Perbaikkan Sifat Tanah Ultisol Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Eucalyptus Urophylla Pada Ketinggian 0-400 Meter

(1)

KARYA ILMIAH

PERBAIKKAN SIFAT TANAH ULTISOL UNTUK

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN Eucalyptus

urophylla PADA KETINGGIAN 0 – 400 METER

Oleh:

BUDI UTOMO

NIP: 132 305 100

Staf Pengajar Departemen Kehutanan

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat-Nya penulis masih diberi kesehatan sehingga dapat menyelesaikan tulisan yang sederhana ini.

Tanah Ultisol memiliki sifat fisik dan kimia yang kurang baik sehingga tanaman yang tumbuh di atasnya seringkali tidak dapat tumbuh optimal termasuk juga tanaman Eucalyptus urophylla. Untuk meningkatkan kesuburan tanah ini perlu dilakukan perbaikan-perbaikan. Tulisan ini membahas sifat jenis tanah ini dan upaya perbaikan yang perlu dilakukan dalam mendongkrak pertumbuhan E. Urophylla khususnya pada ketinggian 0 – 400 m dpl.

Pada kesempatan ini penulis berhasrat ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam membantu penyediaan literatur yang diperlukan.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, karenanya kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan tulisan-tulisan berikutnya. Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua. Amien.

Medan, Januari 2008

Budi Utomo


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

I. PENDAHULUAN A. Eucalyptus urophylla

B. Tanah Podsolik Merah Kuning

1 1 1 II. PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN PERMASALAHAN PADA

TANAH PODSOLIK MERAH KUNING (ULTISOL)

5

A. Permasalahan-permasalahan yang

Terdapat pada Tanah Ultisol

5

B. Pembahasan Permasalahan pada Tanah Podsolik Merah Kuning (Ultisol)

6 1. Struktur Tanah yang Kurang Mantap 6 2. Infiltrasi dan Permeabilitas yang Lambat

6 3. Aerasi Tanah Ultisol yang Buruk 7 4. Kandungan Bahan Organik Rendah 7

5. Agregat Kurang Stabil 8

6. Bobot Isi Pada Lapisan Tanah Bawah Tinggi 8 7. pH Tanah Rendah 8 8. Kandungan Al, Fe dan Mn Tinggi

9 9. Kadar Unsur Hara Rendah

9 III PERLAKUAN-PERLAKUAN UNTUK PERBAIKAN TANAH

PODSOLIK MERAH KUNING (ULTISOL) AGAR TANAMAN Eucalyptus urophylla DAPAT TUMBUH DENGAN BAIK PADA KETINGGIAN 0 - 400 M

10

A. Pengapuran 10

1. Guna Pengapuran 10 2. Perubahan Kapur yang Diberikan pada Tanah 10 3. Efek Kapur pada Tanah 11 4. Jenis-jenis Kapur yang Digunakan untuk Pengapuran 12 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Kapur 13 B. Penggunaan Bahan Organik 13


(4)

B.1. Pupuk Kandang 14

B. 2. Pupuk Hijau 14

B. 3. Humus 16

B. 4. Keuntungan Penggunaan Bahan Organik 17 C. Penggunaan Organisme Tanah 17 C.1. Kegiatan Organisne Tanah yang Menguntungkan Tanaman

Tingkat Tinggi 17

C. 2. Makrofauna 18

C. 3. Mikroflora 18

D. Pemupukan dengan Pupuk Buatan 19 D. 1. Sifat-sifat Pupuk 19 D. 2. Dasar-dasar Pemupukan 20

E. Pengolahan tanah 21

E. 1. Tujuan Pengolahan Tanah 21

PUSTAKA ACUAN 22

ii


(5)

I. PENDAHULUAN

A. Eucalyptus urophylla

Menurut Djapilus dan Suhaendi (1978) Eucalyptus termasuk dalam famili Myrtaceae, terdiri atas 500 jenis dan 138 variet a s . P o h o n E u c a l y p t u s p a d a u m u m n y a m e m p u n y a i b a t a n g y a n g lurus, tinggi dan tidak banyak cabangnya.

Menurut Anonymous (1980) E. urophylla adalah jenis asli Indonesia dengan penyebaran alami di Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur. Sekitar tahun 1890 ahli-ahli kehutanan Belanda telah mengumpulkan biji Eucalyptus dari Nusa Tenggara (Pulau Flores, Timor dan lain-lain), kemudian ditanam di beberapa tempat di Pulau Jawa. Sisa tanaman E. urophylla (diberi label "E. Alba") yang terdapat di Kebun Raya Bogor.

Nama daerah Eucalyptus oleh penduduk asli Timor, yaitu ampupu merupakan nama untuk jenis Eucalyptus yang tumbuh di daerah pegunungan dan untuk E. alba, sekarang ini lebih dikenal dengan nama E. urophylla ( Djapilus dan Suhaendi, 1978).

E. urophylla umumnya terdapat pada zona iklim panas dan basah yang mempunyai rata-rata curah hujan tahunan 1400 - 2400 mm dengan 6 – 7 bul an huja n dan 4 – 5 bulan keri ng sa mpai sangat kering. Di Indonesia, E. urophylla banyak ditemui di Nusa Tenggara Timur, yang membentang 8,5 - 10° LS, yaitu di Pulau Timor, Flores, Pantas, Alor, Lomblen, Andonara dan Wates dengan ketinggian 350 - 2960 m di atas permukaan laut (Anonymous, 1978).

Djapilus dan Suhaendi (1978) juga melaporkan bahwa jenis-jenis Eucalyptus menghendaki tempat tumbuh pada daerah yang kelembaban yang tinggi atau di daerah yang beriklim basah dengan tipe hujan tropis equatorial. Menurut Doran dan Kleinig (1979), jenis E. urophylla memperlihatkan pertumbuhan yang paling baik pada tanah-tanah yang dalam solumnya, cukup lembab, drainase baik berasal dari batuan vulkanik pada tempat dengan ketinggian yang berbeda


(6)

dari sedang sampai tinggi.

Dalam Anonymous (1980) E. urophylla merupakan pohon yang dapat mencapai tinggi lebih dari 55 meter dengan diameter batang lebih dari 200 cm. Setengah sampai 2/3 tinggi pohon umumnya bulat lurus. Daun agak berhadapan sampai berseling, bertangkai lebar dan meruncing dan makin ke ujung menyempit runcing seakan-akan berakhir pada satu titik, ukuran 12 - 20 cm x 2 -5 cm, daun agak tebal dan sedikit pucat. Tulang daun lateral t a mp a k j e l a s , t u l a n g d a u n b a g i a n d a l a m b e r d e k a t a n t e t a p i berbeda dengan tulang daun tepi. Bunga terbentuk pada ketiak dengan pedicel meruncing dan peduncle yang agak datar atau rata. Buah berbentuk agak kerucut.

Kayu Eucalyptus banyak digunakan untuk bangunan berat dan ringan, kayu lapis, pulp dan kertas (Djapilus dan Suhaendi, 1978). Dalam program reboisasi dan Penghijauan Nasional jenis ini termasuk salah satu dari yang diprioritaskan penanamannya pada hutan serbaguna dan hutan rakyat untuk bahan baku bangunan dan kayu bakar pada lahan kritis.

B. Tanah Podsolik Merah Kuning

Menurut Sudjadi (1984) luas Podsolik. Merah Kuning meliputi 48,3 juta hektar yang tersebar luas di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.

Berdasarkan klasifikasi tanah Dudal dan Soepraptohardjo tahun 1961 dalam Hardjowigeno (1990) ta nah Podsol ik Me rah Kuning i ni setara dengan Ultisol berdasarkan sistem USDA -Soil Taxonomy tahun 1975. Dipertegas lagi oleh Hardjowigeno ( 1992) bahwa Po ds olik M erah Kun in g ya ng da pat diset arak an dengan Ultisol adalah yang mempunyai epidon okrik dan horizon argilik atau horizon kondik.

U l t i s o l m e r u p a k a n t a n a h m i n e r a l y a n g b e r k e m b a n g d a n m e n g a l a m i p e l a p u k a n l a n j u t d a n p e n c u c i a n y a n g i n t e n s i f . Adanya pencucian yang intensif menyebabkan tanah ini bereaksi ma s a m d a n k e j e n u h a n b a s a r e n d a h s a mp a i k e l a p i s a n b a w a h . Dis a mpin g itu s uhu ya ng cukup ti nggi menunja ng terj adinya pembentukan mineral liat


(7)

yang didominasi oleh mineral liat, kalinit dan gibsit. Proses pencucian liat menghasilkan horizon albik di lapisan tanah bawah. Bersamaan dengan pencucian liat juga terjadi proses podsolisasi dimana sesquioksida besi dipindahkan dari horizon albik ke horizon argilik (Hardjowigeno, 1990).

Lapisan tanah bawah merupakan horizon argilik yang berte k s t u r l i a t , y a n g m e m p u n y a i b o b o t i s i t i n g g i d a n k e m a n t a p a n a g r e gat tanah (Dudal dan Soepraptohardjo tahun 1957 dalam Rus man, 1990). Horizon argilik ini mempunyai kandungan liat lebih ti n g g i d a r i p a d a h o r i z o n d i a t a s n y a ( S o i l S u r v e y S t a f f , 1 9 9 0 ) . Kandungan liat yang tinggi ini menyebabkan bobot isi tanah kedap air, laju infiltrasi rendah dan aliran permukaan dan erosi meningkat. Lal dan Greenland (1984) juga menyatakan bahwa tanah-tanah yang didominasi oleh mineral liat kaolinit mempunyai daya pegang air yang rendah. Hal ini menyebabkan terg an gg un ya perke mbanga n pera kara n se hingga akar tanama n tidak dapat menembus lapisan tanah bawah menyerap hara dan memanfaatkan air tanah dan akibatnya hasil tanaman rendah. Selanjutnya Rusman (1990) juga menyatakan bahwa kendala sifat f i s i k a u l t i s o l d i S i t i u n g a d a l a h r e n d a h n y a k e t e r s e d i a a n a i r tanah, karena tidak meratanya curah hujan dan rendahnya kemampuan tanah menahan air sehingga dapat menyebabkan cekaman air (stress) pada tanaman.

Di Indonesia Ultisol banyak ditemukan di daerah bertopografi datar sampai berbukit pada ketinggian 50 m sampai 350 m dari permukaan laut, suhu tanah rata-rata lebih dari 8°C dan curah hujan tahunan antara 2500 sampai 3500 mm (Hardjowigeno, 1 9 9 0 d a n S o e p r a p t o h a r d j o , 1 9 7 8 ) . S e b a g a i c o n t o h d i a m b i l Ultisol yang berada di Aripan Solok Sumatera Barat, berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman (1979) dalam LPT (1983) termasuk zone agroklimat C2 yaitu mempunyai jumlah bulan basah antara lima sampai enam bulan dan jumlah bulan kering dua sampai tiga bulan.


(8)

ini umumnya buruk hal ini terlihat dari : (1) struktur tanah kurang gembur, (2) konsistensinya lekat dan (3) aerasi- ya buruk. Selanjutnya Sudjadi (1984); Rusman (1991) dan Saidi (1994) menyatakan sifat fisika Ultisol buruk karena (1) kandungan bahan organik rendah; (2) bobot isi pada

lapisan tanah bawah tinggi; (3) stabilitas agregat

kurang stabil, laju i n f i l t r a s i d a n p e r m e a b i l i t a s l a m b a t y a n g a k i b a t n y a b a h a y a erosi meningkat; dan (5) daya pegang air rendah.

Meskipun kesuburan alamiah Ultisol tidak sebaik Alfisol a t a u M o l l i s o l , t a n a h i n i m e m b e r i k a n r e s p o n b a i k t e r h a d a p pengelolaan yang tepat. Liat tanah ini tergolong tipe 1 : 1 bersama dengan oksida besi dan aluminium, yang menjamin daya o l a h y a n g b a i k . D e n g a n p e mb e r i a n p u p u k b u a t a n y a n g c u k u p tanah ini sangat produktif (Soepardi, 1983).


(9)

II. PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN PERMASALAHAN PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING (ULTISOL)

A. Permasalahan-permasalahan yang Terdapat pada Tanah Ultisol

Sifat-sifat fisika dari tanah Ultisol umumnya buruk hal ini dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut :

1. Struktur tanah kurang mantap 2. Infiltrasi dan permeabilitas lambat 3. Aerasinya buruk

4. Kandungan bahan organik rendah

5. Porositas yang rendah sehingga tanah cenderung lebih padat

6. Agregat kurang stabil dan lambat akibatnya bahaya erosi dapat meningkat

7. Bobot isi pada lapisan tanah bawah tinggi

Dari segi kimia tanah, Ultisol mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain :

pH tanahnya rendah berkisar 3,5 - 5,0 ; reaksi tanah masam Kandungan Al, Fe dan Mn tinggi

Unsur hara rendah

Biologi tanah yang rendah karena kurangnya bahan organik dan unsur hara

Ber das arka n kel e ma ha n-kel ema ha n yang di mil iki oleh tanah Ultisol, untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman E. urophylla yang baik, maka perlu dilakukan tindakan-tindakan silvikultur yang dapat menjadikan media tanam sesuai dengan yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya.


(10)

(Ultisol)

1. Struktur Tanah yang Kurang Mantap

Ultisol merupakan tanah yang mempunyai kandungan liat tinggi serta kandungan bahan organik yang rendah, sehingga struktur tanahnya kurang mantap dan terdispersi oleh tumbukan butir-butir hujan menjadi partikel tanah yang halus. Untuk itu perlu ada penambahan bahan organik sebagai perekat dan perangsang dalam pembentukan agregat tanah, serta sebagai bahan pemantapan agregat tanah.

2 . Infiltrasi dan Permeabilitas yang Lambat

Kandungan liat yang tinggi dikaitkan dengan ruang pori, aerasi sedikit dan permeabilitas air yang sangat rendah. Bila tanah terdapat pada suatu kemiringan tanah liat akan mudah terpengaruh erosi akibat dari kecepatan aliran permukaan yang besar. Secara khusus bila air masuk dengan cara infiltrasi di tanah segera permukaan tanah dijenuhi air. Setelah infiltrasi air bergerak ke bawah seperti aliran tidak jenuh yang tidak tergantung dari perbedaan potensi air dan konduktivitas tanah. Ta nah-ta na h de ngan kadungan liat tinggi membentuk renah-takanrenah-takan yang besar di musim kering yang memungkinkan air dari hujan lebat yang intensif bergerak cepat seperti aliran jenuh masuk jauh ke dalam tanah kering tanpa adanya aliran permukaan. Tetapi bila tanah ini menjadi basah pada musim hujan, infiltrasi mendekati nol dan hampir semua curah hujan mengalir sebagai aliran permukaan.

Pengolahan tanah dan pemberian bahan organik dapat mem-perbesar laju infiltrasi dan permeabilitas tanah sehingga ketersediaan air bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman semakin baik.


(11)

Sangat erat kaitannya dengan pori-pori tanah. Pori-pori t a n a h a d a l a h b a g i a n y a n g t i d a k t e r i s i b a h a n p a d a t t a n a h(17.erisi oleh udara dan air). Pori-pori tanah dapat dibedakan a e n j a d i p o r i - p o r i k a s a r ( m a c r o p o r e ) d a n p o r i - p o r i h a l u s (micro pore). Pori-pori kasar berisi udara atau air grafitasi (air yang mudah hilang karena gaya grafitasi), sedangkan poripori halus berisi air kapiler atau udara. Tanah-tanah pasir tenpunyai pori-pori kasar sulit menahan air sehingga tanaman mudah kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai pori-pori total (jumlah

pori-pori makro makro), lebih tinggi daripada tanah

pasir.Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah, tekstur tanah.Porositas tanah t i n g g i k a l a u b a h a n o r g a n i k t i n g g i . T a n a h d e n g a n s t r u k t u r granular atau remah, mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah dengan struktur massive (pejal). Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit nenahan air.

4. Kandungan Bahan Organik Rendah

Rendahnya kandungan bahan organik ini disebabkan oleh tingginya curah hujan dan suhu yang tinggi di daerah tropika menyebabkan reaksi kimia berjalan cepat sehingga proses pelapukan dan pencucian berjalan cepat.

P a d a s k a l a i k l i m m i k r o , c ur a h h u j a n m e r u p a k a n f a k t o r iklim yang paling berkuasa yang mempengaruhi jenis tanah di alam tropika. Pengaruh utama curah hujan pada tanah adalah pelapukan, pelindian dan pengembangan tanah. Air yang bertindak sebagai faktor yang selanjutnya mempercepat laju pelapukan ki mi a d a n per ub aha n penampang tanah. De ngan demi kian suhu tinggi di daerah tropika dan curah hujan tinggi membuat laju pelapukan yang cepat.


(12)

S t a b i l i t a s a g r e g a t t a n a h m e r u p a k a n s a l a h s a t u s i f a t fisika tanah yang sangat penting karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara tidak langsung, karena stabilitas agregat tanah mempengaruhi aerasi tanah. Kompos dapat meningk a t k a n s t a b i l i t a s a g r e g a t t a n a h , k a r e n a k o m p o s m e r u p a k a nsumber bahan organik yang kaya dengan hara seperti N, P dan K dapat disumbangkan ke dalam tanah dan secara fisik juga :spat memperbaiki sifat fisika tanah karena adanya asam-asam :rganik sebagai perangsang terbentuknya ikatan-ikatan antara partikel-partikel tanah me mbentuk agregat.

6. Bobot Isi Pada Lapisan Tanah Bawah Tinggi

Hal ini disebabkan oleh tekstur tanah yang berat sehingga bobot isi dan plastisitas tanah tinggi. Disamping itu sifat agregat tanah yang kurang stabil dan mudah terdispersi oleh tumbukan butir-butir hujan yang jatuh menimpanya. Butir-butir t a n a h y a n g t e r d i s p e r s i a k a n m e n u t u p i p o r i - p o r i t a n a h y a n g mengakibatkan laju infiltrasi dan permeabilitas lamb at dan a l i r a n p e r m u k a a n m e n i n g k a t . P e m b e r i a n k o m p o s d a r i t a n a m a n leguminosa pada Ultisol dapat menurunkan bobot isi dan meningkatkan air tersedia tanah.

7. pH Tanah Rendah

H a l i n i d i s e b a b k a n o l e h b a t u a n i n d u k y a n g m a s a m a k a n menghasilkan tanah-tanah masam, sedang batuan induk alkalis pad a umu mny a menghasilkan tanah-tanah alkalis, tetapi bila mengalami pencucian lanjut karena curah hujan tinggi dapat p u l a m e m b e n t u k t a n a h m a s a m . A d a n y a c u r a h h u j a n d a n s u h u tinggi di daerah tropika meny ebabkan reaksi kimia berjalan c e p a t s eh i n g g a p ro s e s p e l ap u k a n d an p e n cu c i an b e r j al a n c ep a t. A k i b a t n y a b a n y a k t a n a h m e n g a l a m i p e l a p u k a n l a n j u t , r e n d a h kadar unsur hara dan bereaksi masam. Topografi akan mempengaruhi berapa besarnya jumlah air hujan yang meresap atau ditahan masa tanah, dimana di daerah datar atau cekung dimana air t i d a k m u d a h h i l a n g d a r i t a n a h a t a u m e n g g e n a n g , d i d a e r a h b e r g e l o m b a n g , d r a i n a s e t a n a h l e b i h b a i k s e h i n g g a p e n g a r u h iklim (curah hujan dan suhu) lebih jelas dan pelapukan serta pencucian berjalan cepat yang mengakibatk an


(13)

tanah bereaksi masam atau pH rendah. Kemasaman tanah merupakan salah s a t u s i f a t y a n g p e n t i n g , s e b a b t e r d a p a t b e b e r a p a h u b u n g a n p h d e n g a n k e t e r s e d i a a n u n s u r h a r a , j u g a t e r d a p a t b e b e r a p a h u b u n g a nant a r a p H d a n s e m u a p e mb e n t u k a n s e r t a s i f a t - s i f a t t a n a h . Thtuk itu pH tanah perlu ditingkatkan agar unsur-unsur hara seperti P mudah diserap tanaman dan keracunan Al dapat

8. Kandungan Al, Fe dan Mn Tinggi

K a r e n a t a n a h i n i t e r b e n t u k d i d a e r a h b e r i k l i m b a s a h dengan curah hujan lebih dari 2000 mm per tahun tanpa bulan kering. Adanya curah hujan tinggi menyebabkan reaksi kimia berjalan cepat sehingga proses pelapukan dan pencucian berjalan cepat. Hal ini akan mengakibatkan tanah pH rendah, miskin hara, dengan cadangan mineral serta mempunyai kandungan Al,

Fe, Mn yang tinggi dapat bersifat racun bagi tanaman. Untuk memperbaiki kandungan seperti ini dapat dilakukan dengan cara pengapuran.

9. Kadar Unsur Hara Rendah

I n i t e r j a d i k a r e n a c u r a h h u j a n y a n g t i n g g i d i d a e r a h t r o p i k a m e n y e b a b k a n r e a k s i k i m i a b e r j a l a n c e p a t s e h i n g g a proses pelapukan dan pencucian berjalan cepat, sehingga kadar unsur hara rendah.


(14)

III.PERLAKUAN-PERLAKUAN UNTUK PERBAIKAN TANAH PODSOLIK MERAH KUNING (ULTISOL) AGAR TANAMAN Eucalyptus urophylla DAPAT TUMBUH DENGAN BAIK PADA

KETINGGIAN 0 - 400 M

A. Pengapuran

Kapur banyak mengandung unsur Ca pemberian kapur ke dalam ta na h pa da umumnya buka n kare na ta na h ke kuranga n unsur Ca tetapi karena tanah terlalu masam. Oleh karena itu pH tanah perlu dinaikkan agar unsur-unsur hara seperti P mudah diserap tanaman dan keracunan Al dapat dihindarkan.

1. Guna Pengapuran

a. Menaikkan pH tanah

b. Menambah unsur Ca dan Mg

c. Menambah ketersediaan unsur-unsur P dan Mo d. Mengurangi keracunan Fe, Al dan Mn

e. Memperbaiki kehidupan mikroorganisme dan memperbaiki pembentukan bintil-bintil akar

2. Perubahan Kapur yang Diberikan pada Tanah

a. Reaksi dengan CO2

Kapur, baik dioksida, maupun hidroksida atau karbonat, ditambahkan pada tanah asam jika terjadi pelarutan g e r a k a n n y a b e r u b a h m e n j a d i b e n t u k b i k a r b o n a t . I n i disebabkan oleh tekanan parsiel karbondioksida, yang bi a s a nya beb e r a p a r a t u s k a l i l e b i h b e s a r da r i uda r a atmosfir; umumnya is cukup kuat untuk mencegah terjadinya hidroksida atau bahkan karbonat. Reaksi untuk kapur kalsium murni adalah sebagai berikut :

Ca0 + H2 Ca(OH)2

Ca(OH)2 + 2H2CO3 Ca(HCO3)2 + 2H20 CaCO3 + H2CO3 Ca(HCO3)2


(15)

b. Reaksi dengan koloida tanah

H

Misel + Ca(OH)2 Ca Misel + 2H20 H

H

Misel + Ca(HCO3)2 Ca Misel + 2H20 + 2CO2 H ( t i d a k l a r u t )

H

Misel + CaCO3 Ca Misel + H20 + CO2 H fase padat

c. Penyebaran Ca dan mg dalam tanah berkapur

Ada tiga bentuk penyebaran Ca dan Mg dalam tanah berkapur yaitu : (1) sebagai kalsium-magnesium karbonat dan kalsium padat; (2) sebagai basa padat tertukar diadsorpsi oleh bahan koloida; dan (3) sebagai kation yang didisosiasikan dalam larutan tanah.

d. Pengangkutan Ca dan Mg

Pengangkutan ini dipengaruhi oleh ion-ion H yang dihasilkan oleh asam karbonat dan asam lainnya. Dengan c a r a i n i y a n g d i s e b u t k a p u r c a d a n g a n , b a i k k a r b o n a t maupun yang diadsorpsi lambat laun diberikan ke dalam larutan tanah dengan pertukaran basa.

3. Efek Kapur pada Tanah

a. Efek fisik

Dalam tanah berat selalu ada suatu kecenderungan bagi butir-butir halus untuk bergabung terlalu rapat. Keadaan semacam ini menghambat gerakan air dan udara, karena itu sangat diperlukan pembutiran (graulasi).


(16)

b. Efek Kimia

D i a n t a r a e f e k k i m i a y a n g k h a s d a r i k a p u r , y a n g paling umum dikenal ialah penurunan keasaman. Adapun efek yang tidak langsung adalah terhadap ketersediaan uns ur h a r a da n k e r a c una n uns u r t e r t e nt u. Pe nga pur a n tanah masam memperbesar tersedianya unsur seperti molibd e n u m , f o s f o r , k a l s i u m d a n m a g n e s i u m u n t u k d i s e r a p tumbuh-tumbuhan.

c. Efek biologis

Kapur menstimulir organisme tanah heterotrofik, dengan demikian meningkatkan kegiatan bahan organik dan nitrogen dalam tanah asam. Amonifikasi dan oksidasi sulfur akan dipercepat oleh kenaikan pH. Bakteri yang mengikat nitrogen dari udara, keduanya non simbiotik dan dalam bintil leguminose akan distimulasi oleh penambahan kapur. Nitrifikasi, peristiwa biologis yang sangat p e n t i n g me me r l uk a n a da nya ka t i on l o ga m. Ka l a u ka pur tidak mencukupi, perubahan yang diharapkan akan berlangsung lamban.

4. Jenis-jenis Kapur yang Digunakan untuk Pengapuran

a. Kapur Kalsit (CaCO3)

Terdiri atas batu kapur kalsit yang ditumbuk (digiling) sampai kehalusan tertentu.

b. Kapur Dolomit [Ca Mg(CO3)2]

Terdiri atas batu kapur dolomit yang ditumbuk (digi- ling) sampai kehalusan tertentu.

c. Kapur Bakar, quik lime (CaO)

Merupakan batu kapur yang dibakar sehingga terbentuk Ca0.

CaCO3 + panas CaO + CO3 (dibakar) kapur bakar


(17)

d. Kapur Hidrat, slaked lime [Ca(OH)2]

Ca0 + H20 C a ( O H )2 + p a n a s diberi air kapur hidrat

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Kapur

a. Tanah

• Tekstur dan struktur } permukaan • Jumlah bahan organic}

• pH } subsoil • Tekstur dan struktur }

b. Tanaman yang akan tumbuh

c. Macam kapur yang dipakai dan komposisi kimianya d. Kehalusan batu kapur

B. Penggunaan Bahan Organik

1. Pengaruh Bahan Organik Terhadap Sifat Tanah

a . A k i b a t n y a k e p a d a w a r n a t a n a h me m b u a t t a n a h b e r w a r n a coklat sampai hitam

b. Pengaruh pada sifat fisik tanah

• meningkatkan pembutiran (granulasi) • mengurangi plastisitas, kohesi dan lain-lain • menaikkan kemampuan mengikat H20 c. Kemampuan adsorpsi kation tinggi

d. Persediaan dan tersedianya unsur hara • mengandung kation yang mudah diganti • N, P dan S terikat dalam bentuk organik • ekstrasi unsur mineral oleh asam humus

2. Kondisi yang Mempengaruhi Ketersediaan Bahan Organik

a. Pengaruh Iklim

Keadaan iklim terutama suhu dan curah hujan sangat mempengaruhi banyaknya bahan organik yang terdapat didalam tanah. Dari iklim yang


(18)

lebih panas ke iklim yang lebih dingin bahan organik tanah cenderung naik. Umumn y a d e k o m p o s i s i b a h a n o r g a n i k d i p e r c e p a t d i d a e r a h beriklim panas, sedangkan di dae rah berikl i m se da ng diperlambat.

b. Pengaruh Tekstur, Drainase dan Faktor Lain

Pada tekstur tanah, jika faktor yang lain tetap, t e k s t u r t a n a h m e m p e n g a r u h i p e r s e n t a s e h u m u s . T a n a h berpasir lebih sedikit mengandung bahan organik daripada tanah yang bertekstur halus.

c. K a n d u n g a n K a p u r , E r o s i d a n V e g e t a s i P e n u t u p T a n a h

Merupakan faktor yang dapat mempengaruhi penimbunan dan aktivitas bahan organik.

B. 1. Pupuk Kandang

Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang tidak terlalu tinggi, tetapi jenis pupuk ini mempunyai keistimewaan yaitu dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kation-kation. Secara umum dapat disebutkan bahwa setiap ton pupuk kandang mengandung 5 kg N, 3 kg P205 dan 5 kg K20 serta unsur-unsur hara esensial lain dalam jumlah relatif kecil.

B. 2. Pupuk Hijau

Pupuk hijau dapat diartikan sebagai hijauan muda, dan dapat sebagai penambah N dan unsur-unsur lain atau sisa-sisa tanaman yang dikembalikan ke tanah.

a. Keuntungan Pemupukan dengan Pupuk Hijau • Mensupalai bahan organik

• Penambahan nitrogen

Penambahan pupuk hijau tidak hanya menambah karbon organik dalam tanah, tetapi juga mengembalikan nitrogen tanah. Besar kecilnya jumlah nitrogen tergantung kepada bahan


(19)

hijauan, kalau yang dibenamkan itu legum i n o s e d a n o r g a n i s me , b i n t i l s u d a h b e k e r j a d e n g a n giat, nitrogen dapat ditingkatkan. • Keuntungan secara Biokimia

B a h a n o r g a n i k y a n g d i t a m b a h k a n d a l a m p u p u k h i j a u b e r f u n g s i s e b a g a i m a k a n a n u n t u k o r g a n i s m e t a n a h . Proses biokimia ini sangat penting dalam menghasilkan Okarbondioksida, amonium, nitrat, dll.

• Pengawetan dan tersedianya unsur hara

Tanaman pupuk hijau yang sedang tumbuh mempengaruhi unsur hara dalam tanah, karena mengambil unsur yang larut yang dapat hilang oleh drainase atau aerasi.

b. Syarat-syarat Tanaman untuk dijadikan Pupuk Hijau • cepat tumbuh dan banyak menghasilkan bahan hijauan • sukulen, tidak banyak mengandung kayu

• banyak mangandung N • tahan kekeringan

• bila sebagai tanaman sela, dipilih jenis yang tidak merambat c. Teknik Penggunaan Pupuk Hijau

• Di daerah dengan curah hujan rendah

Penggunaan pupuk hijau harus hati-hati. Air tersedia yang harus digunakan oleh tanaman berikutnya dapat dipakai oleh pupuk hijau itu sendiri atau oleh proses pelapukan dan mengakibatkan tanah ringan dan terbuka.

• Keadaan pada waktu pembenaman

Pada umumnya pembenaman yang paling baik ialah kalau sekulennya mendekati maksimum dan pada waktu bagian tanaman di atas tanah dihasilkan sebaik-baiknya. Sebagian besar pupuk hijau mencapai keadaan ini pada w a k t u s e t e n g a h u mu r . K a n d u n g a n l i g n i n d a n s e n y a w a lain yang tahan terhadap serangan mikroba masih rendah.


(20)

B. 3. Humus

Humus adalah campuran kompleks dan agak resisten, terdiri dari bahan-bahan amorf yang masih berwarna coklat atau coklat kelam dan koloida yang telah mengalami perubahan dari jaringan asal atau telah disintesa oleh macam-macam organisne tanah.

a. Sifat dan Ciri-ciri Humus

• Mempuyai kemampuan adsorpsi

Humus ialah suatu koloida tingkat tinggi, tetapi tidak serupa dengan mineral pasangannya dalam tanah, yaitu berbentuk amorf bukan hablur. Permukaan dan kemampuan adsorpsi jauh lebih besar daripada lempung. Pada umumnya 1 % humus dalam tanah mineral di bawah keadaan lembab sedang, menunjukkan suatu kemampuan menukar kation kira-kira 2 meter per 100 gram tanah. Kemampuan adsorpsi air pada humus yang dibentuk pada tanah mineral dapat mencapai 80 - 90 %.

• Sifat Fisik

Sifat liat (plastisitas) dan kohesi humus yang rendah mempunyai arti penting dalam praktek. Pemeliharaan humus dalam tanah bertekstur halus membantu memperbaiki struktur yang kurang sesuai, yang disebabkan oleh besarnya jumlah lempung. Humus meningkatkan perkembangan granulasi dengan baik.

• Susunan koloida

Humus tanah sebagai suatu kompleks koloida dalam banyak hal tersusun sama seperti lempung. Modifikasi lignin poliuronida, lempung protein dan juga senyawa lain berfungsi sebagai misel yang kompleks.Dalam keadaan biasa misel ini mengandung muatan negatif yang t i d a k t e r h i t u n g j u m l a h n y a . K a l a u h a b l u r s i l i k a t tersusun dari Si, 0, Al dan Fe, misel


(21)

humus tersusun dari C, H, 0, N, S, P dan lain-lain. Muatan

negatif berasal dari gugusan -COOH dan OH mungkin hidrogennya diganti oleh pertukaran kation.

B.4. Keuntungan Penggunaan Bahan Organik

Selain menambah hara bahan organik dapat pula memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation, menambah kemampuan tanah menahan air, dan meningkatkan kegiatan biologi tanah. Pada beberapa tanah masam bahan organik dapat mening-katkan pH tanah (menetralkan Al dengan membentuk kompleks Al organik). Bahan organik dapat juga meningkatkan ketersediaan unsur mikro misalnya melalui khelat unsur mikro dengan bahan organik. Kemudian bahan organik tidak menimbulkan polusi lingkungan.

C. Penggunaan Organisme Tanah

C.1. K e gi at an O r g ani s ne Ta nah ya ng M e ng unt ungk a n T anam a n Tingkat Tinggi

• Dekomposisi bahan organik

Sumbangan fauna dan flora tanah yang sangat nyata pada tanaman tingkat tinggi ialah dalam hal dekomposisi bahan organik. Dalam proses ini sisa tumbuhan dihancurkan sedang pertumbuhan yang tidak dikehendaki dicegah. Selanjutnya unsur hara yang terikat dalam senyawa organik dalam sisa ini dilepaskan untuk digunakan oleh tumbuhan.

• Perubahan anorganik


(22)

nitrat dalam tanah adalah basil rangkaian perubahan biokimia yang panjang, dimulai dengan protein dan senyawa yang sehubungan.

• Fiksasi Nitrogen

Nitrogen sangat banyak jumlahnya di dalam atmosfir namun tidak dapat digunakan langsung oleh tanaman tingkat tinggi. Unsur tersebut harus berbentuk senyawa sebelum menjadi unsur hara yang dapat dimanfaatkan. Ada dua golongan bakteri yang mengambil bagian dalam menangkap gas nitrogen, organisme nodul, terutama dari leguminose.

C. 2. Makrofauna

• Cacing tanah

Cacing tanah tidak makan vegetasi hidup, tetapi hanya makan bahan organik mati baik sisa-sisa hewan atau tanaman. Lebih menyukai tanaman berdaun lebar (decideous) daripada tanaman berdaun jaram. Bahan organik dan tanah halus yang dimakan kemudian dikeluarkan sebagai kotoran (eksresi) yang berupa agregat-agregat berbentuk granular dan tahan terhadap pukulan-pukulan air hujan, serta banyak mengandung unsur hara yang siap tersedia bagi tanaman.

• Arthropoda dan Moluska

Dapat membantu memperbaiki tata udara tanah dengan jalan membuat lubang-lubang kecil pada tanah dan dari kotorannya dapat membentuk stabilitas agregat tanah.


(23)

C. 3. Mikroflora

• Bakteri Autotroph

Bakteri ini dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah sehubungan dengan caranya untuk mendapatkan energi. Bakteri autotroph dalam tanah yang terpenting adalah bakteri

nitrifikasi yang dapat mengoksidasi amonia

nitrit (oleh Nitrosomonas) dan nitrit

nitrat (oleh Nitrobacter) dengan reaksi sebagai berikut :

Bakteri Bakteri

NH4+ NO2- NO3- Nitrosomonas Nitrobacter

Amonium Nitrit Nitrat (dapat diserap tanaman) (beracun, hanya sementara) (dapat diserap tanaman)

• Bakteri Heterotroph

Bakteri ini paling bertanggung jawab dalam dekomposisi bahan-bahan organik.

• Bakteri Simbiotik

Bakteri yang dapat mengikat N dari udara, yang hidup bersimbiosa dengan bintil-bintil akar.

• Bakteri Non Simbiotik

Bakteri yang dapat mengikat N dari udara yang hidup bebas di dalam tanah.

• Mycorhiza

Fungi ini membantu akar tanaman meningkatkan penyerapan unsur hara dengan meningkatkan luas permukaan akar yang efektif dalam menyerap unsur hara.


(24)

D. Pemupukan dengan Pupuk Buatan

Pemupukan adalah penambahan zat hara tanaman ke dalam tanah, termasuk penambahan bahan-bahan lain yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah misalnya pemberian pasir pada tanah liat, penambahan tanah mineral pada tanah organik, dan lain-lain.

Produktivitas suatu tempat tumbuh dapat dimodifikasi, cara yang paling umum untuk meningkatkan produktivitas adalah melalui pemupukan, yang meningkatkan hara tempat tumbuh dengan menambahkan sumber hara yang langsung tersedia.Pengelolaanvegetasi menghendaki pengertian suplai hara, kebutuhan hara dan siklus hara. Di antara semua unsur hara, nitrogen merupakan hara pembatas pertumbuhan yang utama.

D. 1. Sifat-sifat Pupuk

• Kadar unsur hara

Banyaknya unsur hara yang dikandung oleh suatu pupuk merupakan faktor utama menilai pupuk tersebut, karena jumlah unsur hara menentukan kemampuannya untuk menaikkan kadar unsur hara dalam tanah.

• Higroskopisitas

Higroskopisitas adalah mudah tidaknya pupuk menyerap u a p a i r y a n g a d a d i u d a r a . P u p u k y a n g h i g r o s k o p i s , kurang baik karena mudah menjadi basah atau mencair bila tidak tertutup sehingga perlu penyimpanan yang baik.

• Kelarutan

Kelarutan menunjukkan mudah tidaknya pupuk larut dalam air. Hal ini berarti juga mudah tidaknya unsur yang dikandung di dalam pupuk diambil oleh tanaman.

• Kemasaman

P u p u k d a p a t b e r e a k s i f i s i o l o g i s ma s a m , n e t r a l a t a u alkalis. Pupuk yang bersifat masam dapat menurunkan pH tanah menjadi lebih masam, sedang pupuk yang bersifat alkalis dapat menaikkan


(25)

pH tanah.

• Cara bekerjanya

Yang dimaksud dengan cara bekerjanya pupuk adalah waktu yang diperlukan hingga pupuk tersebut dapat diserap oleh tanaman. • Salt Index (Indeks Garam)

Pemupukan meningkatkan konsentrasi garam dalam larutan tanah. Salt index suatu pupuk diukur berdasarkan kenaikan tekanan osmotik.

D. 2. Dasar-dasar Pemupukan

• Jenis tanaman yang akan dipupuk

• Jenis tanah yang akan dipupuk

• Jenis pupuk yang digunakan

• Dosis yang diberikan

• Waktu pempukan

• Cara pemupukan

E. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah merupakan suatu usaha menciptakan kondisi fisika tanah yang balk bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Hillel dan Rawitz (1972) pengolahan tanah yaitu usaha untuk memecahkan lapisan tanah yang padat menjadi bongkah-bongkah y a n g bes ar da n ke mudia n bongka h ta nah pe cah me nja di butirbutir halus agar diperoleh hubungan partikel tanah dan akar cukup luas selama masa pertumbuhan, sehingga air dan unsur hara dapat diserap oleh tanaman.

E. 1. Tujuan Pengolahan Tanah

• Menyiapkan tempat tumbuh bibit

• Menyiapkan daerah perakaran lebih baik

• Membenamkan sisa tanaman dan memberantas gulma • Mencampurkan bahan organik dan pupuk dengan tanah • Mempertahankan kelembaban tanah


(26)

• Mengusahakan agar pori-pori tanah tetap stabil selama masa pertumbuhan tanaman

• Menciptakan pori tanah dengan ukuran-ukuran tertentu sehingga daya pegang air cukup besar

• Memperluas daerah perakaran tanaman

• Memperbaiki sifat kimia serta meningkatkan aktivitas biologi tanah (Bever. 1962 dan Hermanto, 1984).


(27)

PUSTAKA ACUAN

Fakulta s Ke hut anan I PB. 1980 Pengujian Efektifitas Cendawan Pisolithus tinctorus dan Rhizopogon sp. Terhadap Pertumbuhan Anakan Eucalyptus urophylla Blake. Fakultas Kehutanan IPB. Tidak diterbitkan.

Buckman, H. 0. dan N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bharatara Karya Aksara. Jakarta.

D j a p i l u s d a n S u h a e n d i . 1 9 7 8 . S t u d i P e n g a r u h T r i c h o d e r m a viridae dan Scleroderma sp. Terhadap Pertumbuhan Semai E. urophylla Blake Pada Media Serbuk Gergaji Jeunjing dan Kelapa. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB. Tidakditerbitkan.

D o r a n d a n K l e i n i g . 1 9 7 9 . P e n g a r u h J e n i s M e d i u m T e r h a d a p P e r t u m b u h a n S e m a i E u c a l y p t u s u r o p h y l l a D a l a m K a n t o n g Plastik Hitam. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB. Tidak diterbitkan.

Ewussie, J. Y. Pengantar Ekologi Tropika, Membicarakan Alam Tropika Afrika, Asia Pasifik dan Dunia Baru. Penerjemah Usman Tanuwidjaja. ITB Bandung. Bandung

Foth, H. D. 1991. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hakim, N. , M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M.R.Saul, M. A.DihadanGoBangHong.1986.Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

H a r d j o w i g e n o , S . 1 9 9 0 . G e n e s i s d a n K l a s i f i k a s i Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

PT.Melton Putra1992. Ilmu Tanah. PT. Melton Putra. Jakarta.

Osman, B. 1990. Perbaikan Beberapa Sifat Kimia dan Kandungan Air Tanah Podsolik Merah Kuning Sitiung Dengan Pemberian Kapur Pada Berbagai Kedalaman Serta Efeknya Terhadap Perakaran dan Hasil Jagung. Disertasi Doktor Universitas Padjajaran Bandung. Bandung. Puslit Universitas Andalas. 1991. Pengaruh Berbagai Sistem

Pengolahan Tanah dengan Pemberian Mulsa Terhadap Sifat Fisika Tanah dan H a s i l J a g u n g P a d a T a n a h P o d s o l i k . P u s l i t U n i v e r s i t a s Andalas. Padang.

Saidi, B.1994. Rehabilitasi Sifat-sifat Ultisol (Typic Kandiudults) Sitiung dengan Komposdan Gambut.Tesis Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.


(28)

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soe pra ptohardj o, M. 1978. Penatara n Asi ste n Soil Survai I Lembaga

Penelitian Tanah. Bogor.

Sudjadi, M.1984. Masalah Kesuburan Tanah Podsolik Merah Kuning dan Kemungkinan Pemecahannya.

Suwardjo, N., Sinukaban dan A. Barus. 1984.Masalah Erosi dan Kerusakan Tanah di Daerah Transmigrasi. Prosiding Cisarua Bogor.


(1)

C. 3. Mikroflora

• Bakteri Autotroph

Bakteri ini dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah sehubungan dengan caranya untuk mendapatkan energi. Bakteri autotroph dalam tanah yang terpenting adalah bakteri

nitrifikasi yang dapat mengoksidasi amonia

nitrit (oleh Nitrosomonas) dan nitrit

nitrat (oleh Nitrobacter) dengan reaksi sebagai berikut :

Bakteri Bakteri

NH4+ NO2- NO3- Nitrosomonas Nitrobacter

Amonium Nitrit Nitrat (dapat diserap tanaman) (beracun, hanya sementara) (dapat diserap tanaman)

• Bakteri Heterotroph

Bakteri ini paling bertanggung jawab dalam dekomposisi bahan-bahan organik.

• Bakteri Simbiotik

Bakteri yang dapat mengikat N dari udara, yang hidup bersimbiosa dengan bintil-bintil akar.

• Bakteri Non Simbiotik

Bakteri yang dapat mengikat N dari udara yang hidup bebas di dalam tanah.

• Mycorhiza

Fungi ini membantu akar tanaman meningkatkan penyerapan unsur hara dengan meningkatkan luas permukaan akar yang efektif dalam menyerap unsur hara.


(2)

D. Pemupukan dengan Pupuk Buatan

Pemupukan adalah penambahan zat hara tanaman ke dalam tanah, termasuk penambahan bahan-bahan lain yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah misalnya pemberian pasir pada tanah liat, penambahan tanah mineral pada tanah organik, dan lain-lain.

Produktivitas suatu tempat tumbuh dapat dimodifikasi, cara yang paling umum untuk meningkatkan produktivitas adalah melalui pemupukan, yang meningkatkan hara tempat tumbuh dengan menambahkan sumber hara yang langsung tersedia.Pengelolaanvegetasi menghendaki pengertian suplai hara, kebutuhan hara dan siklus hara. Di antara semua unsur hara, nitrogen merupakan hara pembatas pertumbuhan yang utama.

D. 1. Sifat-sifat Pupuk • Kadar unsur hara

Banyaknya unsur hara yang dikandung oleh suatu pupuk merupakan faktor utama menilai pupuk tersebut, karena jumlah unsur hara menentukan kemampuannya untuk menaikkan kadar unsur hara dalam tanah.

• Higroskopisitas

Higroskopisitas adalah mudah tidaknya pupuk menyerap u a p a i r y a n g a d a d i u d a r a . P u p u k y a n g h i g r o s k o p i s , kurang baik karena mudah menjadi basah atau mencair bila tidak tertutup sehingga perlu penyimpanan yang baik.

• Kelarutan

Kelarutan menunjukkan mudah tidaknya pupuk larut dalam air. Hal ini berarti juga mudah tidaknya unsur yang dikandung di dalam pupuk diambil oleh tanaman.

• Kemasaman

P u p u k d a p a t b e r e a k s i f i s i o l o g i s ma s a m , n e t r a l a t a u alkalis. Pupuk yang bersifat masam dapat menurunkan pH tanah menjadi lebih masam, sedang pupuk yang bersifat alkalis dapat menaikkan


(3)

pH tanah. • Cara bekerjanya

Yang dimaksud dengan cara bekerjanya pupuk adalah waktu yang diperlukan hingga pupuk tersebut dapat diserap oleh tanaman. • Salt Index (Indeks Garam)

Pemupukan meningkatkan konsentrasi garam dalam larutan tanah. Salt index suatu pupuk diukur berdasarkan kenaikan tekanan osmotik.

D. 2. Dasar-dasar Pemupukan

• Jenis tanaman yang akan dipupuk

• Jenis tanah yang akan dipupuk

• Jenis pupuk yang digunakan

• Dosis yang diberikan

• Waktu pempukan

• Cara pemupukan

E. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah merupakan suatu usaha menciptakan kondisi fisika tanah yang balk bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Hillel dan Rawitz (1972) pengolahan tanah yaitu usaha untuk memecahkan lapisan tanah yang padat menjadi bongkah-bongkah y a n g bes ar da n ke mudia n bongka h ta nah pe cah me nja di butirbutir halus agar diperoleh hubungan partikel tanah dan akar cukup luas selama masa pertumbuhan, sehingga air dan unsur hara dapat diserap oleh tanaman.

E. 1. Tujuan Pengolahan Tanah

• Menyiapkan tempat tumbuh bibit

• Menyiapkan daerah perakaran lebih baik

• Membenamkan sisa tanaman dan memberantas gulma • Mencampurkan bahan organik dan pupuk dengan tanah • Mempertahankan kelembaban tanah


(4)

• Mengusahakan agar pori-pori tanah tetap stabil selama masa pertumbuhan tanaman

• Menciptakan pori tanah dengan ukuran-ukuran tertentu sehingga daya pegang air cukup besar

• Memperluas daerah perakaran tanaman

• Memperbaiki sifat kimia serta meningkatkan aktivitas biologi tanah (Bever. 1962 dan Hermanto, 1984).


(5)

PUSTAKA ACUAN

Fakulta s Ke hut anan I PB. 1980 Pengujian Efektifitas Cendawan Pisolithus tinctorus dan Rhizopogon sp. Terhadap Pertumbuhan Anakan Eucalyptus urophylla Blake. Fakultas Kehutanan IPB. Tidak diterbitkan.

Buckman, H. 0. dan N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bharatara Karya Aksara. Jakarta.

D j a p i l u s d a n S u h a e n d i . 1 9 7 8 . S t u d i P e n g a r u h T r i c h o d e r m a viridae dan Scleroderma sp. Terhadap Pertumbuhan Semai E. urophylla Blake Pada Media Serbuk Gergaji Jeunjing dan Kelapa. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB. Tidakditerbitkan.

D o r a n d a n K l e i n i g . 1 9 7 9 . P e n g a r u h J e n i s M e d i u m T e r h a d a p P e r t u m b u h a n S e m a i E u c a l y p t u s u r o p h y l l a D a l a m K a n t o n g Plastik Hitam. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB. Tidak diterbitkan.

Ewussie, J. Y. Pengantar Ekologi Tropika, Membicarakan Alam Tropika Afrika, Asia Pasifik dan Dunia Baru. Penerjemah Usman Tanuwidjaja. ITB Bandung. Bandung

Foth, H. D. 1991. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hakim, N. , M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M.R.Saul, M. A.DihadanGoBangHong.1986.Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

H a r d j o w i g e n o , S . 1 9 9 0 . G e n e s i s d a n K l a s i f i k a s i Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

PT.Melton Putra1992. Ilmu Tanah. PT. Melton Putra. Jakarta.

Osman, B. 1990. Perbaikan Beberapa Sifat Kimia dan Kandungan Air Tanah Podsolik Merah Kuning Sitiung Dengan Pemberian Kapur Pada Berbagai Kedalaman Serta Efeknya Terhadap Perakaran dan Hasil Jagung. Disertasi Doktor Universitas Padjajaran Bandung. Bandung. Puslit Universitas Andalas. 1991. Pengaruh Berbagai Sistem

Pengolahan Tanah dengan Pemberian Mulsa Terhadap Sifat Fisika Tanah dan H a s i l J a g u n g P a d a T a n a h P o d s o l i k . P u s l i t U n i v e r s i t a s Andalas. Padang.

Saidi, B.1994. Rehabilitasi Sifat-sifat Ultisol (Typic Kandiudults) Sitiung dengan Komposdan Gambut.Tesis Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.


(6)

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soe pra ptohardj o, M. 1978. Penatara n Asi ste n Soil Survai I Lembaga

Penelitian Tanah. Bogor.

Sudjadi, M.1984. Masalah Kesuburan Tanah Podsolik Merah Kuning dan Kemungkinan Pemecahannya.

Suwardjo, N., Sinukaban dan A. Barus. 1984.Masalah Erosi dan Kerusakan Tanah di Daerah Transmigrasi. Prosiding Cisarua Bogor.