Tanah Podsolik Merah Kuning

dari sedang sampai tinggi. Dalam Anonymous 1980 E. urophylla merupakan pohon yang dapat mencapai tinggi lebih dari 55 meter dengan diameter batang lebih dari 200 cm. Setengah sampai 23 tinggi pohon umumnya bulat lurus. Daun agak berhadapan sampai berseling, bertangkai lebar dan meruncing dan makin ke ujung menyempit runcing seakan-akan berakhir pada satu titik, ukuran 12 - 20 cm x 2 -5 cm, daun agak tebal dan sedikit pucat. Tulang daun lateral t a mp a k j e l a s , t u l a n g d a u n b a g i a n d a l a m b e r d e k a t a n t e t a p i berbeda dengan tulang daun tepi. Bunga terbentuk pada ketiak dengan pedicel meruncing dan peduncle yang agak datar atau rata. Buah berbentuk agak kerucut. Kayu Eucalyptus banyak digunakan untuk bangunan berat dan ringan, kayu lapis, pulp dan kertas Djapilus dan Suhaendi, 1978. Dalam program reboisasi dan Penghijauan Nasional jenis ini termasuk salah satu dari yang diprioritaskan penanamannya pada hutan serbaguna dan hutan rakyat untuk bahan baku bangunan dan kayu bakar pada lahan kritis.

B. Tanah Podsolik Merah Kuning

Menurut Sudjadi 1984 luas Podsolik. Merah Kuning meliputi 48,3 juta hektar yang tersebar luas di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Berdasarkan klasifikasi tanah Dudal dan Soepraptohardjo tahun 1961 dalam Hardjowigeno 1990 ta nah Podsol ik Me rah Kuning i ni setara dengan Ultisol berdasarkan sistem USDA -Soil Taxonomy tahun 1975. Dipertegas lagi oleh Hardjowigeno 1992 bahwa Po ds olik M erah Kun in g ya ng da pat diset arak an dengan Ultisol adalah yang mempunyai epidon okrik dan horizon argilik atau horizon kondik. U l t i s o l m e r u p a k a n t a n a h m i n e r a l y a n g b e r k e m b a n g d a n m e n g a l a m i p e l a p u k a n l a n j u t d a n p e n c u c i a n y a n g i n t e n s i f . Adanya pencucian yang intensif menyebabkan tanah ini bereaksi ma s a m d a n k e j e n u h a n b a s a r e n d a h s a mp a i k e l a p i s a n b a w a h . Dis a mpin g itu s uhu ya ng cukup ti nggi menunja ng terj adinya pembentukan mineral liat yang didominasi oleh mineral liat, kalinit dan gibsit. Proses pencucian liat menghasilkan horizon albik di lapisan tanah bawah. Bersamaan dengan pencucian liat juga terjadi proses podsolisasi dimana sesquioksida besi dipindahkan dari horizon albik ke horizon argilik Hardjowige no, 1990. Lapisan tanah bawah merupakan horizon argilik yang berte k s t u r l i a t , y a n g m e m p u n y a i b o b o t i s i t i n g g i d a n k e m a n t a p a n a g r e gat tanah Dudal dan Soepraptohardjo tahun 1957 dalam Rus man, 1990. Horizon argilik ini mempunyai kandungan liat lebih ti n g g i d a r i p a d a h o r i z o n d i a t a s n y a S o i l S u r v e y S t a f f , 1 9 9 0 . Kandungan liat yang tinggi ini menyebabkan bobot isi tanah kedap air, laju infiltrasi rendah dan aliran permukaan dan erosi meningkat. Lal dan Greenland 1984 juga menyatakan bahwa tanah- tanah yang didominasi oleh mineral liat kaolinit mempunyai daya pegang air yang rendah. Hal ini menyebabkan terg an gg un ya perke mbanga n pera kara n se hingga akar tanama n tidak dapat menembus lapisan tanah bawah menyerap hara dan memanfaatkan air tanah dan akibatnya hasil tanaman rendah. Selanjutnya Rusman 1990 juga menyatakan bahwa kendala sifat f i s i k a u l t i s o l d i S i t i u n g a d a l a h r e n d a h n y a k e t e r s e d i a a n a i r tanah, karena tidak meratanya curah hujan dan rendahnya kemampuan tanah menahan air sehingga dapat menyebabkan cekaman air stress pada tanaman. Di Indonesia Ultisol banyak ditemukan di daerah bertopografi datar sampai berbukit pada ketinggian 50 m sampai 350 m dari permukaan laut, suhu tanah rata-rata lebih dari 8°C dan curah hujan tahunan antara 2500 sampai 3500 mm Hardjowigeno, 1 9 9 0 d a n S o e p r a p t o h a r d j o , 1 9 7 8 . S e b a g a i c o n t o h d i a m b i l Ultisol yang berada di Aripan Solok Sumatera Barat, berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman 1979 dalam LPT 1983 termasuk zone agroklimat C 2 yaitu mempunyai jumlah bulan basah antara lima sampai enam bulan dan jumlah bulan kering dua sampai tiga bulan. Menurut Suwardjo, Sinukaban dan Barus 1984 sifat fisika Ultisol ini umumnya buruk hal ini terlihat dari : 1 struktur tanah kurang gembur, 2 konsistensinya lekat dan 3 aerasi- ya buruk. Selanjutnya Sudjadi 1984; Rusman 1991 dan Saidi 1994 menyatakan sifat fisika Ultisol buruk karena 1 kandungan bahan organik rendah; 2 bobot isi pada lapisan tanah bawah tinggi; 3 stabilitas agregat kurang stabil, laju i n f i l t r a s i d a n p e r m e a b i l i t a s l a m b a t y a n g a k i b a t n y a b a h a y a erosi meningkat; dan 5 daya pegang air rendah. Meskipun kesuburan alamiah Ultisol tidak sebaik Alfisol a t a u M o l l i s o l , t a n a h i n i m e m b e r i k a n r e s p o n b a i k t e r h a d a p pengelolaan yang tepat. Liat tanah ini tergolong tipe 1 : 1 bersama dengan oksida besi dan aluminium, yang menjamin daya o l a h y a n g b a i k . D e n g a n p e mb e r i a n p u p u k b u a t a n y a n g c u k u p tanah ini sangat produktif Soepardi, 1983.

II. PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN PERMASALAHAN PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING ULTISOL

A. Permasalahan-permasalahan yang Terdapat pada Tanah Ultisol