Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

mengungkapkan faktor laten bakat, yaitu kecepatan kerja. Faktor-faktor lainnya seperti ketelitian kerja, keajegan kerja dan ketahanan kerja tidak terbukti valid digunakan untuk mengukur bakat peserta tes.

2. Analisis Reliabilitas

Analisis reliabilitas tes Kraepelin pada penelitian ini dilakukan dengan menghitung nilai Construct Reliability CR dan Variance Extracted VE. Perhitungan analisis reliabilitas tes Kraepelin menghasilkan niai CR sebesar 0,47 dan nilai VE sebesar 0,28.

C. Pembahasan

Tes Kraepelin adalah tes bakat yang masih banyak digunakan dalam dunia psikologi, khususnya dalam seleksi karyawan, tes masuk sekolah dan konseling kejuruan. Sebagai tes bakat, terdapat empat faktor yang diukur yaitu kecepatan kerja, ketelitian kerja, keajegan kerja dan ketahanan kerja. Hasil pengukuran keempat faktor ini menggambarkan bakat atau potensi seseorang yang akan muncul saat berada di bawah situasi menekan. Hasil tes Kraepelin haruslah tepat dan konsisten dalam mengukur semua faktor tersebut agar dapat menggambarkan potensi seseorang dan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan yang tepat. Hasil analisis bukti validitas berdasarkan struktur internal menunjukkan hanya satu dari empat faktor, yaitu faktor kecepatan kerja yang terbukti masih mampu mengungkapkanbakat seseorang dengan tepat atau terbukti valid. Tiga faktor lainnya berupa ketelitian kerja, keajegan kerja dan ketahanan kerja tidak Universitas Sumatera Utara dapat lagi digunakan untuk mengungkapkan potensi seseorangdengan tepat atau sudah tidak valid. Jika dibandingkan dengan hasil uji validitas tes Kraepelin yang terakhir dilakukan pada tahun 1967, keempat faktor tersebut sebelumnya telah terbukti tepat digunakan untuk mengukur bakat. Akan tetapi, pada saat ini hanya terdapat satu faktor kecepatan kerja yang masih terbukti berkualitas baik untuk menggambarkan potensi seseorang dalam situasi penuh tekanan. Perubahan karakteristik psikometri hasil tes Kraepelin sangat wajar terjadi ketika pengujian dilakukan sekitar 50 tahun setelah pengujian sebelumnya. Perubahan ini dapatterjadidikarenakan waktu merupakan salah satu faktor yang dikemukakan Coaley 2010 dapat mempengaruhi validitas alat tes. Seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan eksternal seperti perkembangan teknologi kalkulator yang turut mempengaruhi kualitas tes Kraepelin. Perkembangan penggunaan kalkulator saat ini menyebabkan penurunan kemampuan dasar berhitungMcCauliff, 2004 dan peningkatansikap positif terhadap matematika Ellington, 2003. Sebagai tes yang mengukur kemampuan primer number, validitas tes Kraepelin juga berubah ketika kemampuan berhitung serta sikap individu terhadap matematika telah berubah. Osterlind 2010 juga menyatakan bahwa perubahan interpretasi validitas tes sangatlah rentan terjadi sehingga hasil uji validitas penelitian ini harus terus dipantau dan diperbaharui. Nilai muatan faktor yang dimiliki setiap faktor menggambarkan kekuatan setiap faktor dalam mengukur faktor laten bakat dan juga menggambarkan arah hubungannya. Faktor kecepataan kerja memiliki nilai muatan faktor positif yang artinya memiliki hubungan positif dalam mengungkapkan potensi seseorang. Universitas Sumatera Utara Semakin tinggi nilai kecepatan kerja yang diperoleh subjek, makasemakin tinggi tempo kerja. Nilai inimenunjukkan subjek yang memiliki potensibaik di bawah tekanan pekerjaan.Faktor ketelitian kerja memiliki nilai muatan faktor negatif yang berarti memiliki hubungan negatif atau berlawanan dengan faktor laten bakat. Jika nilai ketelitian kerja semakin tinggi, maka potensi peserta tes semakin rendah untuk bekerja di bawah tekanan. Arah hubungan faktor kecepatan kerja yang positif dan faktor ketelitian kerja yang negatif masih sesuai dengan arah hubungan faktor-faktor tes Kraepelin yang seharusnya. Perubahan arah hubungan faktor dalam tes Kraepelin untuk menjelaskan bakat terjadi pada faktor keajegan kerja dan ketahanan kerja. Faktor keajegan kerja seharusnya memiliki hubungan negatif dengan bakat seseorang. Subjek dengan nilai keajegan kerja tinggi seharusnya menunjukkan kestabilan emosi rendah dan berpotensi rendah dalam situasi menekan. Akan tetapi, hasil penelitian ini menunjukkan hubungan positif antara faktor kestabilan kerja dan faktor laten bakat. Dengan kata lain, nilai faktor keajegan kerja yang semakin besar saat ini menggambarkan potensi seseorang yang semakin baik dalam situasi menekan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan nilai negatif pada muatan faktor ketahanan kerja, yang artinya memiliki hubungan berlawanan dengan faktor laten bakat. Semakin tinggi nilai ketahanan kerja menggambarkan daya tahan terhadap tekanan yang semakin rendah atau potensi diri menghadapi tekanan yang rendah. Arah hubungan faktor ini dalam menggambarkan faktor laten bakat telah berubah, yang mana seharusnya nilai ketahanan kerja yang semakin tinggi menunjukkan daya tahan kerja seseorang yang semakin meningkatAttamimi, 1984. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil analisis reliabilitas, reliabilitas konstruk tes Kraepelin adalah 0,47 dan variance extracted yang diperoleh adalah 0,28. Wijanto 2008 menyatakan sebuah alat tes dapat dikatakan reliabel apabila nilai reliabilitas konstruk ≥ 0,70 dan nilai variance extracted ≥ 0,50. Nilai ini menunjukkan tes Kraepelin tidak dapat dipercaya lagi untuk mengukur kecepatan, ketelitian, keajegan dan ketahanan kerja guna menggambarkan bakat peserta tes saat ini. Reliabilitas sebuah tes sangat bergantung pada waktu penggunaan tes Osterlind, 2010. Dengan waktu penggunaan yang berjarak sejauh 50 tahun, maka perubahan reliabilitas tes Kraepelin akan terjadi. Pengujian reliabilitas yang dilakukan pada tahun 1967 lalu menunjukkan nilai reliabilitas rata-rata di atas 0,8. Menurut Coaley 2010, tes bakat dapat dikatakan reliabel jika memiliki nilai reliabilitas minimal 0,8. Ketika tes digunakan untuk seleksi karyawan dengan membandingkan nilai karyawan satu sama lain, tes dapat dikatakan reliabel apabila memiliki nilai reliabilitas minimal 0,85. Dengan kata lain, tes Kraepelin memiliki reliabilitas yang sangat baik sekitar 50 tahun yang lalu namun tidak reliabel lagi saat ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari hasil tes yang diadministrasikan dan diskoring oleh masing-masing tester dari unit P3M Fakultas Psikologi USU, biro psikologi Humanika Counseling dan PT. Inti Indosawit Subur. Penyekoran hasil tes Kraepelin dilakukan kembali oleh peneliti untuk memastikan hasil tes telah dinilai dengan benar.Proses administrasi tes dilaksanakan oleh pihak yang berbeda dalam situasi dan settingyang berbeda sehingga hasil tes yang diperoleh sangat mungkin Universitas Sumatera Utara mempengaruhi hasil penelitian ini.Dengan kata lain, kurangnya kontrol peneliti terhadap administrasi tes turut mempengaruhi hasil pengujian validitas dan reliabilitas dari tes Kraepelin. Secara keseluruhan, berdasarkan estimasi reliabilitas dan validitas berdasarkan bukti struktur internal untuk data penelitian ini, tes Kraepelin tidak terbukti memiliki kualitas alat ukur yang baik dalam menggambarkan bakat peserta tes. Diantara empat faktor yang diukur dengan tes Kraepelin, hanya satu faktor yang valid digunakan untuk mengukur bakat yaitu faktor kecepatan kerja. Tiga faktor lainnya tidak dapat digunakan lagi untuk mengungkapkan bakat dengan tepat.Selain itu, tes ini juga tidak reliabel digunakan untuk mengukur bakat melalui semua faktor tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan hal yang dungkapkan Osterlind 2010, bahwa seiring berubahnya waktu, kualitas tes juga sangat rentan berubah. Berdasarkan hasil analisis validitas dan reliabilitas data penelitian ini, penggunaan tes Kraepelin dalam berbagai bidang psikologi sebaiknya dipertimbangkan kembali untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan keputusan. Universitas Sumatera Utara 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik psikometris tes Kraepelin, disimpulkan bahwa hasil pengukuran tes ini tidak tepat dan tidak dapat dipercaya untuk menggambarkan bakat melalui faktor kecepatan kerja, ketelitian kerja, keajegan kerja dan ketahanan kerja.

B. SARAN 1. Saran Praktis

a. Penggunaan tes Kraepelin sebagai dasar pengambilan keputusan dalam menggambarkan bakat seseorang berdasarkan faktor kecepatan kerja, ketelitian kerja, keajegan kerja dan ketahanan kerja sebaiknya dipertimbangkan kembali.

2. Saran Metodologis

a. Peneliti selanjutnya sebaiknya mengontrol keseluruhan proses adminitrasi tes dan penyekoran hasil tes untuk memastikan tes Kraepelin telah diadministrasikan dan diskoring dengan cara yang sama. b. Peneliti selanjutnya yang ingin meneliti mengenai tes Kraepelin sebaiknya menemukan atribut psikologis apakah yang dapat diukuroleh tes Kraepelin secara terpercaya pada penggunaannya saat ini. Universitas Sumatera Utara