BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kadar Air KA
Haygreen dan Bowyer 1996 mendefinisikan KA sebagai berat air yang dinyatakan sebagai persen terhadap berat kayu bebas air atau berat
kering tanur BKT-nya. Di dalam kayu, KA kayu berkisar antara 40 sampai 200. Keragaman nilai KA dapat terjadi antar spesies, bahkan antar bagian
dari pohon yang sama Forest Product Laboratory Technical 1999. Air di dalam kayu terdiri dari air bebas dan air terikat dimana keduanya
secara bersama-sama menentukan nilai KA kayu. Dalam satu jenis pohon, KA kayu kondisi segar bervariasi tergantung pada tempat tumbuh dan umur
pohon Haygreen dan Bowyer 1996. Brown et. al. 1952 menyatakan bahwa apabila kayu tidak lagi melepaskan atau menyerap air, maka kayu berada
dalam kondisi kesetimbangan dengan lingkungan. KA pada kondisi tersebut dinamakan KA keseimbangan KAK, yang seringkali dianggap sama dengan
KA kondisi kering udara KA-KU. Besarnya nilai KAK lebih rendah dibandingkan KA-TJS. KAK dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dimana
kayu itu digunakan, terutama suhu dan kelembaban relatif. Menurut Oey Djoen Seng 1964, besarnya KA-KU juga tergantung dari keadaan iklim
setempat. Di Indonesia berkisar antara 12 hingga 20, dan di Bogor sekitar 15.
2.2 Kadar Air Titik Jenuh Serat KA-TJS
Kondisi dimana rongga sel kosong tetapi dinding sel jenuh terisi air dinamakan kondisi titik jenuh serat TJS. Kadar air pada kondisi tersebut
dinamakan KA-TJS. Titik ini adalah suatu titik kritis, karena dibawah titik ini sifat kayu terganggu oleh adanya perubahan nilai kandungan air. Pada kondisi
TJS, perubahan KA akan menyebabkan perubahan berat, volume, dan dimensi kayu penyusutan dan atau pengembangan terutama pada arah radial
dan tangensial. Perubahan pada arah longitudinal sangat kecil sehingga dapat diabaikan Haygreen dan Boyer 1996.
2.3 Berat Jenis BJ
BJ kayu merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan perbandingan antara kerapatan kayu dengan kerapatan air. Nilai BJ biasanya
bertambah jika KA kayu berkurang di bawah TJS-nya Haygreen dan Bowyer 1996. Sebagian besar jenis kayu dalam keadaan kering terapung dalam air
yang membuktikan bahwa sebagian volume dari kayu berisi rongga-rongga udara dan pori Forest Product Laboratory Technical 1999.
Selain sebagai penduga kekuatan kayu, BJ merupakan suatu indikator yang dapat digunakan untuk menduga mudah tidaknya suatu kayu
dikeringkan. Kayu yang memiliki BJ tinggi umumnya sukar dikeringkan dan mengalami cacat lebih besar dibandingkan kayu yang memiliki BJ rendah
Tobing 1995. Selanjutnya disebutkan bahwa BJ kayu umumnya dipengaruhi oleh
ukuran sel, tebal dinding sel serta hubungan antara jumlah sel dengan berat dan tebal dinding sel. Sel serat fiber sangat penting pengaruhnya terhadap
BJ karena porsinya yang tergolong tinggi sebagai komponen penyusun kayu. Dengan luasan penampang lintangnya yang relatif kecil, hanya dibutuhkan
ruang yang sempit untuk menempatkan jumlah sel yang lebih banyak. Jika serat berdinding tebal dan berongga sempit, maka jumlah rongga udara
sedikit dan BJ akan tinggi, sebaliknya jika serat berdinding tipis dan berongga besar maka BJ akan berkurang Tobing 1976.
2.4 Penyusutan