KERANGKA PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

24

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan variabel yang terdiri atas : pengetahuan dan sikap remaja putri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar, meliputi pengertian kanker serviks, penyebab dan faktor risiko kanker serviks, tanda dan gejala kanker serviks, deteksi dini kanker serviks, stadium pada kanker serviks, pencegahan kanker serviks. Skema 3.1. Kerangka penelitian pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar : 1. Pengertian 2. Penyebab dan faktor resiko 3. Tanda dan gejala 4. Deteksi dini 5. Stadium 6. Pencegahan Pengetahuan Remaja Puteri : • Baik • Cukup • Kurang Sikap Remaja Puteri : • Positif • negatif Universitas Sumatera Utara 3.2. Defenisi Operasional Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Skala Ukur, dan Hasil ukur No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur 1 Pengetahuan remaja puteri tentang kanker serviks Pengetahuan adalah apa saja yang diketahui dan dimengerti remaja puteri di SMA Negeri 2 Pematangsiantar tentang kanker serviks, dimulai dari pengertian, etiologi dan faktor risiko, tanda dan gejala, deteksi dini, pencegahan kanker serviks Kuesioner Ordinal Pengetahuan Baik 21-30 Cukup 11-20 Kurang 1-10 2 Sikap remaja puteri tentang kanker serviks Sikap adalah tanggapan remaja puteri di SMA Negeri 2 Pematangsiantar terhadap masalah kanker serviks terkait pengertian, etiologi dan faktor risiko, tanda dan gejala, deteksi dini, stadium, pencegahan kanker serviks Kuesioner Ordinal Sikap Negatif 1 – 10 Positif 11-20 Universitas Sumatera Utara 26

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional yaitu subjek diukur sekali saja dalam kurun waktu yang bersamaan untuk menggambarkan pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar Nursalam, 2008.

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah para pelajar puteri di SMA Negeri 2 Pematangsiantar yang berada di tempat pada saat penelitian dilakukan yaitu pelajar puteri yang duduk kelas X dan XI karena Kepala sekolah tidak mengijinkan untuk siswai kelas XII dijadikan responden karena siswaI sedang persiapan untuk ujian akhir. Adapun populasi pelajar puteri berjumlah 436 orang, yang duduk di kelas X sebanyak 236 orang dan di kelas XI sebanyak 200 orang. 4.2.2. Sampel Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Metode pengambilan sampel menggunakan metode Accidental Sampling yaitu metode teknik dalam pengambilan sampel siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan Universitas Sumatera Utara peneliti dapat kebetulan ditem Menur sampel lebih ke n = n = n = 81.34 = Jadi jum Pematangsiant N : adalah jum n : besar sampe d : 0,1 tingka Pengam menggunakan r n1 = Keterangan : n1 = Besar sam 1= Besar popul N = Besar popul n = Besar samp pat digunakan sebagai sampel, bila dipanda n ditemui itu cocok sebagai sumber data. nurut Setiadi dalam menentukan besarnya h kecil dari 1000 dengan menggunakan rumus = = = 81.34 81.34 = 81 jumlah sampel sebanyak 81 responden di antar. h jumlah populasi mpel kat kepercayaan yang diinginkan ngambilan sampel dari setiap kelas ditent kan rumus : x n n : sampel yang harus diambil dari Kelas populasi dari Kelas populasi mpel ndang orang yang a sampel dimana us di SMA Negeri 2 ditentukan dengan Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1. Distribusi sampel berdasarkan proporsi remaja puteri SMA Negeri 2 Pematangsiantar Kelas Populasi Sampel X 236 44 XI 200 37 Total 436 81 Berdasarkan perhitungan, maka jumlah sampel yang diambil dari kelas X 44 orang, kelas XI 37 orang, total 81 orang. Sampel dari tiap kelas diambil secara acak dengan teknik undian. 4.3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Pematangsiantar, jalan Patuan Anggi No.8 Pematangsiantar. Dengan pertimbangan lokasi ini merupakan daerah dengan jumlah remaja puteri yang cukup tinggi dibandingkan dengan jumlah remaja puteri di sekolah lain jumlah sampel yang memadai untuk dilakukan penelitian dan pertimbangan efisiensi waktu dan jarak dari tempat tinggal peneliti. Selain itu, didaerah ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2015 dan pengolahan data pada bulan Mei sampai Juni 2015. 4.4. Pertimbangan Etik Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin kepada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU, kemudian mengajukan Universitas Sumatera Utara surat permohonan kepada kepala SMA Negeri 2 Pematangsiantar untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti memulai penelitian dengan menekankan masalah etik. Lembar persetujuan diberikan dan dijelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat, resiko, dan hak-hak sebagai subjek penelitian. Bila responden bersedia, maka responden dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan tersebut. Bila responden tidak bersedia, peneliti tidak memaksa dan menghormati hak-hak responden. Penelitian ini tidak beresiko bagi individu yang menjadi responden, baik resiko fisik maupun psikologis. Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama jelas responden pada lembar penelitian melainkan hanya mencantumkan inisial dari responden. Dan kerahasiaan informasi mengenai responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian. 4.5. Instrumen Penelitian Setiap penelitian membutuhkan instrumen sebagai alat ukur sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner yang berisi data pengetahuan remaja puteri dan sikap remaja puteri. Kuesioner pengetahuan bertujuan untuk mengetahui pengetahuan remaja puteri tentang kanker serviks. Pertanyaan yang disajikan adalah pertanyaan pilihan berganda 15 pertanyaan, pertanyaan dengan jawaban benar akan diberikan skor 2, pertanyaan dengan jawaban yang salah akan diberikan skor 1, dan jawaban C jawaban tidak tahu diberikan skor 0. Maka pengetahuan dikategorikan baik Universitas Sumatera Utara jika skor jawaban 21-30, cukup jika skor jawaban 11-20, dan kurang jika skor jawaban 1-10. Kuesioner sikap bertujuan untuk mengidentifikasi sikap remaja puteri tentang kanker serviks yang terdiri dari 10 pernyataan yang diukur dengan skala likert, masing-masing pernyataan dibuatkan skor 0-2. Untuk soal nomor 1-5 merupakan pernyataan positif dengan kategori penilainnya adalah apabila responden menjawab sangat setuju SS diberi skor 2, setuju S diberi skor 1, tidak setuju TS diberi skor 0 dan sebaliknya pada soal nomor 6-10 merupakan pernyataan negatif dengan kategori penilainnya adalah apabila responden menjawab sangat setuju SS diberi skor 0, setuju S diberi skor 1 dan tidak setuju TS diberikan skor 0. Maka sikap dikategorikan negatif jika jumlah skor yang diperoleh adalah 1-10 dan dikategorikan positif jika jumlah skor yang diperoleh adalah 11-20. 4.6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 4.6.1. Uji Validitas Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau mampu mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud Arikunto, 2006. Universitas Sumatera Utara Uji validitas terhadap kuesioner pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar telah dilakukan oleh pakarnya yaitu dosen yang ahli dari bagian Departemen Keperawatan Maternitas dan Anak dan diperoleh hasil 0,97. 4.6.2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda setiadi, 2007. Uji reliabilitas penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 April 2015 pada 30 responden remaja puteri di SMA Negeri 4 Pematangsiantar yang bukan merupakan bagian dari sampel penelitian. Uji reliabilitas ini menggunakan teknik Cronbach’s Alpha, dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Jika r alpha r tabel maka pernyataan tersebut reliabel, begitu sebaliknya. Suatu instrumen dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha0,70 Polit dan Hungler, 1999. Dari hasil penelitian didapat hasil reliabilitas variabel pengetahuan adalah 0,80 dan hasil variabel sikap 0,78. 4.7. Pengumpulan Data Peneliti telah mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada Institusi Pendidikan Program Studi Keperawatan USU yang dilanjutkan dengan mengajukan permohonan izin penelitian di SMA Negeri 2 Pematangsiantar. Setelah mendapat izin dari kepala SMA Negeri 2 Pematangsiantar, pada bulan April 2015 peneliti datang ke SMA Negeri 2 Pematangsiantar untuk mengambil Universitas Sumatera Utara data penelitian. Peneliti juga telah meminta izin kepada kepala sekolah dan guru untuk memakai jam belajar untuk melakukan penelitian dan menjelaskan isi kuesioner. Kemudian peneliti memberikan kuesioner kepada responden, menjelaskan isi kuesioner dan meminta kepada responden untuk mengisi lembaran kuesioner selama 15-20 menit sesuai dengan pertanyaan yang ada dalam kuesioner tersebut, selama pengisian kuesioner responden boleh bertanya tentang apa yang tidak dimengerti dan bila sudah selesai responden mengembalikan kepada peneliti. 4.8. Analisa Data Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisa data kembali dengan memeriksa kuesioner apakah data dan jawaban sudah lengkap dan benar editing. Peneliti melakukan pengecekan jawaban kuesioner tentang kelengkapan pengisian, terbaca dengan jelas, dan relevan dengan pertanyaan. Tahap editing ini dilakukan pada waktu dan tempat yang sama sehingga mempermudah melengkapi data bila ada kekurangan. Tahap kedua adalah pemberian kode coding berupa angka pada setiap jawaban kuesioner. Pengkodean dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data dan pengolahan data serta pengambilan keputusan yang dimasukkan kedalam bentuk tabel. Tahap selanjutnya adalah memasukkan data entry yang telah dikode ke dalam komputer untuk dianalisis dengan menggunakan program statistik. Tahap terakhir dilakukan adalah cleaning yakni pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan. Universitas Sumatera Utara Tehnik analisis yang digunakan adalah statistika deskriptif yaitu analisis univariat, dimana hasil data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase untuk melihat gambaran pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks. Universitas Sumatera Utara 34

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 April 2015 dengan jumlah responden sebanyak 81 siswi. 5.1. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menjabarkan deskripsi karakteristik responden, pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar. 5.1.1. Karakteritik Responden Karakteristik responden mencakup usia responden terbanyak berada pada rentang 16 tahun yaitu sebanyak 38 responden 46,9, pernah mendapatkan informasi 58 responden 71,6, dan informasi yang pernah di dapat dari media cetak, elektronik, internet 42 responden 51,9. Hasil penelitian mengenai karakteristik responden secara lengkap dapat dilihat pada tabel 5.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Remaja Puteri tentang Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar Karakteristik Responden Frekuensi Usia 15 tahun 32 39,5 16 tahun 38 46,9 17 tahun 11 13,6 Pernah mendapat informasi tentang kanker serviks Ya 58 71,6 Tidak 23 28,4 Informasi yang didapat Media 42 51,9 Guru 3 3,7 Teman 3 3,7 Keluarga 2 2,5 Keluarga, media 7 8,6 Guru, teman, keluarga, media 1 1,2 Tidak mendapat informasi 23 28,4 5.1.2. Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan responden tentang kanker serviks mayoritas baik yaitu sebanyak 46 responden 56,8. Dapat dilihat pada tabel 5.2. Table 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar No. Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks Frekuensi 1 Baik 46 56,8 2 Cukup 25 30,9 3 Kurang 10 12,3 Universitas Sumatera Utara 5.1.3. Sikap Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks Hasil penelitian ini menunjukkan sikap responden tentang kanker serviks mayoritas memiliki sikap positif yaitu sebanyak 79 responden 97,5. Dapat dilihat pada tabel 5.3. Table 5.3. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Puteri tentang Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar No. Sikap Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks Frekuensi 1 Positif 79 97,5 2 Negatif 2 2,5 5.2. Pembahasan Pembahasan hasil penelitian disajikan dengan mengacu pada tujuan penelitian yaitu menggambarkan pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang kanker serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar. 5.2.1. Pengetahuan remaja puteri tentang kanker serviks Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan remaja puteri tentang kanker serviks mayoritas adalah kategori pengetahuan baik yaitu sebanyak 46 responden 56,8. Hal ini disebabkan karena mayoritas responden telah mendapat informasi tentang kanker serviks 71,6. Menurut Notoadmojo 2007, pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005, pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Pengetahuan siswi baik dikarenakan mayoritas siswi telah mendapatkan Universitas Sumatera Utara informasi tentang kanker serviks. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa sumber informasi mayoritas yang diperoleh siswi adalah media elektronik, cetak, internet karena sumber informasi berupa media massa adalah media informasi yang cukup berkembang dan mudah diakses sehingga dapat kita lihat bahwa hampir sebagian masyarakat menggunakan media elektronik, cetak, internet sebagai sumber informasi. Selain itu, guru, keluarga dan teman merupakan orang terdekat bagi individu untuk mendapatkan informasi. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Alfarisyi 2014 di SMA Negeri 2 Lubukpakam yang menyatakan bahwa pengetahuan siswi terhadap kanker serviks mayoritas berpengetahuan kurang 50 responden 50. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, Alfarisyi 2014 mengatakan bahwa kurangnya tingkat pengetahuan tersebut dikarenakan beberapa faktor yaitu kurang pedulinya siswi terhadap kesehatan reproduksi walaupun sudah adanya sarana informasi baik dari media cetak dan elektronik serta penyuluhan. Jika dilihat satu persatu, berdasarkan data dapat dilihat bahwa pada siswi yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 36 siswi pernah memperoleh informasi mengenai kanker serviks dan 10 siswi tidak pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks, pada siswi pengetahuan cukup sebanyak 19 siswi pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks dan 6 siswi tidak pernah mendapatkan informasi tentang kanker serviks, pada siswi pengetahuan kurang sebanyak 3 siswi pernah mendapatkan informasi tentang kanker serviks dan 7 siswi tidak pernah Universitas Sumatera Utara mendapatkan informasi tentang kanker serviks. Hal ini dapat dimaklumi sebab proses belajar dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, informasi media massa, sosial, budaya, ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia Budiman Agus, 2013. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa masih ada responden yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang kanker serviks 28,4. Pengetahuan sering diperoleh dari pengalaman diri sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain, pengetahuan yang baik akan mendorong seseorang untuk menampilkan sikap yang sesuai dengan pengetahuannya yang telah didapatkan. Dalam penelitian ini diketahui bahwa mayoritas remaja puteri berpengetahuan baik 56,8. Ini dapat dilihat dari pertanyaan pengetahuan yang mayoritas dijawab benar oleh responden dan hanya sedikit menjawab mayoritas salah atau tidak tahu diantaranya 37 responden 45,7 menjawab salah tentang penyebab kanker serviks, 35 responden 43,2 menjawab tidak tahu pada pertanyaan tentang penggunaan pembersih vagina yang mengandung antiseptic dalam mencegah kanker serviks, dan 37 responden 45,7 menjawab tidak tahu pada pertanyaan tentang jangka waktu pemeriksaan pap smear dilakukan secara rutin. Hal ini disebabkan karena sudah bagusnya informasi yang diperoleh remaja puteri tentang kanker serviks. Beberapa pertanyaan yang masih mayoritas di jawab salah dan tidak tahu Universitas Sumatera Utara dapat dimaklumi karena memang di dalam kurikulum sekolah tidak terdapat topik yang membahas tentang kanker serviks. Faktor lain yang menyebabkan hal ini adalah faktor lingkungan dan pengalaman individu itu sendiri. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. 5.2.2. Sikap remaja puteri tentang kanker serviks Dalam penelitian ini didapati hasil sikap terhadap kanker serviks adalah mayoritas positif 97,5 dan hanya ada 2 responden yang menjawab negatif 2,5. Penelitian yang dilakukan oleh Alfarisyi 2014 di SMA Negeri 2 Lubukpakam didapati hasil sikap responden terhadap kanker serviks adalah mayoritas cukup 88, diikuti dengan kurang 9 dan baik 3. Hal ini sesuai dengan Purwanto 1999 yang menyatakan bahwa sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu. Sehingga berdasarkan hal ini sikap remaja puteri tentang kanker serviks berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hasil penelitian ini juga dapat dilihat bahwa siswi yang memiliki sikap positif pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks sebanyak 57 siswi, dan yang tidak pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks sebanyak 22 siswi, dan siswi sikap negatif yang pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks sebanyak 1 siswi dan yang tidak pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks sebanyak 1 orang. Universitas Sumatera Utara Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal itu masih berbeda dengan suatu pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan terhadap kanker serviks tidak sama dengan sikap terhadap kanker serviks. Pengetahuan saja belum menjadi penggerak, seperti halnya pada sikap. Pengetahuan mengenai suatu obyek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesediaan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap obyek itu Purwanto, 1999. Pengetahuan yang baik akan mendorong seseorang untuk menampilkan sikap yang sesuai dengan pengetahuannya yang telah didapatkan. Berdasarkan teori yang ada bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi sikap seseorang, dengan pengetahuan yang baik maka akan terwujud sikap yang baik pula, demikian sebaliknya Notoatmodjo, 2007. Menurut Allport 1954 yang dikutip oleh Notoatmodjo 2007, menjelaskan bahwa dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Jika seseorang telah mendengar tentang kanker serviks, maka pengetahuan ini akan membawa seseorang tersebut untuk berpikir dan berusaha untuk mencegah agar tidak terkena kanker serviks. Hal ini sesuai dengan penelitian ini yang mana hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berpengetahuan baik 56,8, dan mayoritas bersikap positif pula 97,5. Tetapi fenomena yang terjadi, jika dilihat satu persatu hasil jawaban responden maka akan didapat beberapa responden yang memiliki pengetahuan cukup tetapi bersikap positif, memiliki pengetahuan kurang Universitas Sumatera Utara tetapi bersikap positif, dan memiliki pengetahuan kurang dan bersikap negatif. Hal ini dapat terjadi karena pengetahuan saja tidak dapat secara mandiri mempengaruhi sikap seseorang. Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu kepercayaan keyakinan, kehidupan emosional evaluasi terhadap suatu objek, dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Jadi, untuk membentuk sikap seseorang maka pengetahuan, keyakinan, kehidupan emosional dan kecenderungan untuk bertindak harus membentuk satu kesatuan Notoatmodjo, 2007. Universitas Sumatera Utara 42

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN