24
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Penelitian
Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan variabel yang terdiri atas : pengetahuan dan sikap remaja putri tentang kanker
serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar, meliputi pengertian kanker serviks, penyebab dan faktor risiko kanker serviks, tanda dan gejala kanker serviks,
deteksi dini kanker serviks, stadium pada kanker serviks, pencegahan kanker serviks.
Skema 3.1. Kerangka penelitian pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar
Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar :
1. Pengertian 2. Penyebab dan faktor
resiko 3. Tanda dan gejala
4. Deteksi dini 5. Stadium
6. Pencegahan
Pengetahuan Remaja Puteri
: •
Baik •
Cukup •
Kurang
Sikap Remaja Puteri :
• Positif
• negatif
Universitas Sumatera Utara
3.2. Defenisi Operasional
Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Skala Ukur, dan Hasil ukur
No Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur Skala
Ukur Hasil Ukur
1 Pengetahuan
remaja puteri tentang
kanker serviks
Pengetahuan adalah apa
saja yang
diketahui dan
dimengerti remaja
puteri di
SMA Negeri
2 Pematangsiantar
tentang kanker
serviks, dimulai dari pengertian, etiologi
dan faktor risiko, tanda dan gejala,
deteksi
dini, pencegahan kanker
serviks Kuesioner
Ordinal Pengetahuan
Baik 21-30
Cukup 11-20
Kurang 1-10
2 Sikap remaja
puteri tentang kanker
serviks Sikap
adalah tanggapan
remaja puteri
di SMA
Negeri 2
Pematangsiantar terhadap
masalah kanker
serviks terkait pengertian,
etiologi dan faktor risiko, tanda dan
gejala, deteksi dini, stadium,
pencegahan kanker serviks
Kuesioner Ordinal
Sikap Negatif
1 – 10
Positif 11-20
Universitas Sumatera Utara
26
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional yaitu subjek diukur sekali saja dalam kurun
waktu yang bersamaan untuk menggambarkan pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar Nursalam,
2008.
4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah para pelajar puteri di SMA
Negeri 2 Pematangsiantar yang berada di tempat pada saat penelitian dilakukan yaitu pelajar puteri yang duduk kelas X dan XI karena Kepala
sekolah tidak mengijinkan untuk siswai kelas XII dijadikan responden karena siswaI sedang persiapan untuk ujian akhir. Adapun populasi
pelajar puteri berjumlah 436 orang, yang duduk di kelas X sebanyak 236 orang dan di kelas XI sebanyak 200 orang.
4.2.2. Sampel Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Metode pengambilan sampel menggunakan metode Accidental Sampling yaitu metode teknik dalam
pengambilan sampel siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan
Universitas Sumatera Utara
peneliti dapat kebetulan ditem
Menur sampel lebih ke
n =
n = n = 81.34 =
Jadi jum Pematangsiant
N : adalah jum n : besar sampe
d : 0,1 tingka Pengam
menggunakan r n1 =
Keterangan : n1 = Besar sam
1= Besar popul N = Besar popul
n = Besar samp pat digunakan sebagai sampel, bila dipanda
n ditemui itu cocok sebagai sumber data. nurut Setiadi dalam menentukan besarnya
h kecil dari 1000 dengan menggunakan rumus
= =
= 81.34 81.34 = 81
jumlah sampel sebanyak 81 responden di antar.
h jumlah populasi mpel
kat kepercayaan yang diinginkan ngambilan sampel dari setiap kelas ditent
kan rumus : x n
n : sampel yang harus diambil dari Kelas
populasi dari Kelas populasi
mpel
ndang orang yang
a sampel dimana us
di SMA Negeri 2
ditentukan dengan
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1. Distribusi sampel berdasarkan proporsi remaja puteri SMA Negeri 2 Pematangsiantar
Kelas Populasi
Sampel X
236 44
XI 200
37 Total
436 81
Berdasarkan perhitungan, maka jumlah sampel yang diambil dari kelas X 44 orang, kelas XI 37 orang, total 81 orang. Sampel dari tiap
kelas diambil secara acak dengan teknik undian. 4.3.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Pematangsiantar, jalan Patuan
Anggi No.8 Pematangsiantar. Dengan pertimbangan lokasi ini merupakan daerah dengan jumlah remaja puteri yang cukup tinggi dibandingkan dengan jumlah
remaja puteri di sekolah lain jumlah sampel yang memadai untuk dilakukan penelitian dan pertimbangan efisiensi waktu dan jarak dari tempat tinggal
peneliti. Selain itu, didaerah ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks. Waktu penelitian
dilakukan pada bulan April 2015 dan pengolahan data pada bulan Mei sampai Juni 2015.
4.4. Pertimbangan Etik
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin kepada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU, kemudian mengajukan
Universitas Sumatera Utara
surat permohonan kepada kepala SMA Negeri 2 Pematangsiantar untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti
memulai penelitian dengan menekankan masalah etik. Lembar persetujuan diberikan dan dijelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat, resiko, dan
hak-hak sebagai subjek penelitian. Bila responden bersedia, maka responden dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan tersebut. Bila responden tidak
bersedia, peneliti tidak memaksa dan menghormati hak-hak responden. Penelitian ini tidak beresiko bagi individu yang menjadi responden, baik
resiko fisik maupun psikologis. Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama jelas responden pada lembar penelitian
melainkan hanya mencantumkan inisial dari responden. Dan kerahasiaan informasi mengenai responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu
yang dilaporkan sebagai hasil penelitian. 4.5.
Instrumen Penelitian Setiap penelitian membutuhkan instrumen sebagai alat ukur sebuah
penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner yang berisi data pengetahuan remaja puteri
dan sikap remaja puteri. Kuesioner pengetahuan bertujuan untuk mengetahui pengetahuan remaja
puteri tentang kanker serviks. Pertanyaan yang disajikan adalah pertanyaan pilihan berganda 15 pertanyaan, pertanyaan dengan jawaban benar akan diberikan
skor 2, pertanyaan dengan jawaban yang salah akan diberikan skor 1, dan jawaban C jawaban tidak tahu diberikan skor 0. Maka pengetahuan dikategorikan baik
Universitas Sumatera Utara
jika skor jawaban 21-30, cukup jika skor jawaban 11-20, dan kurang jika skor jawaban 1-10.
Kuesioner sikap bertujuan untuk mengidentifikasi sikap remaja puteri tentang kanker serviks yang terdiri dari 10 pernyataan yang diukur dengan skala
likert, masing-masing pernyataan dibuatkan skor 0-2. Untuk soal nomor 1-5 merupakan pernyataan positif dengan kategori penilainnya adalah apabila
responden menjawab sangat setuju SS diberi skor 2, setuju S diberi skor 1, tidak setuju TS diberi skor 0 dan sebaliknya pada soal nomor 6-10 merupakan
pernyataan negatif dengan kategori penilainnya adalah apabila responden menjawab sangat setuju SS diberi skor 0, setuju S diberi skor 1 dan tidak
setuju TS diberikan skor 0. Maka sikap dikategorikan negatif jika jumlah skor yang diperoleh adalah 1-10 dan dikategorikan positif jika jumlah skor yang
diperoleh adalah 11-20. 4.6.
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 4.6.1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau mampu mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang
dimaksud Arikunto, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Uji validitas terhadap kuesioner pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar telah
dilakukan oleh pakarnya yaitu dosen yang ahli dari bagian Departemen Keperawatan Maternitas dan Anak dan diperoleh hasil 0,97.
4.6.2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila
pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda setiadi, 2007.
Uji reliabilitas penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 April 2015 pada 30 responden remaja puteri di SMA Negeri 4 Pematangsiantar
yang bukan merupakan bagian dari sampel penelitian. Uji reliabilitas ini menggunakan teknik Cronbach’s Alpha, dalam
uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Jika r alpha r tabel maka pernyataan tersebut reliabel, begitu sebaliknya. Suatu instrumen dikatakan reliable
jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha0,70 Polit dan Hungler, 1999. Dari hasil penelitian didapat hasil reliabilitas variabel pengetahuan adalah
0,80 dan hasil variabel sikap 0,78. 4.7.
Pengumpulan Data Peneliti telah mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada
Institusi Pendidikan Program Studi Keperawatan USU yang dilanjutkan dengan mengajukan permohonan izin penelitian di SMA Negeri 2 Pematangsiantar.
Setelah mendapat izin dari kepala SMA Negeri 2 Pematangsiantar, pada bulan April 2015 peneliti datang ke SMA Negeri 2 Pematangsiantar untuk mengambil
Universitas Sumatera Utara
data penelitian. Peneliti juga telah meminta izin kepada kepala sekolah dan guru untuk memakai jam belajar untuk melakukan penelitian dan menjelaskan isi
kuesioner. Kemudian peneliti memberikan kuesioner kepada responden, menjelaskan isi kuesioner dan meminta kepada responden untuk mengisi
lembaran kuesioner selama 15-20 menit sesuai dengan pertanyaan yang ada dalam kuesioner tersebut, selama pengisian kuesioner responden boleh bertanya tentang
apa yang tidak dimengerti dan bila sudah selesai responden mengembalikan kepada peneliti.
4.8. Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisa data kembali dengan memeriksa kuesioner apakah data dan jawaban sudah lengkap dan benar editing.
Peneliti melakukan pengecekan jawaban kuesioner tentang kelengkapan pengisian, terbaca dengan jelas, dan relevan dengan pertanyaan. Tahap editing ini
dilakukan pada waktu dan tempat yang sama sehingga mempermudah melengkapi data bila ada kekurangan.
Tahap kedua adalah pemberian kode coding berupa angka pada setiap jawaban kuesioner. Pengkodean dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam
melakukan analisa data dan pengolahan data serta pengambilan keputusan yang dimasukkan kedalam bentuk tabel.
Tahap selanjutnya adalah memasukkan data entry yang telah dikode ke dalam komputer untuk dianalisis dengan menggunakan program statistik. Tahap
terakhir dilakukan adalah cleaning yakni pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan.
Universitas Sumatera Utara
Tehnik analisis yang digunakan adalah statistika deskriptif yaitu analisis univariat, dimana hasil data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan presentase untuk melihat gambaran pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks.
Universitas Sumatera Utara
34
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2
Pematangsiantar. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 April 2015 dengan jumlah responden sebanyak 81 siswi.
5.1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menjabarkan deskripsi karakteristik responden, pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2
Pematangsiantar. 5.1.1. Karakteritik Responden
Karakteristik responden mencakup usia responden terbanyak berada pada rentang 16 tahun yaitu sebanyak 38 responden 46,9,
pernah mendapatkan informasi 58 responden 71,6, dan informasi yang pernah di dapat dari media cetak, elektronik, internet 42 responden
51,9. Hasil penelitian mengenai karakteristik responden secara lengkap dapat dilihat pada tabel 5.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Remaja Puteri tentang Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar
Karakteristik Responden Frekuensi
Usia
15 tahun 32
39,5 16 tahun
38 46,9
17 tahun 11
13,6
Pernah mendapat informasi tentang kanker serviks
Ya 58
71,6 Tidak
23 28,4
Informasi yang didapat
Media 42
51,9 Guru
3 3,7
Teman 3
3,7 Keluarga
2 2,5
Keluarga, media 7
8,6 Guru, teman, keluarga, media
1 1,2
Tidak mendapat informasi 23
28,4
5.1.2. Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan responden tentang
kanker serviks mayoritas baik yaitu sebanyak 46 responden 56,8. Dapat dilihat pada tabel 5.2.
Table 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar
No. Pengetahuan Remaja Puteri
Tentang Kanker Serviks Frekuensi
1 Baik
46 56,8
2 Cukup
25 30,9
3 Kurang
10 12,3
Universitas Sumatera Utara
5.1.3. Sikap Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks Hasil penelitian ini menunjukkan sikap responden tentang kanker
serviks mayoritas memiliki sikap positif yaitu sebanyak 79 responden 97,5. Dapat dilihat pada tabel 5.3.
Table 5.3. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Puteri tentang Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar
No. Sikap Remaja Puteri
Tentang Kanker Serviks Frekuensi
1 Positif
79 97,5
2 Negatif
2 2,5
5.2. Pembahasan Pembahasan hasil penelitian disajikan dengan mengacu pada tujuan
penelitian yaitu menggambarkan pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar.
5.2.1. Pengetahuan remaja puteri tentang kanker serviks Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan remaja puteri tentang
kanker serviks mayoritas adalah kategori pengetahuan baik yaitu sebanyak 46 responden 56,8. Hal ini disebabkan karena mayoritas responden
telah mendapat informasi tentang kanker serviks 71,6. Menurut Notoadmojo 2007, pengetahuan merupakan hasil dari
tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005, pengetahuan
adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Pengetahuan siswi baik dikarenakan mayoritas siswi telah mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
informasi tentang kanker serviks. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa sumber informasi mayoritas yang diperoleh siswi adalah media
elektronik, cetak, internet karena sumber informasi berupa media massa adalah media informasi yang cukup berkembang dan mudah diakses
sehingga dapat kita lihat bahwa hampir sebagian masyarakat menggunakan media elektronik, cetak, internet sebagai sumber informasi. Selain itu,
guru, keluarga dan teman merupakan orang terdekat bagi individu untuk mendapatkan informasi. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Alfarisyi 2014 di SMA Negeri 2 Lubukpakam yang menyatakan bahwa pengetahuan siswi terhadap kanker serviks mayoritas berpengetahuan
kurang 50 responden 50. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, Alfarisyi 2014 mengatakan bahwa kurangnya tingkat pengetahuan
tersebut dikarenakan beberapa faktor yaitu kurang pedulinya siswi terhadap kesehatan reproduksi walaupun sudah adanya sarana informasi
baik dari media cetak dan elektronik serta penyuluhan. Jika dilihat satu persatu, berdasarkan data dapat dilihat bahwa pada
siswi yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 36 siswi pernah memperoleh informasi mengenai kanker serviks dan 10 siswi tidak pernah
memperoleh informasi tentang kanker serviks, pada siswi pengetahuan cukup sebanyak 19 siswi pernah memperoleh informasi tentang kanker
serviks dan 6 siswi tidak pernah mendapatkan informasi tentang kanker serviks, pada siswi pengetahuan kurang sebanyak 3 siswi pernah
mendapatkan informasi tentang kanker serviks dan 7 siswi tidak pernah
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan informasi tentang kanker serviks. Hal ini dapat dimaklumi sebab proses belajar dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti
motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
adalah pendidikan, informasi media massa, sosial, budaya, ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia Budiman Agus, 2013. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa masih ada responden yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang kanker serviks 28,4.
Pengetahuan sering diperoleh dari pengalaman diri sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain, pengetahuan yang baik akan
mendorong seseorang untuk menampilkan sikap yang sesuai dengan pengetahuannya yang telah didapatkan. Dalam penelitian ini diketahui
bahwa mayoritas remaja puteri berpengetahuan baik 56,8. Ini dapat dilihat dari pertanyaan pengetahuan yang mayoritas dijawab benar oleh
responden dan hanya sedikit menjawab mayoritas salah atau tidak tahu diantaranya 37 responden 45,7 menjawab salah tentang penyebab
kanker serviks, 35 responden 43,2 menjawab tidak tahu pada pertanyaan tentang penggunaan pembersih vagina yang mengandung
antiseptic dalam mencegah kanker serviks, dan 37 responden 45,7 menjawab tidak tahu pada pertanyaan tentang jangka waktu pemeriksaan
pap smear dilakukan secara rutin. Hal ini disebabkan karena sudah bagusnya informasi yang diperoleh remaja puteri tentang kanker serviks.
Beberapa pertanyaan yang masih mayoritas di jawab salah dan tidak tahu
Universitas Sumatera Utara
dapat dimaklumi karena memang di dalam kurikulum sekolah tidak terdapat topik yang membahas tentang kanker serviks. Faktor lain yang
menyebabkan hal ini adalah faktor lingkungan dan pengalaman individu itu sendiri. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
5.2.2. Sikap remaja puteri tentang kanker serviks Dalam penelitian ini didapati hasil sikap terhadap kanker serviks
adalah mayoritas positif 97,5 dan hanya ada 2 responden yang menjawab negatif 2,5. Penelitian yang dilakukan oleh Alfarisyi 2014
di SMA Negeri 2 Lubukpakam didapati hasil sikap responden terhadap kanker serviks adalah mayoritas cukup 88, diikuti dengan kurang 9
dan baik 3. Hal ini sesuai dengan Purwanto 1999 yang menyatakan bahwa sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan
karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu. Sehingga berdasarkan hal ini
sikap remaja puteri tentang kanker serviks berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hasil penelitian ini juga dapat dilihat bahwa siswi yang
memiliki sikap positif pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks sebanyak 57 siswi, dan yang tidak pernah memperoleh informasi
tentang kanker serviks sebanyak 22 siswi, dan siswi sikap negatif yang pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks sebanyak 1 siswi dan
yang tidak pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks sebanyak 1 orang.
Universitas Sumatera Utara
Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal itu masih berbeda dengan suatu pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan
terhadap kanker serviks tidak sama dengan sikap terhadap kanker serviks. Pengetahuan saja belum menjadi penggerak, seperti halnya pada sikap.
Pengetahuan mengenai suatu obyek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesediaan untuk bertindak sesuai dengan
pengetahuan terhadap obyek itu Purwanto, 1999. Pengetahuan yang baik akan mendorong seseorang untuk menampilkan sikap yang sesuai dengan
pengetahuannya yang telah didapatkan. Berdasarkan teori yang ada bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi sikap seseorang, dengan pengetahuan
yang baik maka akan terwujud sikap yang baik pula, demikian sebaliknya Notoatmodjo, 2007.
Menurut Allport 1954 yang dikutip oleh Notoatmodjo 2007, menjelaskan bahwa dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan,
pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Jika seseorang telah mendengar tentang kanker serviks, maka pengetahuan ini akan
membawa seseorang tersebut untuk berpikir dan berusaha untuk mencegah agar tidak terkena kanker serviks. Hal ini sesuai dengan penelitian ini yang
mana hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berpengetahuan baik 56,8, dan mayoritas bersikap positif pula 97,5.
Tetapi fenomena yang terjadi, jika dilihat satu persatu hasil jawaban responden maka akan didapat beberapa responden yang memiliki
pengetahuan cukup tetapi bersikap positif, memiliki pengetahuan kurang
Universitas Sumatera Utara
tetapi bersikap positif, dan memiliki pengetahuan kurang dan bersikap negatif. Hal ini dapat terjadi karena pengetahuan saja tidak dapat secara
mandiri mempengaruhi sikap seseorang. Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu kepercayaan keyakinan, kehidupan emosional evaluasi
terhadap suatu objek, dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam
penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Jadi, untuk membentuk sikap seseorang maka
pengetahuan, keyakinan, kehidupan emosional dan kecenderungan untuk bertindak harus membentuk satu kesatuan Notoatmodjo, 2007.
Universitas Sumatera Utara
42
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN