1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara etimiologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Defenisi remaja adolescent menurut organisasi kesehatan dunia WHO periode usia
antara 10 sampai 19 tahun. Erikson dalam Kusmiran, 2011 berpendapat bahwa untuk menjadi dewasa, remaja akan melalui masa krisis dimana remaja berusaha
untuk mencari identitas diri search for self-identity. Selama proses pencarian jati diri, remaja sering memanifestasikan perilaku
yang mengandung risiko dan berdampak negatif bagi dirinya seperti terjadinya kasus yang berhubungan dengan penyimpangan perilaku seksual Maolinda,
2012. Masalah seksual pada remaja saat ini adalah kehamilan remaja, penyalahgunaan seksual, kehamilan diluar nikah, penyalahgunaan dan
ketergantungan napza, yang dapat menyebabkan penularan HIVAIDS melalui jarum suntik dan melalui hubungan seksual Pinem, 2009. Sahara 2006 dalam
Maolinda, 2012 menyebutkan bahwa masalah kesehatan seksual pada remaja terjadi akibat minimnya pengetahuan dan bimbingan tentang kesehatan reproduksi
bagi remaja. Remaja berusia sebelum 18 tahun yang telah berhubungan seksual akan
berisiko terkena kanker serviks 5 kali lipat Rasjidi, 2008. Diananda 2009 menegaskan bahwa remaja berusia dibawah 16 tahun yang sudah melakukan
hubungan seksual bisa 10-12 kali lebih besar kemungkinan terserang kanker serviks daripada mereka yang telah berusia 20 tahun ke atas. Penyebab utama
Universitas Sumatera Utara
terjadinya kanker serviks adalah karena terinveksi virus HPV, merokok, melakukan seks pada usia dini, berganti-ganti pasangan seksual, sistem
kekebalannya terganggu, serta penggunaan pil KB juga merupakan penyebab terjadinya kanker serviks Dewi, 2010.
WHO memperkirakan angka kematian akibat kanker serviks akan meningkat sampai 25 untuk 10 tahun kedepan. Keterlambatan diagnosis pada
stadium lanjut serta keadaan umum yang lemah, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis
histopologi dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita Rasjidi dan Henri, 2007.
Menurut data dari Globocan dalam International Agency for Research on Cancer IARC tahun 2012, kanker serviks menempati urutan ke-4 terbanyak dari
seluruh kanker yang terjadi pada wanita dengan angka kejadian di dunia sebanyak 528.000 kasus, angka kematian akibat kanker serviks sebanyak 256.000 jiwa.
Sementara di Asia Tenggara berdasarkan WHO South-East Asia Region SEARO terdapat angka kejadian kanker serviks sebanyak 175.000 kasus dengan angka
kematian sebanyak 94.000 jiwa. Berdasarkan data dari sistem informasi RS tahun 2010, jumlah pasien
rawat inap akibat kanker serviks di seluruh RS di Indonesia menempati posisi kedua terbanyak setelah kanker payudara dengan presentasi sebanyak 12,8 atau
5.349 kasus Kemenkes, 2014. Berdasarkan estimasi Globocan, IARC tahun 2012 juga menegaskan bahwa terdapat 17 per 100.000 wanita terkena kanker
serviks Kemenkes, 2014. Kota Medan sendiri data dari RSUP H. Adam Malik
Universitas Sumatera Utara
Medan tahun 2011 terdapat pasien kanker serviks sebanyak 367 orang dengan paritas yang paling sering adalah 3-5 anak Arief, 2013.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mutia Efrida tahun 2013 mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Minat Remaja Putri Dengan Pencegahan
Kanker Serviks di Madrasah Aliyah Negeri Darussalam Kabupaten Aceh Besar”, dengan besar sampel 70 responden, menggunakan penelitian deskriptif yang
menggunakan pendekatan cross sectional didapati hasil untuk variabel pengetahuan tentang kanker serviks yaitu 41,4 remaja puteri memiliki
pengetahuan baik, 8,6 pengetahuan cukup, sedangkan 50 remaja puteri memiliki pengetahuan kurang Efrida, M., 2013. Penelitian yang dilakukan oleh
Berlian dkk tahun 2012 mengenai “Sikap remaja perempuan terhadap pencegahan kanker serviks melalui vaksinasi HPV di kota Semarang”, dengan
besar sampel 85 responden didapati hasil untuk variabel sikap tentang kanker serviks adalah 92,9 remaja puteri memiliki sikap keyakinan yang baik dan 7,1
memiliki sikap yang tidak yakin Rachmani dkk, 2012. Berdasarkan latar belakang diatas dan tingginya resiko terjadinya kanker
serviks serta didapati keterangan dari bagian tata usaha diketahui bahwa disekolah SMA Negeri 2 Pematangsiantar sering diadakan penelitian, tetapi masih belum
pernah dilakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan dan sikap tentang kanker serviks, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan melihat
bagaimana pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Rumusan masalah Sesuai dengan latar belakang permasalahan di atas maka rumusan masalah
dari penelitian ini adalah bagaimanakah pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA negeri 2 Pematangsiantar.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui “Pengetahuan dan Sikap Remaja Puteri Tentang
Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar” 1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk: a. Untuk mengetahui pengetahuan remaja puteri tentang kanker serviks di
SMA Negeri 2 Pematangsiantar b. Untuk mengetahui sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA
Negeri 2 Pematangsiantar 1.4.
Manfaat Penelitian 1.4.1. Untuk Pendidikan Keperawatan
Untuk menambah wawasan dan sebagai bahan referensi dalam bidang keperawatan khususnya tentang pengetahuan dan sikap tentang
kanker serviks. 1.4.2. Untuk Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat untuk menambah pengetahuan dan perkembangan tentang
pentingnya mengetahui pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang
Universitas Sumatera Utara
kanker serviks. Sehingga dapat menjadi referensi bagi pihak pelayanan kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan kepada remaja puteri di
sekolah-sekolah tentang kanker serviks. 1.4.3. Untuk Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan informasi atau bahan perbandingan terhadap penelitian yang akan
dilakukan selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA