bawah. Gigi yang paling sedikit mendapatkan serangan adalah gigi-gigi insisif dan gigi-gigi molar pertama permanen, sedangkan gigi premolar dan molar kedua dan
ketiga merupakan gigi yang sering terkena. Baik rahang atas maupun rahang bawah, fluorosis gigi biasanya terjadi lebih parah pada gigi posterior daripada gigi
anterior. Hal ini dapat dikatakan bahwa gigi yang tumbuh paling awal mendapatkan serangan yang paling sedikit Fejerskov et.al., 1996; Medina et.al.,
2008. 2.1.4 Periode Usia Risiko Fluorosis Gigi
Fluorosis gigi merupakan suatu fenomena yang terjadi pada masa pembentukan gigi, maka hanya anak usia 8 tahun ke bawah yang memiliki risiko
tinggi terkena fluorosis gigi. Sedangkan anak berusia di atas 8 tahun tidak berisiko terkena fluorosis gigi Center for Disease Control And Prevention, 2011. Pada
masa ini apabila seseorang terpapar fluoride lebih dari 1 ppm setiap harinya selama minimal 2 tahun, maka dapat menimbulkan noda cokelat kehitaman pada
permukaan gigi. Namun, proses ini akan berhenti saat anak berusia 13 tahun karena proses pembentukan enamel telah sempurna Center for Disease Control
And Prevention, 2001.
2.1.5 Indeks Mengukur Fluorosis Gigi
Untuk lebih memudahkan mengukur derajat keparahan mottled enamel dapat dipakai :
1. Sistem klasifikasi Indeks Dean Dean,1942 yang dibagi menjadi 6 bagian
dimulai dari enamel yang normal sampai enamel fluorosis yang parah severe
Universitas Sumatera Utara
2. Sistem klasifikasi Indeks TFP Thylstrup Fejerskov, 1978 yang
merupakan penyempurnaan dari Indeks Dean. Indeks TF ini dibagi menjadi 9 bagian dan dimulai dari mottled enamel taraf ringan
skore TF 1 sampai taraf parah skore TF 9 Fejerskov et.al. 1991. Klasifikasi fluorosis gigi berdasarkan Index Dean adalah sebagai berikut :
Normal Enamel menunjukkan translusensi normal yaitu strukturnya
mirip dengan kaca, permukaanya mulus mengkilap dan warnanya putih krem muda.
Questionable Terjadi abrasi sedikit pada enamel yang diawali dengan
bintik putih yang kecil sampai terjadinya white spot. Kelas ini diperuntukkan pada kasus-kasus yang meragukan antara
normal dengan very mild.
Very mild Terjadi bercak putih kecil, buram dan tidak teratur pada
permukaan gigi, tapi tidak melibatkan lebih 25 permukaan gigi.
Mild Terjadi daerah putih buram pada enamel yang lebih luas
tetapi tidak lebih dari 50 permukaan gigi.
Moderate Semua permukaan enamel terserang dan tampak permukaan
gigi atrisi. Gigi menjadi berwarna coklat.
Severe Tanda hipoplasia tampak semakin jelas disertai dengan
perubahan anatomis gigi. Warna coklat pada gigi menyebar sehingga tampak seperti karatan Fejerskov et.al. 1991.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Indeks Pengukuran Dental Fluorosis berdasarkan Indeks Dean
Sumber : Murray, J.J., Rugg-Gunn, A.J. and Jenkins, G.N.,1991. Fluorides In Caries Prevention. 3
rd
ed. Butterworth-Heinemann Ltd, 325-328.
Tampilan klinis dari dental fluorosis dapat dikelompokkan menjadi 10 kelass berkisar antara 0-39, yang akan menggambarkan secara berurutan tingkat
keparahan dental fluorosis. Klasifikasi atau pengelompokkan ini didasarkan pad indeks TF yang aslinya diusulkan oleh Thylstrup dan Fejerskov.
Skor TF 0 Translusensi normal, warna putih krem dan mengkilapnya enamel
tetap bertahan sesudah dilakukan pengeringan dan pengusapan pada permukaannya.
Skor TF 1 Terlihat garis-garis putih opaque kecil-kecil menyilang permukaan
gigi. Garis-garis itu terdapat di seluruh permukaan gigi. Letak garis
Universitas Sumatera Utara
ini sesuai dengan letak perikimata. Pada beberapa kasus, mungkin terlihat adanya, sedikit snow capping pada cupsinsisal edge.
Skor TF 2 Garis opaque putih lebih menonjol dan sering berfusi untuk
kemudian membentuk daerah berkabut buram yang kecil, yang menyebar ke seluruh permukaan. Biasanya terjadi snow capping
pada insisal edge dan puncak cusp.
Skor TF 3 Terjadi fusi garis-garis putih, dan daerah opaque berkabut di
beberapa bagian permukaan. Diantara daerah berkabut tersebut bisa terdapat garis-garis putih.
Skor TF 4 Pada seluruh permukaan terlihat adanya opasitas atau nampak
putih seperti kapur chalky white. Sebagian dari permukaan yang terdedah terhadap atrisi atau pemakaian, nampak kurang terserang.
Skor TF 5 Seluruh permukaan opaque, dan ada pit-pit bulat hilangnya
enamel permukaan setempat yang diameternya kurang dari 2 mm.
Skor TF 6 Pit-pit kecil sering berfusi sehingga membentuk pita yang lebarnya
dalam arah vertikal kurang dari 2 mm. Klas ini meliputi juga kasus
dimana cuspal rim dari enamel fasila telah terlepas dan
berkurangnya dimensi vertikal yang terjadi kurang dari 2 mm.
Skor TF 7 Ada enamel bagian terluar yang terlepas, sehingga membentuk
daerah yang tidak teratur pada permukaan gigi. Permukaan yang terserang lebih dari separuh. Enamel utuh yang tersisa, opaque.
Skor TF 8 Hilangnya lapisan enamel terluar melibatkan lebih dari separuh.
Enamel utuh yang tersisa opaque.
Universitas Sumatera Utara
Skor TF 9 Hilangnya sebagian besar enamel terluar yang mengakibatkan
perubahan bentuk anatomis pada permukaan gigi. Sering dijumpai adanya rim enamel yang opaque di servikal.
Gambar 2.2 Indeks Pengukuran Dental Fluorosis berdasarkan Indeks Thylstrup dan Fejerskov TF
Sumber : Murray, J.J., Rugg-Gunn, A.J. and Jenkins, G.N.,1991. Fluorides In Caries Prevention. 3
rd
ed. Butterworth-Heinemann Ltd, 325-328.
2.1.6 Perawatan Fluorosis Gigi