasi, dengan rumus:

Sedangkan nilai batas ( LOQ) diperoleh dengan rumus:

Dimana (Sy/x) adalah simpangan baku residual, b adalah slope dari persamaan regresi.


(26)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.4 Uji Disolusi

Uji disolusi merupakan faktor yang penting dalam pengendalian mutu obat, pengujian ini dipersyaratkan pada produk farmasi yang berbentuk tablet. Uji disolusi ini informasi berharga untuk keseragaman kadar khasiat dalam suatu produksi obat (batch). Perkiraan bioavabilitas dari zat khasiat obat dalam suatu formula, variabel kontrol proses dan untuk melihat pengaruh perubahan formulasi. (Raini, 2010).

Untuk uji disolusi ada 2 macam alat yang pertama yaitu jenis alat uji disolusi dengan pengaduk bentuk keranjang dan yang kedua pengaduk yang berbentuk dayung.

a. Pengaduk berbentuk keranjang

Alat ini terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan yang transparan. Suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang berbentuk silinder, wadah tercelup sebagian didalam tangas air yang berukuran sesuai dan bisa mempertahankan suhu dalam

wadah 37˚C ± 0,5 selama pengujian berlangsung dan menjaga air dalam

tangas halus dan tetap. (FI IV, 1995) b. Pengaduk berbentuk dayung

Alat ini sama seperti alat yang pertama, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk.

Untuk media disolusi seperti yang tertera pada masing-masing monografi ke dalam wadah, pasang alat, dan biarkan media disolusi hingga suhu wadah 370 ± 0,5 dan angkat termometer, untuk pH sudah tertera di masing-masing monografi ,dan kriteria penerimaan uji disolusi ini yaitu :

1. Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q+5%

2. Rata-rata dari 12 (S1+S) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q

dan tidak satu unit sediaan yang lebih kecil dari Q-15%

3. Rata-rata dari 24 unit (S1+S2+S3) adalah sama dengan atau lebih dari Q


(27)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.5 Tekhnik Sampling

2.5.1 Definisi Sampel

Sampel adalah bagian (subst) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dapat mewakili populasinya (Sudigdo).

2.5.2 Teknik Pengambilan Sampel 2.5.2.1 Probalititas

Hal yang prinsip pada probability sampling adalah tiap subjek dalam populasi (terjangkau) mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel penelitian.

a. Sampel acak sederhana

Yaitu dengan menghitung terlebih dahulu jumlah subjek dalam populasi (terjangkau) yang akan dipilih sempelnya, kemudian tiap subjek diberi nomor, dan dipilih sebagian dari mereka dengan bantuan tabel angka acak b. Sampel acak sistemik

Yaitu ditentukan bahwa dari seluruh subjek yang dapat dipilih,stiap subyek nomor kesekian dipilih sebagai sampel

c. Sampel acak strata

Populasi dibagi strata-strata (sub populasi), kemudian pengambilan sampel dilakukan dalam setiap strata baik secara sampel acak sederhana secara sampel acak, variabel yang sering digunakan (umur, ras, jenis kelamin)

d. Sample clauster

Yaitu sistem penarikan sample secara acak pada kelompok individu dalam populasi yang terjadi secara alamiah, misal berdasarkan wilayah (kota, kecamatan, kelurahan)

2.5.2.2 Non Probabiliti

Merupakan pemilihan sampel yang lebih praktis dan lebih mudah dilakukan dari pada probability sampling, dan dalam penelitian ini lebih sering digunakan.


(28)

13 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta METODE PENELITIAN

1.1 Alur Penelitian

Standar Sildenafil Sitrat BPOM

Pembuatan Kurva Kalibrasi Pengukuran λ

Sildenafil Sitrat UV-Visible

HPLC

Validasi Metode Pembuatan larutan induk

Sildenafil Sitrat

Pembuatan Kurva Kalibrasi

Akurasi

Presisi Lineritas

Sampling probability secara

acak Obat Sildenafil Sitrat yang beredar di kios-kios daerah

Sampel

HPLC Uji Disolusi

UV-Visible


(29)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Obat, Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia, Laboratorium PSO, Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan April sampai September tahun 2013.

3.3Alat – alat

Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit alat KCKT (Dionex), satu unit alat disolusi (Erweka), jarum suntik, membran filter, syringe filter, Spektrofotometer Ultraviolet-Visible, neraca analitik, dan alat gelas lainnya.

3.4 Bahan – bahan

Sildenafil sitrat (BPOM), metanol (JT Bekker), aquabides (Ikapharmindo Putramas ), sampel (pil biru) yang dijual di daerah Ciputat.

3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara probability sampling dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan penggabungannya diseleksi sebagai sampel yang mempunyai peluang yang sama.

3.5.2 Pembuatan Larutan Induk Sildenafil

Ditimbang seksama sejumlah 20,0 mg bahan baku standar Sildenafil sitrat, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Dilarutkan dengan aquabides hingga garis tanda. Sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 200 µg/mL dan digunakan sebagai larutan baku.


(30)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3.5.3 Penentuan Panjang Gelombang

Dibuat spektrum serapan ultraviolet larutan sildenafil sitrat dengan konsentrasi 20µg/mL dalam aquabides pada panjang gelombang 200 – 400 nm menggunakan spektofotometer UV-Visible, ditentukan panjang gelombang maksimumnya.

3.5.4 Penetapan Fase Gerak

Larutan standar sildenafil sitrat pada konsentrasi 20 µg/mL diinjeksikan sebanyak 20 µL pada komposisi fase gerak metanol – buffer Phosfat pH 3 dengan perbandingan 50:50 serta perbandingan metanol:air 30:70, 95:5 dan kecepatan alir 0,7-1,0 mL/menit dan dideteksi pada panjang gelombang terpilih, kemudian dicatat waktu retensi, luas puncak, dan bentuk kromatogramnya.

3.5.5 Validasi Metode

3.5.5.1Pembuatan Kurva Kalibrasi Sildenafil dan Uji Linieritas

Dibuat larutan standar sildenafil siltrat dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50 µg/mL, kemudian masing-masing konsentrasi disuntikan sebanyak 20 µl ke sistem KCKT pada kondisi tepilih. Lalu dicatat luas puncaknya yang ditunjukkan pada kromatogram dan dibuat kurva kalibrasi serta dihitung persamaan garis regresinya (y = a + bx). Dihitung koefisien korelasi (r) dari kurva tersebut.

3.5.5.2Limit Deteksi (LOD) dan Limit Kuantitasi (LOQ)

Larutan standar sildenafil dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50 µg/mL preparasi sesuai prosedur. Kemudian disuntikan sebanyak 20 µl ke sistem KCKT pada kondisi tepilih. Setelah itu dianalisi regresi perbandingan luas puncak terhadap konsentrasi Sildenafil dari masing – masing konsentrasi dan dibuat kurva kalibrasinya.


(31)

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3.5.5.3Akurasi

Dibuat lautan sildenafil dengan konsentrasi 30 µg/mL, 40 µg/mL, dan 50 µg/mL. Kemudian di suntikan ke KCKT dengan volum penyuntikan 20

l, diulang sebanyak tiga kali. Kemudian dihitung persentase simpangan baku relatif atau % RSD (Relatif Standar Deviation) dari masing masing konsentrasi denga nilai 98-102%

3.5.5.4Uji Presisi

Dibuat lautan sildenafil sitrat dengan konsentrasi 30 µg/mL, 40 µg/mL, dan 50 µg/mL. Kemudian di suntikan ke KCKT dengan volume penyuntikan 20 l dengan kondisi fase gerak dan kecepatan alir terpilih, diulang sebanyak tiga kali. Kemudian dihitung persentase akurasinya (% diff) dari masing – masing konsentrasi tersebut. Nilai rata – rata % diff disyaratkan ± 2%.

3.5.6 Penetapan Kadar Sampel

Penetapan kadar “Pil Biru” 100 mg adalah dengan cara membuat

konsentrasi sampel larut sebesar 20 µg/mL. Pertama ditimbang 1 tablet untuk masing-masing jenis toko, kemudian digerus hingga menjadi serbuk dan ditimbang ½ dari tablet setara dengan lebih kurang 50,0 mg standar sildenafil, dimasukkan ke dalam labu terukur 50 ml dilarutkan dengan air lalu dikocok hingga serbuk terlarut, dan diambil 1 ml kemudian diencerkan dalam labu terukur 50 ml dengan campuran metanol : air dengan perbandingan 95:5 hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan

konsentrasi 20 µg/mL. Diinjeksikan sebanyak 50 l ke sistem KCKT

dideteksi pada panjang gelombang 292 nm, laju alir 0,8 ml/menit kemudian dihitung kadarnya. Dilakukan sebanyak 2 kali.


(32)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3.5.7 Uji Disolusi

Pembuatan Kurva Kalibrasi Standar Sildenafil Sitrat (BPOM)

Membuat larutan induk standar Sildenafil sitrat (BPOM) dengan menimbang 20,0 mg standar Sildenafil sitrat (BPOM) dilarutkan dengan pelarut HCl 0,001 N dalam labu ukur 1000 ml, konsentrasi larutan induk 200 µg/ml.

Dibuat larutan dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50 µg/ml dari larutan induk 200 µg/ml. Untuk konsentrasi 10 µg/ml diambil 0,5 ml dari larutan induk kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml, Untuk konsentrasi 20 µg/ml diambil 1 ml dari larutan induk kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml, Untuk konsentrasi 30 µg/ml diambil 3 ml dari larutan induk kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 20 ml, Untuk konsentrasi 40 µg/ml diambil 5 ml dari larutan induk kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 25 ml, Untuk konsentrasi 50 µg/ml diambil 5 ml dari larutan induk kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 20 ml, masing masing dicukupkan dengan eluen HCl 0,01 N hingga garis tanda kemudian masing masing konsentrasi diamati absorbansnya di spektrofotometri UV-VIS, diukur pada panjang gelombang 292 nm.

Uji Disolusi Sempel “Pil Biru” yang di jual dipinggir Jalan

6 tablet sampel (“Pil Biru” 100 mg) dimasukkan kedalam alat disolusi dengan alat disolusi tipe 1 (basket) yang berisi medium HCl 0,01 N

sebanyak λ00 ml pada suhu 37˚ C. Dengan kecepatan pengadukan 100 rpm selama 30 menit. Pengambilan sampel sebanyak 3 ml dilakukan pada menit ke 5,10,15,30. Setiap pengambilan sampel diganti dengan media disolusi dengan volum yang sama. Kadar sildenafil terdisolusi pada masing masing waktu ditentukan secara spektrofotometri. (FDA, 2006)


(33)

18 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL

4.1.1 Penentuan Metode Analisa Sildenafil Sitrat 4.1.1.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet-visible, diperoleh serapan maksimum sildenafil sitrat pada panjang gelombang 292 nm. Spektrum serapan Sildenafil Sitrat:

Gambar 6.1 spektrum panjang gelombang maksimum Sildenafil dalam air pada konsentrasi 20 µg/mL.

4.1.1.2 Penetapan Komposisi Fase Gerak

Penetapan kandungan Sidenafil Sitrat dalam ‘pil biru’ dilakukan pada

kondisi optimum dengan kromatografi cair kinerja tinggi menggunakan kolom Acclaim® (C18) dengan kecepatan alir 0,1 mL/menit, panjang gelombang 292 nm, dan volum penyuntikan 50 l komposisi fase gerak semula terdiri dari buffer phosfat pH 3 – acetonitril (50:50).Pada komposisi fase gerak ini tidak ditemukan puncak pada kromatogram.


(34)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kemudian dilakukan modifikasi dengan mengganti fase gerak metanol- air (30:70) pada komposisi fase gerak ini juga tidak terlihat puncak pada kromatogram. Dan komposisi ketiga fase geraknya metanol:air (95:5) dengan kecepatan alir 0,8 mL/menit, dan volum penyuntikan 50 l. Dengan fase gerak ini, didapatkan waktu retensi sekitar 3,24 menit. Data gambar spektrum selengkapnya terlihat pada lampiran 6. Gambar 6.7.

4.1.2 Validasi Metode Analisa

4.1.2.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi dan Uji Liniearitas

Uji ini dilakukan pada seri larutan standar sildenafil sitrat dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50 µg/mL, dari uji ini akan didapat persamaan regresi linier dan koefisien korelasi (r). Hasil uji diperoleh persamaan garis y = 1,1773x – 0,9307, dan koefisien korelasi (r) 0,9999, kurva kalibrasi dari persamaan garis tersebut terdapat dalam gambar 4.1. Data hasil percobaan selengkapnya tercantum pada lampiran 7 dalam tabel

6.1

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Sildenafil

0 10 20 30 40 50 60 70

10 ppm 20 ppm 30 ppm 40 ppm 50 ppm

Lu

as

Pu

n

cak

Kosentrasi (µg/ mL)


(35)

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.1.2.2 Uji Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Uji batas deteksi dan batas kuantitasi dilakukan untuk mengetahui batas deteksi dan batas kuantitasi terendah dari sampel yang masih dapat menghasilkan data dengan akurasi dan presisi yang baik. Batas yang deteksi yang diperoleh dari hasil pengujian sebesar 0,237 µg/mL dan batas kuantitasi 0,789 µg/mL. Data mengenai uji batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dilihat pada tabel 4.1. dan data percobaan selengkapnya tercantum pada lampiran 8 dalam tabel 6.2

Tabel 4.1. Hasil Uji Batas Deteksi , Batas Kuantitasi dan Koefisien Fungsi

Parameter Nilai

Simpangan Baku Residu (S y/x) 0,093

Limit Deteksi (LOD) 0,237 µg/mL

Limit Kuantitasi (LOQ) 0,789 µg/mL

4.1.2.3 Uji Akurasi

Uji akurasi dilakukan pada 3 konsentrasi sampel, yaitu pada 20 µg/mL, 30 µg/mL, dan 40 µg/mL dilakukan sebanyak 3 kali untuk masing – masing konsentrasi2. Hasil uji rata – rata dapat dilihat pada tabel 4.2. dan data hasil percobaan selengkapnya tercantum pada lampiran 9 dalam tabel 6.3.

Tabel 4.2. Hasil Uji Rata – rata Akurasi

C (µg/mL)

Rata – rata Luas Puncak

(µAU)

Rata – rata Perolehan Kembali (%)

20 20,723 91,986

30 34,293 100,203


(36)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.1.2.4 Uji Presisi

Uji presisi dilakukan pada 3 konsentrasi sampel, yaitu pada 20 µg/mL, 30 µg/mL, dan 40 µg/mL dilakukan sebanyak 3 kali untuk masing – masing konsentrasi.. Hasil uji rata – rata presisi dapat dilihat pada tabel 4.3. serta data hasil percobaan selengkapnya tercantum pada lampiran 10 dalam tabel 6.4.

Tabel 4.3. Hasil Uji Rata – rata Presisi

C (µg/mL)

Rata – rata Luas

Puncak (µAU) SD RSD (%)

20 20,723 0,207 1,035

30 34,293 0,507 1,69

40 46,944 0,482 1,020

4.1.2.5 Penetapan Kadar

Penetapan kadar dilakukan sebanyak 2 kali preparasi sempel dan 2 kali penyuntikan.

Tabel 4.4. Kadar Sildenafil

4.2 Uji Disolusi Sampel

4.2.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Standar Sildenafil Sitrat (BPOM)

Uji ini dilakukan pada seri larutan standar Sildenafil Sitrat dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50 µg/mL, dari uji ini akan didapat persamaan regresi linier dan koefisien korelasi (r). Hasil uji diperoleh

Sampel Rata – rata Luas Puncak (µAU)

Rata –rata Kadar Sampel µg/mL

Toko A (1) 21,015 18,641

Toko A (2) 21,754 19,269

Toko B (1) 18,033 16,083


(37)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

persamaan garis y = 0,0219 x - 0,0005, dan koefisien korelasi (r) 0,999. Kurva kalibrasi dari persamaan garis

4.2.2. Uji Disolusi Sampel ‘Pil Biru’

Uji disolusi dilakukan setelah pembuatan kurva kalibrasi, uji ini

dilakukan dengan menggunakan 6 tablet “ Pil Biru” yang dijual di kios -kios. Tablet dimasukkan kedalam alat disolusi yang berisi medium HCl 0,01 N sebanyak 900 ml pada suhu 37 ± 0,5 °C dengan kecepatan pengadukan 100 rpm selama 30 menit, diambil sampel 3 ml dilakukan pada menit ke 5, 10, 15, 30, setiap pengambilan sampel diganti dengan media, kemudian di ukur absorbannya di spektrofotometer. Data hasil terlihat pada tabel.

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

0 10 20 30 40 50 60

A

b

sor

b

an

si

konsentrasi (µg/mL)

Kurva Kalibrasi Sildenafil Sitrat


(38)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.5 Persentasi Sildenafil Larut Pertablet (100 mg)

Menit (t) C (% Q) C (% Q) C (% Q) C (% Q) C (% Q) C (% Q)

5 74,545 72,727 75,227 17,273 17,5 12,955

10 75 77,273 77,045 82,645 81,136 77,955

15 78,182 78,182 81,364 89,09 92,273 94,318

30 80 78,864 81,818 99,54 98,182 95,409

Q ( Rata- rata) =89,074

4.2 PEMBAHASAN

Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan panjang gelombang maksimum dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet-visible dan didapatkan hasilnya bahwa sildenafil sitrat mempunyai serapan maksimum pada 292 nm. Pemilihan panjang gelombang ini dilakukan untuk meningkatkan selektivitas dan sensitifitas analisis dari sampel yang digunakan.

Langkah selanjutnya adalah penentuan komposisi fase gerak dan laju alir. Pada pemilihan fase gerak, digunakan menggunakan kolom Acclaim C18 dengan kecepatan alir 0,1 mL/menit, panjang gelombang 292 nm, dan volum penyuntikan 20 l komposisi fase gerak semula terdiri dari buffer phosfat pH 3 – acetonitril (50:50) bedasarkan pada penelitian (N. Kannappan at all., 2010).

Pada komposisi fase gerak ini tidak ditemukan puncak kromatogram. Kemudian dilakukan modifikasi dengan mengganti fase gerak dengan metanol dan air dengan komposisi metanol - air (30:70) berdasarkan pada komposisi fase gerak ini juga tidak terlihat puncak pada kromatogram (BPOM RI). Dan komposisi ketiga fase geraknya metanol:air (95:5) dengan kecepatan alir 0,8 mL/menit, dan volum penyuntikan 50 l. Dengan fase gerak ini, didapatkan waktu retensi sekitar 3,24 menit.

Validasi metode penetapan kadar sildenafil sitrat dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa metode tersebut akurat dan dapat digunakan sebagai metode penetapan kadar. Validasi metode yang


(39)

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

digunakan adalah validasi sebagian dengan mempertimbangkan bahwa metode yang di lakukan pada penelitian ini merupakan modifikasi dari metode yang telah dilakukan sebelumnya. Parameter validasi yang dilakukan meliputi diantaranya linieritas, limit deteksi dan limit kuantitasi, akurasi, presisi dan perolehan kembali.

Linieritas merupakan kemampuan metode analisi yang memberikan respon yang secara langsung proposional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Dari percobaan dibuat larutan standar Sildenafil dengan rentang konsentrasi 10, 20, 30, 40,50 µg/mL, dan didapat hasil persamaan garis linier y = - 0,9307 + 1,1773x, dan koefisisen krelasi (r) 0,9999.

Kemudian dilakukan penetapan batas deteksi dan batas kuantitasi dari standar. Batas deteksi merupakan jumlah kecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria akurat dan seksama. Hasil dari uji batas deteksi ini adalah 0,237 µg/mL dan batas kuantitasi sebesar 0,789 µg/mL.

Uji akurasi dilakukan untuk mengetahui kedekatan hasil penetapan yang di peroleh dengan hasil sebenarnya. Uji akurasi dilakukan dengan mengukur tiga konsentrasi yaitu 20 µg/mL, 30 µg/mL, dan 40 µg/mL, dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan untuk masing – masing konsentrasi. Dengan nilai % perolehan kembali masimg masing konsentrasi sebesar 91,986 pada konsentrasi 20 µg/mL, 100,203 pada konsentrasi 30 µg/mL, dan 100,853 pada konsentrasi 40 µg/mL.

Presisi adalah ukuran yang menunjukan derajat kesesuain antara hasil uji individual. Presisi diperiksa dengan menghitung RSD (Relative Standard Deviation) pada tiga konsentrasi yaitu 20 µg/mL, 30 µg/mL, dan 40 µg/mL, dilakukaun sebanyak 3 kali pengulangan untuk masing – masing konsentrasi rendah 20 µg/mL sebesar 1,035 pada konsentrasi 30 µg/mL diperoleh % RSD (Relative Standard Deviation) sebesar 1,690 dan pada konsentrasi 40µg/mL konsentrasi yang didapat adalah 1,020. Pengukuran yang dilakukan didapatkan hasil % RSD (Relative Standard Deviation) ± 2 hasil tersebut telah memenuhi syarat untuk uji presisi.


(40)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada sampel obat dilihat dari panjang gelombang menggunakan spektrofotometer Ultraviolet Visibel, diketahui panjang gelombang ( maks)

“pil biru” yang berasal dari toko A maupun toko B sama dengan standard yaitu 292 nm. Kemudian berdasarkan penelitian analisis sildenafil sitrat menggunakan KCKT, diperoleh luas area, bentuk peak dan waktu retensi sampel sama dengan standard sildenafil dari BPOM. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa “Pil Biru” yang diambil sebagai sampel benar- benar menggandung Sildenafil sitrat. Dari hasil analisis kuantitatif menggunakan HPLC diperoleh kadar sildenafil “Pil Biru” dari toko A1 93,204 mg toko A2 adalah 96,342 mg dan kadar Sildenafil “Pil Biru” dari toko B1 adalah 80,567 mg dan pada toko B2 adalah 82,080 mg.

Untuk uji disolusi ini dilakukan dengan menggukan metode tipe 1, namun sebelumnya uji ini dilakukan, terlebih dahulu dibuat kurva kalibrasi sehingga diperoleh nilai regresi linier y = 0,0005 + 0,0219x. Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan temperatur dan kecepatan putar pengadukan yang selalu dipertahankan pada kondisi konstan, yaitu 37 ± 0,5 °C, medium yang digunakan adalah HCl 0,01 N sebanyak 900 ml. Sampel diambil sebanyak 3 ml pada menit ke 5, 10, 15, 30, pada pengambilan sampel cairan medium diganti dengan medium yang baru pada suhu dan volume yang sama.

Untuk waktu yang digunkan hanya sampai menit ke 30 karena diperkirakan pada menit tersebut zat aktif sudah melarut semua. Sampel

sildenafil sitrat yang terkandung dalam “Pil Biru” sebenarnya tidak terdaftar

dalam Farmakope Indonesia. Tetapi secara umum Farmakope Indonesia menggunakan Q tidak kurang dari 80% (FI IV, 1995) untuk tablet yang mengandung zart aktif 100 mg. Q adalah jumlah obat yang terlarut pada waktu tertentu yang dinyatakan sebagai persentase dari kandungan yang tertera pada etiket. Sampel “Pil Biru” memiliki nilai Q (rata-rata) dari hasil uji disolusi yaitu 89,074 %, maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa sampel “Pil Biru” telah memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia


(41)

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Dari penentuan panjang gelombang maksimum menggunakan spektrofotometer ultraviolet-visibel diketahui bahwa panjang gelombang maksimunya adalah 292 nm.

2. Dari hasil analisis kuantitatif mengunakan KCKT diketahui bahwa

zat aktif yang terkandung dalam “Pil Biru” adalah sildenafil sitrat

dengan kadar zat aktif sebesar 93,204 mg dari toko A1, toko A2

adalah λ6,342 mg dan kadar Sildenafil “Pil Biru” dari toko B1

adalah 80,567 mg dan pada toko B2 adalah 82,080 mg.

3. Dsri hasil uji disolusi yang dilakukan di dapatkan rata-rata nilai Q sebesar uji disolusi yaitu 89,074 %, maka dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa sampel “Pil Biru” telah memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia (FI IV, 1995) dengan Q tidak kurang dari 80%.

5.2SARAN

Perlu dilakukan analisis kandungan dan kadar zat aktif dari obat lain yang dijual secara bebas di pinggir jalan untuk mengetahui kebenaran kandungannya.


(42)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI. 2005. Produk ilegal yang dicampur Bahan Kimia Obat Keras Sildenafil Sitrat. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Indonesia.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta

Gandjar, I. G. dan Abdul Rohman, 2009. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Harmita, 2006. Buku Ajar Analisis Fisikokimia. Departemen Farmasi FMIPA. Depok: Universitas Indonesia Press.

Ham, Drs Mulyono. 2005. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: Sagung Seto

Jhonson, E. L. Dan R.Stevenson. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Terj. Kosasih Padmawinata. Bandung: Perbitan IPB press.

Martindal. The Extra Pharmakopia evaluated information on the world drugs and medicines. 31 ed. The Royal Pharmaceutical society.

Martin, a., S., James, and C., Arhur. 1993. Farmasi Fisik ed 3 Jilid Kedua, Terjemahan dari physical Pharmacy, Physical Chemical Principles in the Pharmaceutical Sciences, oleh Yoshita. Jakarta: UI Press

Mayangsari, D. 2007. Pengembangan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi untuk Deteksi Sildenafil Sitrat dalam Obat Tradisional. ITB. Bandung

N. Kannappan, Depthi Yada. 2010.Method Development and Validation of Stability Indicting Methods for Assay of Tadalafil and Sildenafil Citrate by HPLC. India: Departement of pharmacy Vol. 2(1), pp. 001-006

Parinduri ,Fatimah. 2009.Penetapan kadar katopril dalam sediaan tablet dengan nama dagang dan generik secara kromatografi cair kinerja tinggi. Skripsi: Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara Medan.


(43)

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Parinduri, Fatimah. 2009. Penetapan Kadar kaptropil dalam Sedian Tablet dengan Nama Dagang dan Generik Secara Kromatografi Cair kinerja Tinggi.

Skripsi: Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara Medan.

Sarigih et al, 2010. Analisi Sildenafil Sitrat dalam Jamu Tradisional Kuat Lelaki Merk A dan B denagan Menggunakan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.Pharmasi,Vol. 07 no.02 Agustus 2010.

Tjay dan Raharja. 2008. Obat-obatan Penting Edisi Keenam Khasiat, Penggunaan, dan Efek Sampingnya. Jakarta: PT.ALEX MEDIA KOMPOTINDO

Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference 36th Edition. London: The Pharmaceutical Press,

Smeltzert et all. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner dan Suddart. Edisi Ke-8 Vol terjemahan H. Y. Kuncara et all. Jakarta: EGC

www.accessdata.fda.gov/scripts/cder/dissolution/dsp_SearchResults_Dissolutio ns.cfm


(44)

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 6.1 spektrum panjang gelombang maksimum Sildenafil dalam air pada konsentrasi 20 µg/mL.

Gambar.6.2. Spektrum Standar Sildenafil, Sampel toko A, Sempel toko B dalam air pada konsentrasi 20 µg/mL.


(45)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 2. Alat kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)


(46)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 3. Alat Disolusi Tablet


(47)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 4. Alat Spektrofotometri Ultraviolet Visible


(48)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran.5 Tablet Pil Biru


(49)

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 6. Kromatografi Hasil Analisa

Gambar 6.7. kromatogram standar Slidenafil pada pada konsentrasi 20 µg/mL dengan komposisi fase gerak ACN:Buffer phosfat pH 3 (50:50), pada kecepatan alir 1 mL/menit, panjang gelombang 292 nm dan volume penyuntikan 20 µL.

Gambar 6.8. kromatogram standar Slidenafil pada pada konsentrasi 20 µg/mL dengan komposisi fase gerak Metanol : Air (30:70), pada kecepatan alir 1 mL/menit, panjang gelombang 292 nm dan volume penyuntikan 20 µL.


(50)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 6.9. kromatogram standar Slidenafil pada pada konsentrasi 50 µg/mL dengan komposisi fase gerak metanol:air (95:5), pada kecepatan alir 0,8 mL/menit, panjang gelombang 292 nm dan volume penyuntikan 50 µL.


(51)

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 6.10. kromatogram Slidenafil pada table toko A pada konsentrasi 20 µg/mL dengan komposisi fase gerak metanol:air (95:5), pada kecepatan alir 0,8 mL/menit, panjang gelombang 292 nm dan volume penyuntikan 50 µL.

Gambar 6.11. kromatogram Slidenafil pada tablet toko B pada konsentrasi 20 pµg/mL dengan komposisi fase gerak metanol:air (95:5), pada kecepatan alir 0,8 mL/menit, panjang gelombang 292 nm dan volume penyuntikan 50 µL.


(52)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 7. Uji Linieritas dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Sildenafil

Tabel 6.1. Data Hasil Uji Linieritas

Gambar 6.12. Kurva Kalibrasi Sildenafil

0 10 20 30 40 50 60 70

10 ppm 20 ppm 30 ppm 40 ppm 50 ppm

Lu

as

A

re

a

Kosentrasi (ppm)

Kurva Kalibrasi Sildenafil

Konsentrasi ( ppm )

Luas Puncak (µAU)

10 10,814

20 22,592

30 34,423

40 46,281


(53)

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan:

- Persamaan garis : y = 1,17733x – 0,9307 - Koefisien korelasi : 0,9999

- Kondisi Ansalisi :

Fase Gerak :Metanol : air (95:5)

Kolom :Acclaim®(C 18)

Volum injeksi : 50 µ L

Kecepatan alir : 0,8 mL/menit

Detektor :Diode Array Detektor


(54)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 8. Uji Batas Deteksi Dan Batas Kuantitasi

Tabel 6.2. Data Hasil Batas Deteksi dan Batas Kuantitas

Konsentrasi (µg/mL)

Luas Puncak (µAU)

[Y]

Luas Puncak Berdasarkan Persamaan Regresi [Y1]

[Y - Y1] [Y - Y1]2

10 10,814 10,843 -0,029 0,000841

20 22,592 22,616 -0,024 0,000576

30 34,423 34,389 0,034 0,001156

40 46,281 46,163 0,118 0,0139

50 57,836 57,936 -0,100 0,0100

Jumlah 0,0052946

= 0,093

=0,237 µg/mL


(55)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 9. Uji Akurasi

Tabel 6.3. Data Hasil Uji Akurasi

Konsentrasi (µg/mL)

Luas Puncak

(µAU)

Uji perolehan kembali (%)

Rata-rata uji perolehan kembali (%)

20 20,544 91,2

91,986

20,952 92,93

20,674 91,775

30 34,834 101,263

100,203

33,829 98,416

34,217 100,93

40 46,785 101,323

100,853 46,563 100,853


(56)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 10. Uji Presisi

Tabel 6.4. Data Hasil Uji Presisi

Konsentrasi (µg/mL)

Luas Puncak

(µAU)

Simpangan baku (SD)

RSD (%)

20 20,544

0,207 1,035

20,952 20,674

30 34,834

0,507 1,69

33,829 34,217

40 46,785

0,482 1,020

46,563 47,486


(57)

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran11. Penetapan Kadar dalam “Pil Biru” Tabel 6.5 Data Hasil dari Penetapan Kadar dalam “Pil Biru”

Sampel Luas

Puncak (µAU)

Rata – rata Luas

Puncak (µAU)

Nilai kadar Rata-rata nilai x

% UPK

Rata- rata %

UPK

Toko A (1) 20,700 21,015 18,373 18,641 91,866 93,2035

21,330 18,908 94,541

A (2) 21,232 21,754 18,825 19,269 94,125 96,342

22,276 19.712 98,559

Toko B(1) 18,205 18,033 16,205 16,083 81,269 80,567

17,860 15,961 79,864

B(2) 18,700 18,396 16,674 16,416 83,371 82,080


(58)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 12. Kurva Kalibrasi Sildenafil

Tabel 6.6. Data Kalibrasi Disolusi

Gambar.6.13. kurva kalirasi Sildenafil Keterangn:

- Persamaan garis : y = 0,0001 + 0,022 - Koefisien korelasi : 0,999

- Kondisi Ansalisi :

Panjang Gelombang :292 nm

Pelarut : HCl 0,01 N

konsentrasi (µg/mL)

Absorbansi

10 0,216

20 0,443

30 0,651

40 0,883

50 1,088

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

0 10 20 30 40 50 60

A b sor b an si

konsentrasi (µg/mL)

Kalibrasi sildenafil


(59)

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 13. Data Hasil Disolusi

Tabel.6.7. Persentasi Sildenafil Larut Pertablet (100 mg)

Menit (t) C (% Q) C (% Q) C (% Q) C (% Q) C (% Q) C (% Q)

5 74,545 72,727 75,227 17,273 17,5 12,955

10 75 77,273 77,045 82,645 81,136 77,955

15 78,182 78,182 81,364 89,09 92,273 94,318

30 80 78,864 81,818 99,54 98,182 95,409


(60)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 14. Cara Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

: Dimana Y1 = a + bx

: standar deviasi dari fungsi

: Vxo = Koefisien variasi dari fungsi


(61)

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 15. Cara Menghitung Simpangan Baku, Koefisien Variasi,

% diff, dan Uji Perolehan Kembali

a. Simpangan Baku (SD),

Hasil analisis adalah x1, x2, x3, x4...xn, maka simpangan bakunya

adalah :

SD = Contoh perhitungan:

SD =

SD = 0,207

b. Simpangan Baku Relatif (RSD %) atau Koefisien Variasi (KV) adalah: %RSD =

Contoh Perhitungan: %RSD =

= 1,035 %

c. Persen (%) diff : x 100%

d. Uji Perolehan Kembali = Keterangan: A :Kadar sebenarnya

B : Kadar terukur


(62)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 16. Cara menghitung Kadar Sildenafil dan % UPK

a. Penentuan kadar Y = a + bx

18,092 = - 0,9307 + 1,1773x

X =

b. % UPK


(63)

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lampiran 17. Cara Menghitung Kadar Sampel dalam µg/mL dan mg,

Menghitung Nilai Q

a. Penetapan kadar:

Y = a + bx

0,351 = - 0,0005 + 0,0219x

X =

Fp = 17,329 x 5 = 86,643 µg/mL

mg

b. Menghitung nilai % Q

x 100 %


(64)

(1)

Lampiran 13. Data Hasil Disolusi

Tabel.6.7. Persentasi Sildenafil Larut Pertablet (100 mg)

Menit (t) C (% Q) C (% Q) C (% Q) C (% Q) C (% Q) C (% Q)

5 74,545 72,727 75,227 17,273 17,5 12,955

10 75 77,273 77,045 82,645 81,136 77,955

15 78,182 78,182 81,364 89,09 92,273 94,318

30 80 78,864 81,818 99,54 98,182 95,409


(2)

Lampiran 14. Cara Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

: Dimana Y1 = a + bx

: standar deviasi dari fungsi

: Vxo = Koefisien variasi dari fungsi


(3)

Lampiran 15. Cara Menghitung Simpangan Baku, Koefisien Variasi, % diff, dan Uji Perolehan Kembali

a. Simpangan Baku (SD),

Hasil analisis adalah x1, x2, x3, x4...xn, maka simpangan bakunya adalah : SD = Contoh perhitungan: SD =

SD = 0,207

b. Simpangan Baku Relatif (RSD %) atau Koefisien Variasi (KV) adalah: %RSD =

Contoh Perhitungan: %RSD =

= 1,035 %

c. Persen (%) diff : x 100%

d. Uji Perolehan Kembali = Keterangan: A :Kadar sebenarnya

B : Kadar terukur : Jumlah rata- rata


(4)

Lampiran 16. Cara menghitung Kadar Sildenafil dan % UPK

a. Penentuan kadar Y = a + bx

18,092 = - 0,9307 + 1,1773x X =

b. % UPK


(5)

Lampiran 17. Cara Menghitung Kadar Sampel dalam µg/mL dan mg, Menghitung Nilai Q

a. Penetapan kadar:

Y = a + bx

0,351 = - 0,0005 + 0,0219x X =

Fp = 17,329 x 5 = 86,643 µg/mL

mg

b. Menghitung nilai % Q

x 100 %


(6)