Dewan dapat pula menjatuhkan sanksi kepada suatu Negara dengan tujuan agar Negara tersebut menghentikan perbuatannya yang diduga keras melanggar
hukum internasional. Salah satu contoh adalah invasi Irak atas Kuwait pada tahun 1990. Pada tanggal 2 Agustus 1990, Irak menginvasi dan menjadikan Kuwait
sebagai propinsinya yang ke 17. Dewan Keamanan segera mengecam aksi tersebut sebagai suatu tindakan pelanggaran perdamaian dan keamanan
internasional. Dewan Keamanan mensyaratkan Irak untuk menarik diri sesegera
mungkin dan tanpa syarat dari wilayah Kuwait. Irak tidak mau menaati persyaratan tersebut. Dewan Keamanan kemudian mengeluarkan lebih dari 30
resolusi. Salah satunya adalah Dewan Keamanan menjatuhkan sanksi berupa embargo perdagangan dan senjata atas Irak. Untuk itu Dewan membentuk suatu
komisi guna mengawasi pelaksanaan sanksi.
B. Jenis-jenis Sanksi yang bisa dijatuhkan
Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB memiliki 6 badan-badan utama. Salah satunya adalah Dewan Keamanan. Dewan Keamanan memiliki wewenang yang
diberikan oleh anggota-anggota PBB untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional. Dan selaku penerima mandat, Dewan Keamanan PBB harus
mengambil tindakan-tindakan yang dianggap perlu dalam mewujudkan perdamaian dan keamanan internasional seperti yang tertuang dalam Pasal 24 ayat
1 Piagam. Hal ini menunjukkan walaupun Dewan Keamanan hanya beranggotakan 15 negara, tetapi setiap tindakan yang dilakukannya adalah atas
nama seluruh anggota PBB.
Universitas Sumatera Utara
Demi terciptanya perdamaian dan keamanan internasional, Dewan Keamanan PBB menempuh dua pendekatan, yakni penyelesaian sengketa
internasional secara damai dan penyelesaian sengketa secara paksa. Caracara penyelesaian sengketa secara damai meliputi: perundingan negotiation, arbitrase
arbitration, penyelesaian yudisial judicial settlement, penyelidikan inquiry, dan penyelesaian di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa Pasal 33
Piagam. Sementara, penyelesaian sengketa secara paksa meliputi: perang, retorsi retorsion, tindakan-tindakan pembalasan reprisals, blockade secara damai
pacific blockade, dan intervensi intervention
60
Cara-cara penyelesaian sengketa secara damai yang bersifat tradisional seperti disusun dalam Pasal 33 Piagam, merupakan upaya dasar bagi proses
penyelesaian. eberapa ragam dan penyempurnaan cara-cara tradisional telah dikembangkan oleh PBB, antara lain
61
a. Perundingan, merupakan cara yang paling umum untuk menyelesaikan
sengketa. Cara ini melibatkan pada pembicaraan secara langsung di antara pihak-pihak yang bersengketa dengan tujuan untuk mencapai suatu
persetujuan. :.
b. Jasa-jasa baik, merupakan satu-satunya upaya penyelesaian sengketa yang
tidak termuat dalam Pasal 33 Piagam, tetapi sering digunakan oleh badan- badan PBB. Jasa-jasa baik melibatkan bantuan dari pihak ketiga atau
negara yang bukan menjadi pihak yang bersengketa. Pihak ketiga dalam memberikan jasa baiknya hanya dapat menawarkan suatu saluran
60
Starke. Introduction to International Law, Eigth Edition. London: Butterwarth Co, 1977 hlm 690
61
Merrils.J,G. Penyelesaian Sengketa internasional. Bandung: Tarsito,1986 hlm 272
Universitas Sumatera Utara
komunikasi atau kemudahan bagi pihak-pihak yang bersangkutan tetapi tidak menawarkan saran apapun bagi bagi syarat-syarat penyelesaian.
c. Mediasi adalah suatu cara penyelesaian melalui pihak ketiga yang bisa
berupa negara, organisasi internasional atau individu. Pihak ketiga ikut pula dalam negosiasi yang dilangsungkan para pihak yang bersengketa.
d. Konsiliasi yaitu cara penyelesaian sengketa secara damai oleh suatu organ
yang telah dibentuk sebelumnya atau kemudian atas kesepakatan pihak yang bersengketa.
e. Penyelidikan adalah suatu proses pembentukan misi perdamaian yang
terdiri dari kelompok penyelidik yang netra f.
Arbitrase adalah penyerahan sukarela kepada pihak ketiga yang netral serta putusan yang dikeluarkan sifatnya final dan mengikat.
g. Penyelesaian sengketa di bawah pengawasan PBB ditentukan oleh tujuan
dasar dari PBB dan kewajiban-kewajiban anggota-anggotanya. Salah satu tujuan dasar pembentukan PBB adalah penyelesaian sengketasecara damai
atas sengketa antar negara. Adapun salah satu kewajiban anggota PBB adalah mereka harus menahan diri untuk mengancam perang atau
menggunakan kekerasan. Peranan PBB dalam penyelesaian sengketa secara damai dapat dilakukan melalui penyelesaian secara politik dan
hukum. Penyelesaian sengketa secara politik dilakukan oleh Majelis Umum dan Dewan Keamanan sedang penyelesaian sengketa secara hukum
dilakukan oleh Mahkamah Internasional.
Universitas Sumatera Utara
h. Penyelesaian Hukum merupakan proses untuk menyampaikan perselisihan
kepada Mahkamah Internasional untuk memperoleh keputusan. Apabila negara-negara yang bersengketa tidak mencapai kesepakatan
untuk menyelesaikan sengketa secara damai, mungkin, cara pemecahannya dengan melalui cara-cara kekerasan. Masing-masing sarana kekerasan itu adalah
sebagai berikut. a.
Perang dan tindakan bersenjata non perang. Perang dan tindakan non perang bertujuan untuk menaklukan negara lawan dan untuk
membebankan syarat-syarat penyelesaian dan negara yang ditaklukan itu tidak memiliki alternatif selain mematuhinya. Tidak setiap pertikaian
bersenjata disebut sebagai perang. Suatu sengketa dianggap sebagai perang dan dapat diterapkan hukum perang ditentukan oleh hal sebagai berikut: 1
besarnya konflik, 2 tujuan para pihak yang bersengketa, 3 sikap dan reaksi pihak ketiga. Jadi, perang adalah pertikaian senjata yang memenuhi
persyaratan tertentu, yakni pihak yang bersengketa adalah negara dan disertai dengan pernyataan perang. Sedang pertikaian bersenjata bukan
perang adalah pertikaian bersenjata yang tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan bagi perang.
b. Retorsi adalah istilah teknis untuk pembalasan dendam oleh suatu Negara
terhadap tindakan-tindakan yang tidak pantas atau tidak patut dari negara lain. Balas dendam tersebut dilakukan dalam bentuk tindakantindakan sah
yang tidak bersahabat di dalam konferensi kehormatan negara yang
Universitas Sumatera Utara
kehormatannya dihina, misalnya merenggangnya hubungan diplomatik, pencabutan previlege-previlege diplomatik.
c. Tindakan-tindakan pembalasan adalah metode yang dipakai oleh negara-
negara untuk mengupayakan diperolehnya ganti rugi dari Negara lain dengan melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya pembalasan.
Perbedaan antara tindakan pembalasan dan retorsi adalah pembalasan mencakup tindakan yang pada umumnya boleh dikatakan sebagai
perbuatan illegal, sedang retorsi meliputi tindakan yang sifatnya balas dendam yang dibenarkan oleh hukum.
d. Blokade secara damai adalah suatu tindakan yang dilakukan pada waktu
damai. Kadang-kadang digolongkan sebagai suatu pembalasan, pada umumnya tindakan itu ditujukan untuk memaksa negara yang
pelabuhannya diblokade untuk menaati permintaan ganti rugi kerugian yang diderita oleh negara yang memblokade.
e. Intervensi adalah campur tangan secara diktator oleh suatu Negara
terhadap urusan dalam negeri lainnya dengan maksud baik untuk memelihara atau mengubah keadaan, situasi atau barang di negara tersebut
62
Dalam dokumen-dokumen internasional, kata intervensi terdapat dalam Pasal 2 ayat 7 dan Pasal 2 ayat 4 Piagam PBB. Pasal ini mensyaratkan bahwa
organisasi PBB dilarang untuk ikut campur tangan dalam urusan domestik suatu negara, kecuali dalam rangka memelihara perdamaian menurut Bab VII Piagam.
.
62
Lauterpacht-Oppenheim. International Law: A Treaties Vol I: Paece, edisi ke-8, Longmas, 1967 hlm 305
Universitas Sumatera Utara
Kata intervensi dalam Pasal 2 ayat 7 ini mengandung dua pandangan yang berbeda. Pandangan yang pertama berpendapat bahwa kata intervensi harus
diintepretasikan dalam arti teknis hukum internasional yang berarti suatu penggerogotan kedaulatan atau “intervensi diktator”. Pandangan yang kedua
berpendapat bahwa kata intervensi dalam Pasal tersebut hanya merupakan pengertian “kamus” saja. Yaitu intervensi biasa. Untuk mendukung pendapatnya,
pandangan ini mengemukakan bahwa hanya Dewan Keamanan saja yang mempunyai kemampuan untuk bertindak sehingga dapat menimbulkan akibat
hukum. Menurut Starke hanya ada empat macam jenis intervensi yang
diperkenankan, yaitu:
63
a. Kolektif intervensi menurut piagam PBB. Dalam kaitan ini intervensi yang
dimaksud adalah tindakan penegakan yang dilaksanakan menurut keputusan Dewan Keamanan PBB sesuai dengan Bab VII atau setiap
tindakan yang disetujui oleh Majelis Umum berdasarkan Uniting For Peace Resolution.
b. Dalam rangka melindungi hak-hak, kepentingan dan keselamatan warga
negaranya di luar negeri. c.
Dalam rangka melindungi negara protektorat. d.
Jika negara yang melakukan intervensi itu disalahkan karena melanggar hukum internasional.
63
Starke, Op.Cit., hlm 80
Universitas Sumatera Utara
Cara-cara penyelesaian sengketa di atas, baik dilakukan secara damai maupun secara paksa merupakan upaya menghindari terjadinya konflik lebih luas
yang memungkinkan terganggunya perdamaian dan keamanan internasional. Namun, jika upaya-upaya penyelesaian sengketa secara damai gagal dan pihak
yang berkonflik tidak mematuhi Piagam PBB, khususnya Bab IV yakni mengadakan tindakan-tindakan yang mengancam perdamaian, melanggar
perdamaian, dan negara tersebut tetap melancarkan agresi terhadap negara lain, maka, Dewan Keamanan dapat menjatuhkan sanksi kepada Negara tersebut
melalui sebuah resolusi. Sanksi yang dapat dikenakan kepada negara yang tidak mematuhi Piagam
PBB tersebut berupa sanksi ekonomi, pemutusan hubungan ekonomi, komunikasi udara, laut, kereta api, ptt, radio dan komunikasi lainnya, baik sebagian maupun
seluruhnya serta memutuskan hubungan diplomatik
64
Dengan sanksi ekonomi tersebut diharapkan agar negara yang melakukan agresi segera menghentikan agresinya. Namun, jika sanksi ekonomi dirasakan
tidak memadai, kurang efektif dan masih tetap tidak ditaati, maka, Dewan Keamanan dapat menerapkan sanksi militer. Tindakan-tindakan tersebut meliputi
demonstrasi, blokade, dan operasi militer melalui udara, laut dan darat yang dilakukan oleh negara-negara anggota sesuai dengan Pasal 42 Piagam PBB.
Sanksi-Sanksi tersebut pernah dijatuhkan kepada Libya, Irak, dan beberapa negara lainnya. Dengan demikian, sanksi ekonomi yang dikenakan pada sesuatu negara,
dimaksudkan agar negara tersebut tidak lagi memperoleh kebutuhan-kebutuhan
64
Suryokusumo, Sumaryo. Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional. Bandung: Alumni, 1997 hlm 21
Universitas Sumatera Utara
strategis, sehingga tidak lagi ada lagi pilihan lain kecuali mentaati keputusan Dewan Keamanan PBB
65
Apabila usaha yang didasarkan pada Pasal 41 Piagam PBB tidak berhasil maka akan diambil tindakan berdasarkan Pasal 42 piagam PBB yang
menyebutkan “Should the Security Council consider that measures provided for in Article 41 would be inadequate or have proved to be inadequate, it may take such
action by air, sea, or land forces as may be necessary to maintain or restore international peace and security. Such action may include demonstrations,
Ketika suatu negara tidak mentaati suatu resolusi yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB maka Dewan Keamanan dapat menjatuhkan sanksi baik
secara non militer maupun secara militer. Hal itu diatur dalam Pasal 41 dan 42 Piagam PBB. Pasal 41 piagam PBB menentukan “The Security Council may
decide what measures not involving the use of armed force are to be employed to give effect to its decisions, and it may call upon the Members of the United
Nations to apply such measures. These may include complete or partial interruption of economic relations and of rail, sea, air, postal, telegraphic, radio,
and other means of communication, and the severance of diplomatic relations”. Dalam Pasal itu diatur tentang tindakan kekerasan tanpa menggunakan
kekuatan militer. Tindakan tersebut meliputi tindakan pemutusan seluruhnya atau sebagian hubungan ekonomi, termasuk hubungan darat, laut, udara, pos, dan
telegrap, radio juga alat-alat komunikasi lainnya, serta pemutusan hubungan diplomatik.
65
Ibid., hlm 22
Universitas Sumatera Utara
blockade, and other operations by air, sea, or land forces of Members of the United Nations”. Dalam Pasal 42 menentukan bila usaha yang didasarkan Pasal
41 tidak mencukupi, maka Dewan Keamanan PBB dapat mengambil tindakan dengan mempergunakan angkatan darat, laut, udara yang mungkin diperlukan
untuk menjaga perdamaian dan keamanan Internasional. Hal ini bertujuan untuk menunjukan power of enforcement dari Dewan Keamanan kepada negara – negara
yang terlibat sengketa internasional untuk mentaati resolusi Dewan Keamanan PBB demi terjaganya keamanan dan perdamaian internasional.
C. Negara-negara berkonflik yang dijatuhkan sanksi oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam contoh Kasus Invasi Irak ke Kuwait
1990 dan Perang Korea 1958.
Pada dasarnya, dewan keamanan PBB mempunyai fungsi tersendiri sebagai organ di dalam struktur PBB. Ada berbagai macam fungsi yang diemban
pada dewan keamanan. Selain dari pada itu, kita juga perlu memperhatikan bagaimana pengaruh dan perkembangan dari resolusi-resolusi tersebut pada dunia
internasional. Namun hal yang perlu diperhatikan dalam tulisan ini, dalam hubungannya dengan hukum organisasi internasional ialah mengenai analisis
masalah hukum berkenaan dengan adanya resolusi yang diterbitkan oleh DK PBB.
66
Secara garis besar, pada dekade 1990-an Irak sedang mengalami banyak masalah perang perpolitikan yang pada akhirnya juga membawa imbas dan
66
http:alexanderizki.blogspot.com201103resolution-1284-1999-adopted-by.html ,
diakses tanggal 21 Maret 2014
Universitas Sumatera Utara
pengaruhnya pada perhatian masyarakat Internasional. Hal ini bisa terbukti adanya banyak pelanggaran HAM, terutama pada rakyat Iraq tersendiri dan juga
pada orang-orang Kuwait pada selama perang teluk termasuk menolak mengembalikan propreti mereka, serta menolak pembebasan warga dan tahanan
Kuwait akibat Perang Teluk, dan masih banyak pelanggaran lainnya. Selain dari pada itu ada juga kekhawatira tentang adanya peyembunyian senjata pemusnah
masal di Irak. Masalah-masalah serius seperti ini yang di mana perlu ada perbaikan secepatnya juga ditambah pula dengan adanya permasalahan
kecenderungan Irak untuk tak mematuhi resolusi-resolusi dewan keamanan PBB yang telah dikeluarkan sebelumnya seperti resolusi No. 687 dan 661 yang
merupakan dua dari salah satu resolusi yang relevan dalam hubungannya dengan resolusi DK PBB No. 1284 yang akan lebih dibicarakan lebih dalam pada bagian
berikutnya. Jika dilihat dari kronologis perkembangan historis yang ada, Saddam Hussein telah berulang kali melanggar resolusi-resolusi dewan keamanan PBB
selama dekade 1990 hingga Oktober 1999 yang ditujukkan untuk memastikan bahwa agar Irak tidak mengancam perdamaian dan keamanan internasional.
Dalam kaitannya dengan pelanggaran yang berulang kali ini, dia telah berusaha selama beberapa dekade untuk menghindari untuk tak mematuhi sanksi-sanksi
ekonomi PBB terhadap Irak, yang juga direfleksikan dalam beberapa resolusi lainnya. Dari berbagai bentuk pelanggaran dari Irak ini, maka terlihat bahwa
‘comprehensive approach’ merupakan suatu hal yang penting untuk menimplementasikan secara penuh semua resolusi DK PBB yang relevan tentang
Irak dan kebutuhan pemenuhan Irak dengan resolusi-resolusi.
Universitas Sumatera Utara
Resolusi 1284 1999 Diadopsi oleh Dewan Keamanan pada pertemuan 4084 nya, pada 17 Desember 1999Dewan Keamanan, Mengingat resolusi
sebelumnya yang relevan, termasuk resolusi nya 661 1990 dari 6 1990, Agustus 687 1991 3 1991, April 699 1991 tanggal 17 Juni 1991, 707 1991 pada
tanggal 15 Agustus 1991, 715 1991 dari 11 Oktober 1991, 986 1995 14 1995, April 1051 1996 27 1996, Maret 1153 1998 20 Februari 1998, 1175 1998 19
1998, Juni 1242 1999 21 Mei 1999 dan 1266 1999 dari 4 Oktober 1999, Mengingat persetujuan oleh Dewan dalam resolusi 715 1991 dari rencana untuk
pemantauan masa depan dan verifikasi disampaikan oleh Sekretaris Jenderal dan Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional IAEA menurut ayat 10
dan 13 dari resolusi 687 1991, Menyambut laporan dari tiga panel di Irak S1999356, dan setelah memegang pertimbangan komprehensif dari mereka dan
rekomendasi yang terkandung di dalamnya, Menekankan pentingnya pendekatan komprehensif untuk implementasi penuh dari semua resolusi Dewan Keamanan
yang relevan mengenai Irak dan kebutuhan untuk pemenuhan Irak dengan resolusi-resolusi, Mengingat tujuan mendirikan di Timur Tengah zona bebas dari
senjata pemusnah massal dan semua rudal untuk pengiriman mereka dan tujuan dari larangan global tentang senjata kimia sebagaimana dimaksud pada ayat 14
dari resolusi 687 1991, Prihatin pada situasi kemanusiaan di Irak, dan bertekad untuk memperbaiki situasi itu, Mengingat dengan kekhawatiran
bahwa repatriasi dan mengembalikan semua warga Kuwait dan negara ketiga atau jasad mereka, hadir di Irak pada atau setelah 2 Agustus 1990, sesuai dengan ayat 2
c resolusi 686 1991 tanggal 2 Maret 1991 dan 30 ayat Resolusi 687 1991,
Universitas Sumatera Utara
belum sepenuhnya dilakukan oleh Irak, Mengingat bahwa dalam resolusi nya 686 1991 dan 687 1991 Dewan menuntut agar kembali Irak dalam waktu sesingkat
mungkin semua properti Kuwait itu disita, dan mencatat dengan penyesalan bahwa Irak masih belum sepenuhnya memenuhi permintaan ini,
Mengakui kemajuan yang dibuat oleh Irak terhadap sesuai dengan ketentuan resolusi 687 1991, tapimencatat bahwa, sebagai akibat dari kegagalan untuk
melaksanakan sepenuhnya resolusi-resolusi Dewan yang relevan, kondisi tidak ada yang akan memungkinkan Dewan untuk mengambil keputusan sesuai dengan
resolusi 687 1991 untuk mengangkat larangan dimaksud dalam resolusi itu, Mengulangi komitmen dari semua negara anggota terhadap kedaulatan, integritas
teritorial dan kemerdekaan politik dari Kuwait, Irak dan Amerika tetangga, Bertindak di bawah Bab VII dari Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,
dan dengan mempertimbangkan bahwa ketentuan operatif dari resolusi ini berhubungan dengan resolusi sebelumnya diadopsi di bawah Bab VII dari
Piagam, 1.
Memutuskan untuk menetapkan, sebagai suatu badan pendukung Dewan, UN Monitoring, Verifikasi dan Inspeksi Commission UNMOVIC yang
menggantikan Komisi Khusus yang didirikan sesuai dengan ayat 9 b dari Resolusi 687 1991
2. Memutuskan juga bahwa UNMOVIC akan melaksanakan tanggung jawab
yang diamanatkan kepada Komisi Khusus oleh Dewan sehubungan dengan verifikasi kepatuhan Irak dengan kewajibannya berdasarkan ayat 8, 9 dan 10
dari resolusi 687 1991 dan resolusi terkait lainnya, yang UNMOVIC akan
Universitas Sumatera Utara
mendirikan dan mengoperasikan, seperti yang direkomendasikan oleh panel pada perlucutan senjata dan masa depan pemantauan terus menerus dan saat
ini dan isu-isu verifikasi, sistem tulangan pemantauan dan verifikasi, yang akan menerapkan rencana yang telah disetujui oleh Dewan dalam resolusi 715
1991 dan alamat terselesaikan masalah pelucutan senjata, dan bahwa United Nations Monitoring and Inspection Commission UNMOVIC akan
mengidentifikasi, yang diperlukan sesuai dengan mandatnya, situs tambahan di Irak yang dicakup oleh sistem tulangan pemantauan dan verifikasi;
3. Menegaskan kembali ketentuan dalam resolusi yang relevan berkaitan dengan
peran IAEA dalam menangani kepatuhan Irak dengan paragraf 12 dan 13 dari resolusi 687 1991 dan resolusi terkait lainnya, dan permintaan Direktur
Jenderal IAEA untuk mempertahankan peran ini dengan bantuan dan kerjasama dari UNMOVIC;
4. Menegaskan resolusi nya 687 1991, 699 1991, 707 1991, 715 1991,
1051 1996, 1154 1998 dan semua resolusi terkait lainnya dan laporan yang Presiden, yang menetapkan kriteria untuk kepatuhan Irak, menegaskan bahwa
kewajiban Irak yang dimaksud dalam resolusi dan pernyataan berkenaan dengan kerjasama dengan Komisi Khusus, tidak terbatas akses dan penyediaan
informasi akan berlaku sehubungan dengan UNMOVIC, dan memutuskan khususnya bahwa Irak akan mengizinkan tim UNMOVIC
segera, tanpa syarat dan tidak terbatas atas setiap dan semua wilayah, fasilitas, peralatan, catatan dan sarana transportasi yang mereka ingin memeriksa sesuai
dengan mandat UNMOVIC, serta seluruh pejabat dan orang lain di bawah
Universitas Sumatera Utara
kewenangan Pemerintah Irak UNMOVIC siapa ingin wawancara sehingga UNMOVIC dapat sepenuhnya melaksanakan mandatnya;
5. Meminta Sekretaris-Jenderal, dalam waktu 30 hari dari penerapan resolusi ini,
untuk menunjuk, setelah berkonsultasi dengan dan tunduk pada persetujuan dari Dewan, Ketua Eksekutif UNMOVIC yang akan mengambil tugas-tugas
yang diamanatkan nya secepat mungkin, dan, setelah berkonsultasi dengan Ketua Eksekutif dan anggota Dewan, untuk menunjuk ahli sesuai kualifikasi
sebagai College Komisaris untuk UNMOVIC yang akan bertemu secara teratur untuk meninjau pelaksanaan ini dan resolusi lain yang relevan dan
memberikan nasihat profesional dan bimbingan kepada Ketua Eksekutif, termasuk pada keputusan kebijakan signifikan dan laporan tertulis untuk
disampaikan kepada Dewan melalui Sekretaris-Jenderal; 6.
Permintaan Ketua Eksekutif UNMOVIC, dalam waktu 45 hari pengangkatannya, untuk menyampaikan kepada Dewan, dengan konsultasi
dan melalui Sekretaris-Jenderal, untuk persetujuan rencana organisasi untuk UNMOVIC, termasuk struktur, persyaratan staf, pedoman manajemen,
perekrutan dan pelatihan prosedur, menggabungkan sesuai rekomendasi panel pada perlucutan senjata dan masa depan pemantauan terus menerus dan saat
ini dan isu-isu verifikasi, dan mengakui dalam kebutuhan tertentu untuk manajemen, struktur koperasi yang efektif untuk organisasi baru, untuk staf
dengan kualifikasi yang sesuai dan berpengalaman personil, yang akan dianggap sebagai pegawai negeri sipil internasional dikenakan Pasal 100 dari
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang diambil dari kemungkinan basis
Universitas Sumatera Utara
geografis luas, termasuk sebagai yang dianggap perlu dari organisasi pengawasan senjata internasional, dan untuk penyediaan kualitas tinggi teknis
dan budaya pelatihan; 7.
Memutuskan bahwa UNMOVIC dan IAEA, selambat-lambatnya 60 hari setelah mereka berdua mulai bekerja di Irak, masing-masing akan membuat,
untuk disetujui oleh Dewan, sebuah program kerja untuk melaksanakan mandat mereka, yang akan mencakup pelaksanaan sistem tulangan
pemantauan dan verifikasi, dan perlucutan senjata sisa tugas penting yang harus diselesaikan oleh Irak sesuai dengan kewajibannya untuk mematuhi
persyaratan perlucutan senjata resolusi 687 1991 dan resolusi terkait lainnya, yang merupakan standar yang mengatur kepatuhan Irak , dan selanjutnya
memutuskanbahwa apa yang diperlukan dari Irak untuk pelaksanaan tugas masing-masing harus jelas dan tepat;
8. Permintaan Ketua Eksekutif UNMOVIC dan Direktur Jenderal IAEA,
menggambar pada keahlian dari organisasi internasional lainnya yang sesuai, untuk mendirikan sebuah unit yang akan memiliki tanggung jawab unit
bersama didasari oleh Komisi Khusus dan Direktur Jenderal IAEA berdasarkan ayat 16 dari impor ekspor mekanisme disetujui oleh resolusi
1051 1996, dan juga meminta Ketua Eksekutif UNMOVIC, dalam konsultasi dengan Direktur Jenderal IAEA, untuk melanjutkan revisi dan
update dari daftar item dan teknologi untuk yang mekanisme berlaku;
Universitas Sumatera Utara
9. Irak. Memutuskan bahwa Pemerintah Irak bertanggung jawab penuh biaya
UNMOVIC dan IAEA dalam hubungannya dengan bekerja di bawah ini terkait lainnya dan resolusi pada;
10. Permintaan Negara Anggota untuk memberikan kerjasama penuh kepada
UNMOVIC dan IAEA dalam melaksanakan mandat mereka; 11.
Memutuskan bahwa UNMOVIC harus mengambil alih seluruh kewajiban aset, dan arsip dari Komisi Khusus, dan bahwa negara ini akan menganggap
Khusus Komisi bagian dalam perjanjian yang ada antara Komisi Khusus dan Irak dan antara PBB dan Irak, dan menegaskan bahwa Eksekutif Ketua,
Komisaris dan personil melayani dengan UNMOVIC harus memiliki hak, hak istimewa, fasilitas dan kekebalan dari Komisi Khusus;
12. Eksekutif Permintaan Ketua UNMOVIC untuk melaporkan, melalui
Sekretaris-Jenderal, kepada Dewan, setelah berkonsultasi dengan Komisaris, setiap tiga bulan pada karya UNMOVIC menunggu penyampaian laporan
pertama sebagaimana dimaksud pada ayat 33 di bawah ini, dan segera melapor ketika sistem tulangan pemantauan dan verifikasi sepenuhnya
operasional di Irak; 13.
Mengulangi kewajiban Irak, sebagai kelanjutan dari komitmen untuk memfasilitasi pemulangan semua warga Kuwait dan negara ketiga
sebagaimana dimaksud pada ayat 30 dari resolusi 687 1991, untuk memperpanjang semua kerja sama yang diperlukan kepada Komite
Internasional Palang Merah, danmenyerukan kepada Pemerintah Irak untuk
Universitas Sumatera Utara
melanjutkan kerjasama dengan Komisi Tripartit dan Teknis Sub-komite didirikan untuk memfasilitasi bekerja pada masalah ini;
14. Meminta Sekretaris Jendral untuk melaporkan kepada Dewan setiap empat
bulan pada kepatuhan Irak dengan kewajibannya tentang pemulangan atau pengembalian seluruh Kuwait dan warga negara ketiga atau jasad mereka,
untuk melaporkan setiap enam bulan telah mengembalikan semua harta Kuwait , termasuk arsip, direbut oleh Irak, dan untuk menunjuk koordinator
tingkat tinggi untuk isu-isu ini; 15.
Wewenang Amerika menyimpang dari ketentuan ayat 3 a, 3 b dan 4 dari Resolusi 661 1990 dan resolusi-resolusi yang relevan berikutnya, izin impor
dari setiap volume minyak bumi dan produk minyak bumi yang berasal di Irak, termasuk keuangan dan transaksi penting lainnya secara langsung terkait
lainnya, yang diperlukan untuk tujuan dan pada kondisi yang ditetapkan dalam ayat 1 a dan b dan ketentuan berikutnya dari resolusi 986 1995 dan
resolusi terkait; 16.
resolusi. Menggarisbawahi, ini dalam konteksnya, niat untuk lebih mengambil tindakan, termasuk mengizinkan penggunaan tambahan rute ekspor minyak
bumi dan minyak untuk produk, yang sesuai di bawah kondisi dinyatakan konsisten dengan tujuan dan ketentuan resolusi 986 1995 terkait dan;
17. Mengarahkan Komite yang dibentuk oleh resolusi 661 1990 untuk
menyetujui, berdasarkan usulan dari Sekretaris Jenderal, daftar barang-barang kemanusiaan, termasuk bahan makanan, dan obatan farmasi, serta pertanian
dan peralatan atau standar kesehatan dasar dan item atau standar pendidikan
Universitas Sumatera Utara
dasar, memutuskan, meskipun ayat 3 dari resolusi 661 1990 dan ayat 20 dari resolusi 687 1991, yang memasok barang-barang tidak akan diajukan untuk
persetujuan Komisi tersebut, kecuali untuk item tunduk pada ketentuan resolusi 1051 1996, dan akan diberitahukan kepada Sekretaris Jenderal dan
dibiayai sesuai dengan ketentuan ayat 8 a dan 8 b dari Resolusi 986 1995, dan meminta Sekretaris Jenderal untuk menginformasikan Komite secara tepat
waktu semua pemberitahuan tersebut diterima dan tindakan yang diambil; 18.
Permintaan Komite yang dibentuk oleh resolusi 661 1990 untuk menunjuk, sesuai dengan resolusi 1175 1998 dan 1210 1998, sekelompok ahli,
termasuk agen inspeksi independen yang ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal sesuai dengan ayat 6 Resolusi 986 1995, memutuskan bahwa kelompok ini
akan mandat untuk menyetujui kontrak cepat untuk bagian-bagian dan peralatan yang diperlukan untuk memungkinkan Irak untuk meningkatkan
ekspor dan produk minyak bumi minyak bumi, menurut daftar suku cadang dan peralatan disetujui oleh Komite untuk masing-masing proyek individu,
dan meminta Sekretaris Jenderal untuk terus memberikan untuk memantau bagian-bagian dan peralatan di Irak;
19. Mendorong negara-negara anggota dan organisasi-organisasi internasional
untuk memberikan bantuan kemanusiaan tambahan ke Irak dan materi yang dipublikasikan dari karakter pendidikan ke Irak;
20. Memutuskan untuk menunda, untuk periode awal enam bulan sejak tanggal
penerapan resolusi ini dan tunduk untuk meninjau, pelaksanaan ayat 8 g Resolusi 986 1995;
Universitas Sumatera Utara
21. Meminta Sekretaris Jenderal untuk mengambil langkah-langkah untuk
memaksimalkan, menggambar yang diperlukan atas saran dokter spesialis, termasuk perwakilan organisasi kemanusiaan internasional, efektivitas
pengaturan yang ditetapkan dalam resolusi 986 1995 dan resolusi terkait termasuk manfaat kemanusiaan penduduk Irak di seluruh wilayah negara,
dan permintaan lebih lanjut Sekretaris-Jenderal untuk terus meningkatkan diperlukan proses observasi Bangsa Bangsa di Irak, memastikan bahwa semua
pasokan berdasarkan program kemanusiaan yang digunakan sebagai dasar, untuk membawa ke perhatian Dewan situasi apapun mencegah atau
menghambat dan adil distribusi yang efektif dan untuk menjaga Dewan mengenai langkah-langkah yang diambil terhadap pelaksanaan ayat ini;
22. Permintaan juga Sekretaris-Jenderal untuk meminimalkan biaya kegiatan
Perserikatan Bangsa-Bangsa terkait dengan pelaksanaan resolusi 986 1995 serta biaya agen inspeksi independen dan akuntan publik bersertifikat yang
ditunjuk oleh dia, sesuai dengan paragraf 6 dan 7 dari resolusi 986 1995; 23.
Permintaan lanjut Sekretaris-Jenderal untuk memberikan Irak dan Komite yang dibentuk oleh resolusi 661 1990 dengan pernyataan harian status
escrow account yang ditetapkan oleh ayat 7 resolusi 986 1995; 24.
Meminta Sekretaris-Jenderal untuk membuat pengaturan yang diperlukan, setelah mendapat persetujuan Dewan Keamanan, untuk memungkinkan dana
disimpan dalam rekening escrow yang ditetapkan oleh resolusi 986 1995 yang akan digunakan untuk pembelian barang yang diproduksi secara lokal
dan untuk memenuhi biaya lokal untuk kebutuhan sipil penting yang telah
Universitas Sumatera Utara
didanai sesuai dengan ketentuan resolusi 986 1995 dan resolusi terkait, termasuk, bila sesuai, biaya dan pelatihan jasa instalasi;
25. Mengarahkan Komite yang dibentuk oleh resolusi 661 1990 untuk
mengambil keputusan pada semua aplikasi dalam hal penting sipil kebutuhan dan kemanusiaan dalam target dua hari kerja setelah diterimanya aplikasi ini
dari Sekretaris Jenderal, dan untuk memastikan bahwa semua persetujuan dan surat pemberitahuan yang dikeluarkan oleh Komite menetapkan pengiriman
dalam waktu tertentu, sesuai dengan sifat barang yang akan diberikan, dan meminta Sekretaris Jenderal untuk memberitahukan Komite semua
aplikasi untuk item kemanusiaan yang termasuk dalam daftar yang di mekanisme ekspor impor disetujui oleh resolusi 1051 1996 berlaku;
26. Memutuskan bahwa penerbangan haji yang tidak transportasi kargo masuk
atau keluar dari Irak dikecualikan dari ketentuan ayat 3 dari Resolusi 661 1990 dan resolusi 670 1990, memberikan pemberitahuan tepat waktu setiap
penerbangan dibuat untuk Komite yang dibentuk oleh Resolusi 661 1990, dan meminta Sekretaris Jenderal untuk membuat pengaturan yang diperlukan,
untuk disetujui oleh Dewan Keamanan, untuk memberikan biaya yang wajar terkait dengan haji harus dipenuhi oleh dana dalam escrow account yang
ditetapkan oleh resolusi 986 1995; 27.
Panggilan pada Pemerintah Irak: I
Untuk mengambil semua langkah untuk menjamin pemerataan dan tepat waktu dari semua barang kemanusiaan, dalam obat-obatan
Universitas Sumatera Utara
tertentu, dan untuk enghilangkan dan menghindari keterlambatan di gudang tersebut;
II Untuk membahas secara efektif kebutuhan kelompok rentan, termasuk
anak-anak, wanita hamil, orang cacat, orang tua dan sakit mental antara lain, dan memungkinkan akses lebih bebas, tanpa diskriminasi,
termasuk atas dasar agama atau kebangsaan, oleh badan PBB dan organisasi kemanusiaan untuk semua wilayah dan bagian dari populasi
untuk evaluasi gizi dan kemanusiaan kondisi mereka; III
Memprioritaskan aplikasi untuk barang-barang kemanusiaan di bawah pengaturan yang diatur dalam resolusi 986 1995 dan resolusi terkait;
IV Untuk memastikan bahwa mereka tanpa sengaja pengungsi menerima
bantuan kemanusiaan tanpa perlu menunjukkan bahwa mereka telah tinggal selama enam bulan di tempat mereka tinggal sementara;
V Untuk memperpanjang kerjasama penuh untuk Kantor PBB untuk
program Proyek tambang-clearance Jasa di tiga governorates utara Irak dan untuk mempertimbangkan inisiasi dari upaya ranjau di
governorates lainnya; 28.
Meminta Sekretaris Jendral untuk melaporkan kemajuan yang dibuat dalam memenuhi kebutuhan kemanusiaan rakyat Irak dan pada pendapatan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, termasuk rekomendasi mengenai penambahan yang diperlukan untuk alokasi saat suku cadang
minyak dan peralatan, di berdasarkan survei yang komprehensif terhadap
Universitas Sumatera Utara
kondisi sektor produksi minyak Irak, tidak lebih dari 60 hari dari tanggal dari penerapan resolusi ini dan diperbaharui kemudian sesuai dengan kebutuhan;
29. Mengutarakan kesiapannya untuk mengotorisasi penambahan alokasi saat
suku cadang minyak dan peralatan, berdasarkan laporan dan rekomendasi yang diminta dalam ayat 28 di atas, dalam rangka memenuhi tujuan
kemanusiaan yang ditetapkan dalam resolusi 986 1995 dan terkait resolusi; 30.
Meminta Sekretaris Jenderal untuk membentuk kelompok ahli, termasuk pakar industri minyak, untuk melaporkan dalam waktu 100 hari dari tanggal
Penerapan resolusi pada produksi minyak yang ada di Irak dan kapasitas ekspor dan untuk membuat rekomendasi, harus diperbaharui sesuai kebutuhan
, mengenai alternatif untuk meningkatkan produksi minyak Irak dan kapasitas ekspor dengan cara yang konsisten dengan tujuan resolusi yang relevan, dan
pada pilihan untuk melibatkan perusahaan-perusahaan minyak asing di sektor minyak Irak, termasuk investasi, dikenakan pemantauan yang tepat dan
pengendalian; 31.
Catatan bahwa dalam hal Dewan bertindak sebagaimana dimaksud dalam ayat 33 dari resolusi ini untuk menangguhkan larangan sebagaimana dimaksud
pada ayat itu, pengaturan dan prosedur yang tepat akan perlu, sesuai dengan paragraf 35 di bawah ini, harus disepakati oleh Dewan dalam baik waktu
sebelumnya, termasuk penangguhan ketentuan resolusi 986 1995 dan resolusi terkait;
Universitas Sumatera Utara
32. Resolusi. Meminta Sekretaris Jendral untuk melaporkan kepada Dewan
mengenai pelaksanaan ayat 15 sampai 30 dari resolusi ini dalam waktu 30 hari dari penerapan ini dari;
33. Mengutarakan keinginannya, setelah menerima laporan dari Ketua Eksekutif
UNMOVIC dan dari Direktur Jenderal IAEA bahwa Irak telah bekerja sama dalam segala hal dengan UNMOVIC dan IAEA khususnya dalam memenuhi
program kerja di semua aspek sebagaimana dimaksud dalam ayat 7 di atas, untuk jangka waktu 120 hari setelah tanggal dimana Dewan dalam menerima
laporan dari kedua UNMOVIC dan IAEA bahwa sistem tulangan pemantauan dan verifikasi sepenuhnya operasional, untuk menangguhkan dengan tujuan
dasar meningkatkan situasi kemanusiaan di Irak dan mengamankan pelaksanaan Dewan resolusi itu, untuk jangka waktu 120 hari terbarukan oleh
Dewan, dan tunduk pada elaborasi yang efektif lainnya operasional langkah- langkah dan keuangan untuk memastikan bahwa Irak tidak memperoleh
barang terlarang, larangan terhadap impor komoditi dan produk yang berasal di Irak, dan larangan terhadap penyediaan, penjualan dan pengiriman ke Irak
komoditas sipil dan produk selain yang dimaksud pada ayat 24 dari resolusi 687 1991 atau mereka yang mekanisme yang ditetapkan oleh resolusi 1051
1996 berlaku; 34.
Memutuskan bahwa dalam pelaporan kepada Dewan untuk tujuan ayat 33 di atas, Ketua Eksekutif UNMOVIC akan mencakup sebagai dasar penilaiannya
kemajuan dalam menyelesaikan tugas-tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat 7 di atas;
Universitas Sumatera Utara
35. Memutuskan bahwa jika sewaktu-waktu Ketua Eksekutif UNMOVIC atau
Direktur Jenderal laporan IAEA bahwa Irak tidak bekerja sama dalam segala hal dengan UNMOVIC atau IAEA atau jika Irak sedang dalam proses
memperoleh item apapun dilarang, penangguhan larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 33 di atas akan berakhir pada hari kerja kelima setelah
laporan tersebut, kecuali Dewan memutuskan untuk sebaliknya; 36.
Mengutarakan keinginannya untuk menyetujui pengaturan yang efektif lain langkah-langkah operasional dan keuangan, termasuk pada saat penyerahan
dan pembayaran untuk komoditas sipil yang berwenang dan produk untuk dijual atau dipasok ke Irak, dalam rangka untuk memastikan bahwa Irak tidak
memperoleh dilarang item dalam hal terjadi suspensi dari larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 33 di atas, untuk memulai elaborasi
tindakan tersebut tidak lebih dari tanggal penerimaan laporan awal sebagaimana dimaksud dalam ayat 33 di atas, dan untuk menyetujui
pengaturan tersebut sebelum keputusan Dewan sesuai dengan ayat tersebut; 37.
Lebih lanjut menyatakan keinginannya untuk mengambil langkah-langkah, berdasarkan laporan dan rekomendasi yang diminta dalam ayat 30 di atas, dan
konsisten dengan tujuan resolusi 986 1995 dan resolusi terkait, untuk memungkinkan Irak untuk meningkatkan produksi minyak dan kapasitas
ekspor, pada saat penerimaan laporan yang berkaitan dengan kerja sama dalam segala hal dengan UNMOVIC dan IAEA sebagaimana dimaksud dalam ayat
33 di atas;
Universitas Sumatera Utara
38. Menegaskan keinginannya untuk bertindak sesuai dengan ketentuan yang
relevan dari resolusi 687 1991 tentang penghentian larangan dimaksud dalam resolusi itu;
39. Memutuskan untuk tetap aktif merebut materi dan menyatakan niatnya untuk
mempertimbangkan tindakan sesuai dengan paragraf 33 di atas paling lambat 12 bulan sejak tanggal penerapan resolusi ini memberikan kondisi yang
ditentukan dalam ayat 33 di atas telah dipenuhi oleh Irak. Salah satu perang paling berpengatuh di dunia adalah Perang Korea. Latar
belakang Perang Korea adalah keadaan social ekonomi pasca Perang Dunia II dan lahirnya Perang Dingin. Dalam Perang Dingin Amerika Serikat AS di blok barat
dan Uni Soviet US di blok timur, melakukan intervensi dalam urusan dalam negeri Negara lain dengan tujuan untuk memperluas pengaruh keduanya.
Terutama di Negara-negara Asia Pasifik, diantaranya Vietnam Vietnam Utara dan Selatan, Jerman Jerman barat dan timur, dan terutama Korea Korea Utara
dan Selatan. Selama berabad-abad, Korea berdiri sebagai sebuah wilayah dibawah kekuasaan monarki.
67
Hingga akhirnya kekuasaan tersebut kehilangan taringnya saat Jepang melakukan invansi dan menduduki Korea. Konflik Korea bermula dari perjanjian
Postdam tanggal 26 Juli yang berisi Korea akan dimerdekakan, namun 8 Agustus 1945 US menyerang Jepang yang saat itu menduduki Korea. Pasukan US
menyerang pasukan Jepang lewat semenanjung Korea dan mencapai garis batas 380 Lintang Utara. Hingga pada tanggal 14 Agustus 1945 pasukan Jepang
67
http:banjarcyberschool.blogspot.com201202intervensi-dalam-perang-korea-1950- 1958.html
, diakses tanggal 21 Maret 2014
Universitas Sumatera Utara
menyerah dengan menyatakan bahwa pasukan Jepang yang berada di sebelah Utara batas 380 LU, menyerah kepada US. Dan pasukan Jepang menyerah kepada
AS di wilayah sebaliknya di selatan garis batas 380. Dari titik inilah terjadi pembagian wilayah Korea menjadi dua bagian.
Garis 380 dijadikan sebagaii pertahanan demarkasi AS dan US. Pertikaian antara dua kekuatan, bahkan sevara tidak langsung menghalangi cita-cita Bangsa
Korea untuk menjadi bangsa yang merdeka dan bersatu. Selain itu, AS dan US membentengi ideologinya di wilayah Korea, dimana AS mengembangkan paham
Liberal Kapitalis di Korea Selatan, sedangkan US mengembangkan paham Sosialis Komunis di Korea Utara. Adanya pertentangan ideology di dua wilayah
Korea menjadikan keduanya berselisih dalam berbagai hal. Korut yang merasa hak-haknya tidak diakui oleh PBB dalam siding umum yang mengesahkan
laporan tentang hasil Pemilihan di Korsel dan mengatakan pemerintahan Korsel merupakan pemerintahan satu-satunya yang sah.
Dari hal ini US mendukung hak Korut untuk merdeka dengan cara kekerasan atau perang yang nantinya pasokan perang disokong US dalam Perang
Korea. Perang Korea sendiri mengalami pasang surut kemenangan, baik di pihak Selatan maupun Utara yang dibantu oleh AS dan US. Di mulai dari serang Korut
yang mendadak di tahun 1950 sehingga Korsel berhasil diduduki oleh Korut. Bahkan Korut mengumumkan Perang yang didengungkan hingga seluruh Korea.
Serangan Korut ini didukung oleh peralatan militer yang canggih dari US sepertti pesawat terbang Starmovik dan pesawat pemburu Yak, tank dan mobbil lapis baja
dari Cina Utara.
Universitas Sumatera Utara
Korut juga didukung oleh 100.000 tentara. Berbeda dengan Korsel yang hanya mempunyai 95.000 tentara. Dari keadaan ini Korut berhasil menduduki
Ibukota Korsel, Seoul, di tahun yang sama 1950 pada bulan Juni dengan wilayah yang dikuasai hinggal 80 mil persegi dari 12 kota. Hal ini semakin memperburuk
keadaan posisi Korsel sehingga AS melakukan reaksi terhadap perang tersebut dengan alas an membendung Komunisme di Korea.
AS membantu pihak Korsel. Berbagai langkah dilakukan AS guna melindungiii Korsel, dari mulai resolusi PBB, kebijakan mengerahkan angkatan
militernya untk melindungi Korsel dari serangan Korut, hingga serangan langsung untuk merebut kembali Seoul kembali ke pangkuan Korsel. Mengetahui
sekutunya kalah, RRC turut mengintervensi menyerang Korsel. Bantuan dari RRC ini berlangsung hingga bulan November yang mengakibatkan kemenangan
kembali di pihak Korut. Hal ini memicu reaksi AS dan PBB. Bakan hal itu tidak menutup kemungkinan seluruh anggota PBB sejumlah 15 negara ikut terjun dalam
Perang Korea, sementara Korut hanya dibantu oleh US dan RRC.
68
Namun hal tersebut semakin memperburuk keadaan Korea, sehingga mendorong pihak yang bersengketa untuk melakukan gencatan senjata dan
perundingan baik di pihak Korsel maupun Korut. Upaya penyelesaian Perang Korea selanjutnya seringkali gagal karena pertentangan kedua Negara Korea yang
tetap tidak mau kalah. Sama seperti kedua Negara penyokongnya, AS dan US. Pada akhirnya Perang Korea berakhir tanpa ada pihak yang menang dan kalah.
68
Ibid
Universitas Sumatera Utara
79
BAB IV PENERAPAN RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN
BANGSA-BANGSA TERHADAP NEGARA-NEGARA BERKONFLIK
A. Advisory Opinion oleh Mahkamah Internasional