BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kadar Air
KA menunjukkan banyaknya air yang terdapat dalam kayu. Hasil pengukuran nilai KA kelima jenis kayu yang diteliti baik dalam kondisi basah
KA-B maupun kondisi kering udara KA-KU disajikan dalam Tabel 2, sementara rekapitulasi data penelitian disajikan pada Lampiran 1.
Tabel 2 Rata-rata nilai KA kelima jenis kayu pada berbagai kondisi Jenis Kayu
KA Basah KA KU
Paraserianthes falcataria Gmelina arborea
Arthocarpus heterophyllus Maesopsis eminii
Acacia mangium 90,32
40,14 51,43
112,78 38,34
15,32 14,36
13,95 13.65
15,30
Dari Tabel 2 diketahui bahwa KA-B bervariasi menurut jenis kayu, berkisar dari 38,34 pada kayu mangium sampai 112,78 pada kayu manii,
sedangkan KA-KU relatif seragam, berkisar dari 13,65 pada kayu manii sampai 15,32 pada kayu sengon. Nilai KA-KU masuk dalam selang rata-
rata nilai KA-KU untuk daerah Bogor dan sekitarnya sebagaimana Oey Djoen Seng 1964. Tingginya keragaman nilai KA-B dibandingkan keragaman KA-
KU dapat dimaklumi mengingat KA-B dipengaruhi oleh berbagai faktor terkait kondisi tempat tumbuh dimana pohon berada seperti tingkat kesuburan
tanah, persaingan dan iklim. Pohon yang tumbuh di tanah-tanah yang subur, dengan tingkat persaingan yang rendah dan iklim yang cocok akan
menghasilkan kayu dengan nilai KA yang lebih tinggi karena porsi lumen atau rongga sel yang lebih banyak Haygreen dan Bowyer 1996.
Selama 30 hari dikering-udarakan, besar pengurangan KA dan laju keluarnya air dari dalam kayu ternyata berbeda-beda Tabel 3. Diketahui
bahwa kayu manii memiliki laju keluarnya air tertinggi 3,3 per hari, sedangkan kayu mangium terendah 0,8 per hari. Laju keluarnya air pada
kayu sengon relatif lebih rendah dibandingkan laju pada kayu manii, sementara laju keluarnya air dari kayu gmelina setara dengan laju keluarnya
air pada kayu mangium. Laju keluarnya air dari kayu nangka berada diantara
kedua kelompok tersebut. Perbedaan laju keluarnya air dari dalam kayu terkait dengan karakteristik struktur anatomi penyusun kayu, kandungan zat
ekstraktif dan tilosis yang ada selain ukuran ketebalan dinding sel Haygreen dan Bowyer 1996.
Karakteristik struktur anatomi yang lebih berperan dalam hal ini adalah yang terkait dengan pernoktahan dan bidang perforasi yang ada meliputi tipe,
jumlah, frekuensi dan ukuran celah sebagai jalan keluarnya air serta kondisinya. Kayu-kayu dengan porsi noktah yang tinggi, dan dengan bidang
perforasi sederhana mengakibatkan laju keluarnya air lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan sebaliknya. Kayu-kayu yang banyak
mengandung zat ekstraktif ataupun tilosis akan mengurangi banyaknya air yang keluar karena keduanya bersifat sebagai penghambat Haygreen dan
Bowyer 1996. Tabel 3 Rata-rata pengurangan KA dan laju keluarnya air
Jenis Kayu Besar Pengurangan KA
Laju Keluarnya Air per hari
Paraserianthes falcataria Gmelina arborea
Arthocarpus heterophyllus Maesopsis eminii
Acacia mangium 75,00
25,79 37,48
99,15 23,04
2,5 0,9
1,2 3,3
0,8
4.2 Berat Jenis