48
BAB III MEKANISME PENJATUHAN SANKSI OLEH DEWAN
KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA
A. Mekanisme Penjatuhan Sanksi
Pengembilan keputusan dalam organisasi internasional, khususnya Dewan Keamanan PBB dapat dilakukan melalui pemunguan suara ataupun tidak.
Keputusan yang diambil tanpa pemungutan suara dapat melalui consensus atau aklamasi, baik yang dilakukan atas saran ketua sidang yang bersifat “ruling”
maupun usul anggota tanpa ada pihak yang menolak.
53
Kadang-kadang penerimaan konsensus diartikan bagi sesuatu Negara atau beberapa Negara tidak ingin menghambat jalannya keputusan, walaupun tidak
menyetujui usul yang diajukan. Dalam hal demikian Negara-negara tersebut dapat menyatakan keberatan-keberatannya untuk tidak merasa terikat oleh keputusan
yang diambil secara consensus tersebut Hal ini dapat
dimungkinkan jika memang benar-benar dapat memberikan sumbangan bagi penyelesaian yang efektif dan kekal bagi perbedaan-perbedaan yang ada. Dengan
demikian dapat memperkokoh wewenang PBB. Beberapa aturan tata cara rules of procedural bahkan memungkinkan Ketua Sidang untuk mengupayakan
consensus bagi usul-usul.
54
Sistem dasar di dalam PBB mengenai persuaraan pemungutan suara tercermin dalam Pasal-Pasal 18, 19, 20 dan 27 Piagam PBB dua system
53
Sunaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional, Bandung: Alumni,1997 hlm 151-152
54
Ibid
Universitas Sumatera Utara
diantaranya telah digunakan secara umum. Di satu pihak didasarkan atas prinsip “one nation”dan dilain pihak didasarkan atas nilai-nilai ekonomi, geografis dan
lain-lain yang disebut “weighted”. Sistem ini memberikan kepada Negara-negaa besar yaitu lima anggota anggota tetap DK PBB suatu hak veto secara ekslusif di
DK. Pengambilan keputusan melalui pemungutan suara di DK PBB terhadap
semua masalah kecuali yang bersifat procedural memerlukan dukungan suara bulat dari kelima anggota tetap DK PBB sebagai syarat utama sebagaimana
tersirat dalam Pasal 27 ayat 3 Piagam PBB. Sedangkan badan-badan PBB lainnya mengambil keputusan, baik melalui mayoritas sederhana maupun
mayoritas mutlak. Putusan melalui mayoritas mutlak atau mayoritas dua pertiga adalah
menyangkut masalah penting seperti :
55
1. Rekomendasi mengenai pemeliharaan perdamaian dan keamanan
internasional 2.
Pemilihan keanggotaan tidak tetap DK PBB, anggota ECOSOC dan anggot Dewan Perwalian Menurut Pasal 86 ayat ie
3. Masuknya Negara baru anggota PBB
4. Penanggulangan hak-hak dan keistimewaan keanggotaan
5. Pegeluaran anggota dengan paksa
55
Pasal 118 ayat 2 Piagam PBB dan Rule 83 dari Rule of Procedural Majelis Umum
Universitas Sumatera Utara
6. Masalah-masalah yang berkaitan dengan beroperasinya system perwalian
dan 7.
Masalah-masalah anggaran Sedangkan masalah-masalah lain diluar ketentuan di atas akan diputuskan
dengan suara mayoritas dari Negara-negara anggota yang memberikan suara, baik secara alternatif mendukung maupun secara negatif menolak. Namun negara
yang menyatakan abstain tidak dihitung dalam pemungutan suara.
56
Ini diartikan sebagai mayoritas sederhana yaitu mayoritas sekecil mungkin yang lebih dari
setengah suara yang dihitung.
57
Ada pula yang disebut mayoritas bersyarat qualified majority dimana keputusan ditetapkan atas dasar persentase suara yang biasanya lebih besar dari
mayoritas sederhana. Mayoritas bersyarat yang paling umum adalah dua pertiga tetapi mayoritas bersyarat lainnya, seperti tiga perempat atau tiga perlima juga
digunakan.
58
56
Pasal 118 ayat 3 Piagam PBB dan Rule 83 dari Rule of Procedural Majelis Umum
57
Henry G. Schermers, International Institution Law, Sifhoft Noordhohf, Maryiand USA hlm 406
58
Ibid.
Sementara itu, terhadap masalah-masalah non procedural, pengambilan keputusan yang dianut di DK PBB adalah berdasarkan Pasal 27
Piagam PBB. Dalam Pasal tersebut diatur bahwa dari 15 anggota DK PBB diperlukan 9 suara alternatif dukungan, termasuk suara dari 5 anggota tetap DK
PBB, inilah yang sering disebut sebagai hak veto anggota tetap DK PBB, sebab jika satu saja anggota tetap tidak menyetujui, maka pengambilan keputusan tidak
dapat dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pengambilan keputusan diluar masalah-masalah procedural non presedural di DK PBB dijumpai beberapa permasalahan, antara lain:
59
1. Jika lima Negara anggota tetap seluruhnya memberikan suara alternatif
sedangkan tidak mencapai Sembilan suara alternatif karena sebuah atau lebih Negara anggota tidak tetap memberikan suara negatif menolak,
maka satu suara menolak, maka keputusan tidak dapat diambil. 2.
Jika tercapai Sembilan suara alternatif tetapi ada sebuah Negara anggota tetap DK PBB yanh menyatakan menolak, maka satu suara menolak ini
membuat batalnya keputusan karena hakekatnya veto telah dijatuhkan. 3.
Lain halnya dengan suara abstain yang diberikan oleh sebuah atau lebih Negara anggota tetap DK PBB yang tidak diperhitungkan dalam rangka
Pasal 27 ayat 3 Piagam, sehingga dalam pengambilan keputusan haruslah dicari tambahan paling sedikit suara dari anggota tidak tetap sejumlah
suara negra anggota tetap DK PBB yang menyatakan abstain. 4.
Jika salah satu anggota DK PBB baik anggota tetap maupun tidak tetap terlihat dalam pertikaian menurut Bab IV Pasal 52 ayat 3 Piagam PBB,
maka para pihak tersebut haruslah abstain dan dengan sendirinya memerlukan pergantian suara alternatif dari suatu Negara anggota lainnya
untuk mencapai Sembilan suara alternatif. Pasal 37 mensyaratkan para pihak yang bersengketa untuk menyerahkan
sengketanya kepada Dewan Keamanan manakala penyelesaian melalui cara-cara yang terdapat dalam Pasal 33 ternyata tidak mungkin terwujud.
59
Sumaryo Suryokusumo, Op. Cit, hlm 154
Universitas Sumatera Utara
Dewan dapat pula menjatuhkan sanksi kepada suatu Negara dengan tujuan agar Negara tersebut menghentikan perbuatannya yang diduga keras melanggar
hukum internasional. Salah satu contoh adalah invasi Irak atas Kuwait pada tahun 1990. Pada tanggal 2 Agustus 1990, Irak menginvasi dan menjadikan Kuwait
sebagai propinsinya yang ke 17. Dewan Keamanan segera mengecam aksi tersebut sebagai suatu tindakan pelanggaran perdamaian dan keamanan
internasional. Dewan Keamanan mensyaratkan Irak untuk menarik diri sesegera
mungkin dan tanpa syarat dari wilayah Kuwait. Irak tidak mau menaati persyaratan tersebut. Dewan Keamanan kemudian mengeluarkan lebih dari 30
resolusi. Salah satunya adalah Dewan Keamanan menjatuhkan sanksi berupa embargo perdagangan dan senjata atas Irak. Untuk itu Dewan membentuk suatu
komisi guna mengawasi pelaksanaan sanksi.
B. Jenis-jenis Sanksi yang bisa dijatuhkan