Pengertian Penagihan Pajak Landasan Teori
hari sejak tanggal pengumuman lelang, akan segera dilakukan penjualan barang sitaan penanggung pajak melalui kantor lelang.
Menurut Suandy 2011 penagihan pajak dapat dikelompokkan menjadi 2 dua yaitu:
a. Penagihan pajak pasif Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakan Surat
Tagihan Pajak STP, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
SKPKBT, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan pajak terutang
menjadi lebih besar. Jika dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari belum dilunasi maka 7 tujuh hari setelah jatuh tempo akan diikuti
dengan penagihan pajak secara aktif yang dimulai dengan menerbitkan surat teguran.
Penagihan pajak pasif menurut Suandy 2011 terdiri dari indikator: 1 Surat Tagihan Pajak STP adalah surat yang dikeluarkan untuk
menagih pajak dengan mengenakan sanksi berupa bunga atau denda.
2 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,
jumlah kredit pajak, jumlah pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.
3 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas
jumlah pajak yang telah ditetapkan dalam Surat Ketetapan Pajak yang telah diterbitkan sebelumnya.
b. Penagihan pajak aktif Penagihan pajak aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak
pasif, dimana dalam upaya penagihan ini fiskus lebih berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim surat tagihan pajak atau surat
ketetapan pajak tetapi akan diikuti dengan tindakan sita dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang. Pelaksanaan penagihan aktif
dijadwalkan berlangsung selama 58 lima puluh delapan hari yang dimulai dengan penyampaian surat teguran, surat paksa, surat
perintah melaksanakan penyitaan, dan pengumuman lelang. Hak Wajib Pajak pada saat dilakukan penagihan pajak meliputi:
a. Meminta juru sita pajak memperlihatkan kartu tanda pengenal juru sita pajak.
b. Menerima salinan surat paksa dan salinan berita acara penyitaan c. Menentukan urutan barang yang akan dilelang
d. Meminta kesempatan terakhir untuk melunasi utang pajaknya, termasuk biaya penyitaan, iklan dan biaya pembatalan lelang, serta
melaporkan pelunasan tersebut kepada kepala KPP yang bersangkutan sebelum pelaksanaan lelang.
e. Membatalkan lelang jika penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak sebelum pelaksanaan lelang.
Adapun mengenai kewajiban Wajib Pajak yang berkenaan dengan penagihan pajak adalah sebagai berikut:
a. Membantu juru sita pajak dalam melaksanakan tugasnya 1 Memperbolehkan juru sita pajak memasuki ruangan, tempat
usaha atau tempat tinggal Wajib Pajak. 2 Memberikan keterangan lisan atau tertulis yang diperlukan.
b. Barang yang disita dilarang dipindahtangankan atau disewakan