Berat Jenis HASIL DAN PEMBAHASAN

kedua kelompok tersebut. Perbedaan laju keluarnya air dari dalam kayu terkait dengan karakteristik struktur anatomi penyusun kayu, kandungan zat ekstraktif dan tilosis yang ada selain ukuran ketebalan dinding sel Haygreen dan Bowyer 1996. Karakteristik struktur anatomi yang lebih berperan dalam hal ini adalah yang terkait dengan pernoktahan dan bidang perforasi yang ada meliputi tipe, jumlah, frekuensi dan ukuran celah sebagai jalan keluarnya air serta kondisinya. Kayu-kayu dengan porsi noktah yang tinggi, dan dengan bidang perforasi sederhana mengakibatkan laju keluarnya air lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan sebaliknya. Kayu-kayu yang banyak mengandung zat ekstraktif ataupun tilosis akan mengurangi banyaknya air yang keluar karena keduanya bersifat sebagai penghambat Haygreen dan Bowyer 1996. Tabel 3 Rata-rata pengurangan KA dan laju keluarnya air Jenis Kayu Besar Pengurangan KA Laju Keluarnya Air per hari Paraserianthes falcataria Gmelina arborea Arthocarpus heterophyllus Maesopsis eminii Acacia mangium 75,00 25,79 37,48 99,15 23,04 2,5 0,9 1,2 3,3 0,8

4.2 Berat Jenis

BJ kayu merupakan salah satu sifat penting yang harus diperhatikan karena ada hubungannya dengan nilai kekuatan kayu. Hasil pengukuran nilai BJ kelima jenis kayu yang diteliti, atas dasar berat oven dan volume basah, disajikan dalam Tabel 4, sementara rekapitulasi data penelitian disajikan pada Lampiran 1. Tabel 4 Rata-rata nilai BJ kelima jenis kayu yang diteliti dibandingkan BJ rujukan Jenis Kayu Rata-rata Nilai BJ Hasil Penelitian Rujukan Paraserianthes falcataria Gmelina arborea Arthocarpus heterophyllus Maesopsis eminii Acacia mangium 0,39 0,44 0,54 0,39 0,36 0,32 0,41 0,41-0,75 0,35-0,41 0,57-0,60 Keterangan: Sumber: www2.fpl.fs.fed.us Dari Tabel 4 diketahui bahwa nilai BJ kayu bervariasi menurut jenis, berkisar antara 0,36 pada kayu mangium sampai 0,54 pada kayu nangka. BJ kayu sengon relatif setara dengan BJ kayu manii 0,39, sementara BJ kayu gmelina lebih rendah dibandingkan BJ kayu nangka. Variasi atau keragaman nilai BJ tersebut dipengaruhi oleh perbedaan jenis khususnya dalam hal macam dan struktur penyusun kayu termasuk tebal dinding sel serta kandungan zat ekstraktif. Dibandingkan dengan pustaka yang dijadikan rujukan, BJ kayu mangium yang diteliti tergolong rendah. Hal ini dimungkinkan akibat adanya perbedaan umur tegakan. Diduga, sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tegakan yang masih muda. Tegakan yang lebih muda pada umumnya menghasilkan kayu dengan nilai kerapatan atau BJ yang lebih rendah Haygreen dan Bowyer 1996. Bila dihubungan dengan Tabel 2 dan 3, hasil penelitian menunjukkan adanya anomali dibandingkan dengan rujukan yang dipakai selama ini, khususnya pada kayu mangium. Jumlah air yang keluar dari dalam kayu mangium BJ = 0,36 harusnya lebih tinggi dari kayu lainnya karena BJ mangium merupakan BJ terendah. Menurut Haygreen dan Bowyer 1996, jumlah air yang keluar pada kayu ber-BJ tinggi harus lebih rendah dibandingkan dengan kayu ber-BJ rendah karena porsi bagian amorphnya yang lebih sedikit sementara dinding selnya relatif tebal.

4.3 Penyusutan Volume