Advisory Opinion oleh Mahkamah Internasional

79 BAB IV PENERAPAN RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TERHADAP NEGARA-NEGARA BERKONFLIK

A. Advisory Opinion oleh Mahkamah Internasional

Advisory opinion Mahkamah Internasional pendapat mahkamah yang bersifat nasehat. Advisory opinion tidaklah memiliki sifat mengikat bagi yang meminta, namun biasanyadiberlakukan sebagai “compulsory ruling”, yaitu keputusan wajib yang mempunyaikuasa persuasive kuat. Terdapat dua advisory opinion Mahkamah Internasional. Pertama, Natur Yuridik Pendapat Hukum advisory opinion. Kedua, Permintaan Pendapat Mahkamah Internasional. Badan yang dapat meminta pendapat mahkamah serta Pemberian pendapat oleh mahkamah. 69 1. Wewenang Mahkamah Wewenang mahkamah diatur oleh Bab II statuta yang khusus mengenai wewenang mahkaman dengan ruang lingkup masalah-masalah mengenai sengketa. Untuk mempelajari wewenang mahkamah dapat dilihat dari wewenang rational personal yaitu siapa-siapa saja yang dapat mengajukan perkara ke mahmah dari wewenang rational material yaitu mengenai jenis sengketa-sengketa yang dapat diajukan. 70 69 http:hukuminternasional-wagiman.blogspot.com201209advisory-opinion- mahkamah-internasional.html , diakses tanggal 24 Maret 2014 70 Suraputra, D. Sidik. Hukum Internasional dan Berbagai Permasalahannya. Lembaga Kajian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004. hlm 102 Universitas Sumatera Utara 2. Pendapat-Pendapat yang Tidak Mengikat Advisory Opinion Mahkamah mempunyai fungsi konsultatif, yaitu memberikan pendapat- pendapat yang tidak mengikat atau disebut advisori opinion. Hal ini ditulis dalam Pasal 96 ayat 1 Piagam, sedangkan statuta dan aturan prosedur mahkamah yang menetapkan syarat-syarat pelaksanaan tersebut terdapat dalam Bab IV Statusta. 71 a. Natur Yuridik Pendapat Hukum Advisori Opinion b. Permintaan Pendapat Mahkamah Pasal 96 Piagam dan 65 Statusta menyatakan bahwa mahkamah dapat memberikan pendapat mengenai semua persoalan hukum. Berbeda dengan mahkamah yang dulu, mahkamah sekarang dapat diminta pendapatnya untuk semua persoalan hukum, baik yang kongkrit maupun yang abstrak. 1 Badan yang dapat meminta pendapat mahkamah Kebalikan dari prosedur wajib, prosedur konsultatif hanya terbuka bagi organisasi-organisasi internasional dan bukan bagi negara-negara.menurut Pasal 96 ayat 1 Piagam, Majelis Umum dan Dewan Keamanan PBB dapat meminta advisory opinion mengenai masalah hukum ke mahkamah. Selanjutnya menurut ayat 2 Pasal tersebut, hak untuk meminta pendapat mahkamah ini juga dapat diberikan kepada organisasi-organisasi lain PBB dan badan-badan khusus, dengan syarat bahwa semuanya harus mendapat otorisasi terlebih dahulu dari Majelis Umum. 2 Pemberian pendapat oleh Mahkamah 71 http:yanti41.blogspot.com201211mahkamah-internasional.html , diakses tanggal 31 Maret 2014 Universitas Sumatera Utara Pasal 96 Piagam dan pasal 65 Statuta kurang jelas mengenai pemberian pendapat oleh mahkamah. Secara teoritis mahkamah tidak diwajibkan untuk menjawab. Namun dalam prakteknya mahkamah tidak pernah lalai dalam melaksanakan tugasnya. Bahkan mahkamah menganggap bahwa sebagai organ hukum PBB, kewajibannya untuk memberikan pendapat-pendapat kalau diminta, untuk membantu lancarnya tugas PBB. Sebaliknya, mahkamah dapat menolak permintaan pendapat kalau dianggap terdapat ketidaknormalan dalam permintaan tersebutr. Mahkamah memeriksa apabila pertanyaan yang diajukan suatu organisasi international betul- betul berada dibawah wewenang khusus. Juga dilihat dari prakteknya mahkamah menolak memberikan pendapat terhadap soal-soal politik atau soal-soal yang berada di bawah wewenang nasional suatu negara. Mengenai kegiatan mahkamah, dari tahun 1922-1940, mahkamah tetap internasional telah mengeluarkan 31 keputusan, 27 advisory opinion dan 5 ordonasi. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan-kegiatan mahkamah tetap ini tidaklah mengecewakan. Sedangkan tentang mahkamah internasional yang sekarang dari tahun 1946-1993 telah memutuskan 44 perkara, dan telah memberikan 21 pendapat advisory opinion.

B. Penggunaan Hak Veto dalam Penerapan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa