Sebagai masukan bagi guru-guru di SDN MI Nur Asholihat terutama

sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni: a Gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, b Kemampuan perseptual, c Keharmonisan atau ketepatan, d Gerakan keterampilan kompleks, dan e Gerakan eekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitif yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. 12 Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Sebagian orang bertanggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Orang yang bertanggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru. Disamping itu pula ada yang memendang belajar adalah sebagai pelatih belaka seperti yang tampak pada pelatihan membaca dan menulis. 13 12 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Rmaja rosda karya, 2009, h.22 13 Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan Bandung,: PT remaja Rosdakarya,2010, h.88 Menurut james Wittaker dalam buku fadilla suralaga psikologi pendidikan dalam perspektif islam mendefiniskan belajar adalah sebagai proses dimana tingkah laku ditumbuhkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Chaplin dalam buku psikologi pendidikan dalam perspektif islam mendefiniskan merumuskan dua macam belajar, yaitu: pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat dari latihan dan pengalaman; kedua: belajar adalah proses memperoleh respons-respons karena adanya latihan khusus. 14 Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang kita pelajari. Belajar itu ukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integrative dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mancapai tujuan. Menurut Cronbach, dalam buku Psiokologi karangan Abror Abd. Rachman mendefiniskan “Learning is shawn by a change in behavior as a result of experience” belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu si pelajar menggunakan panca inderanya. Menurut Gagne dalam buku Psiokologi karangan Abror Abd. Rachman mendefiniskan belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaanya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. 15 Belajar menimbulkan sesuatu perubahan dalam arti, tingkah laku, kapasitas yang relative tetap, perubahan itu pada pokoknya membedakan antara keadaan sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan belajar, perubahan itu juga dilakukan lewat kegiatan atau usaha atau praktek yang disengaja atau diperkuat. 14 Fadilla Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspekstif Islam Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. H. 62 15 Abror, Abd, Rachman. Psikologi Pendidikan Yogya: PT Tiara Wacana Yogya, 1993 h. 66-67

Dokumen yang terkait

Implementasi Tupoksi Humas Dalam Membentuk Citra Madrasah di MTsN 2 Jakarta

0 20 116

Hubungan intensitas bimbingan orang tua dengan hasil belajar siswa di MI Nur Asholihat Lengkong Wetan Serpong

0 3 99

Pengaruh perhatian orang tua terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SMP Fatahillah Pondok Pinang Jakarta Selatan

0 3 16

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MI MUHAMMADIYAH Pengaruh Bimbingan Belajar Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa MI Muhammadiyah Ngasem Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 2 15

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MI MUHAMMADIYAH Pengaruh Bimbingan Belajar Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa MI Muhammadiyah Ngasem Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 2 11

HUBUNGAN INTENSITAS BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DI SD NEGERI HUBUNGAN INTENSITAS BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DI SD NEGERI MAKAMHAJI 03 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 0 12

HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DAN METODE MENGAJAR GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP PENDA Hubungan Bimbingan Orang Tua dan Metode Mengajar Guru dengan Prestasi Belajar Siswa di SMP Penda Tawangmangu.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN ORANG TUA DAN METODE MENGAJAR GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK PADA Hubungan Bimbingan Orang Tua dan Metode Mengajar Guru dengan Prestasi Belajar Siswa di SMP Penda Tawangmangu.

0 1 20

Hubungan Intensitas Bimbingan Orang Tua dan Pemanfaatan Sumber Belajar dengan Kedisplinan Belajar Siswa di 5 SMA Negeri Kabupaten Karanganyar.

0 0 1

HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN MOTI

0 0 71