Dari Tabel 4 diketahui bahwa nilai BJ kayu bervariasi menurut jenis, berkisar antara 0,36 pada kayu mangium sampai 0,54 pada kayu nangka. BJ
kayu sengon relatif setara dengan BJ kayu manii 0,39, sementara BJ kayu gmelina lebih rendah dibandingkan BJ kayu nangka. Variasi atau keragaman
nilai BJ tersebut dipengaruhi oleh perbedaan jenis khususnya dalam hal macam dan struktur penyusun kayu termasuk tebal dinding sel serta
kandungan zat ekstraktif. Dibandingkan dengan pustaka yang dijadikan rujukan, BJ kayu
mangium yang diteliti tergolong rendah. Hal ini dimungkinkan akibat adanya perbedaan umur tegakan. Diduga, sampel yang digunakan dalam penelitian
ini berasal dari tegakan yang masih muda. Tegakan yang lebih muda pada umumnya menghasilkan kayu dengan nilai kerapatan atau BJ yang lebih
rendah Haygreen dan Bowyer 1996. Bila dihubungan dengan Tabel 2 dan 3, hasil penelitian menunjukkan
adanya anomali dibandingkan dengan rujukan yang dipakai selama ini, khususnya pada kayu mangium. Jumlah air yang keluar dari dalam kayu
mangium BJ = 0,36 harusnya lebih tinggi dari kayu lainnya karena BJ mangium merupakan BJ terendah. Menurut Haygreen dan Bowyer 1996,
jumlah air yang keluar pada kayu ber-BJ tinggi harus lebih rendah dibandingkan dengan kayu ber-BJ rendah karena porsi bagian amorphnya
yang lebih sedikit sementara dinding selnya relatif tebal.
4.3 Penyusutan Volume
Penyusutan volume kayu dari kondisi basah baik ke kondisi kering udara maupun ke kondisi kering tanur pada kelima jenis kayu yang diteliti
relatif seragam. Tabel 5 memuat hasil pengukuran, sementara rekapitulasi data penelitian disajikan pada Lampiran 1.
Tabel 5 Rata-rata nilai penyusutan kayu kelima jenis kayu yang diteliti Jenis Kayu
Susut Volume Basah ke KU
Basah ke KT
Paraserianthes falcataria Gmelina arborea
Arthocarpus heterophyllus Maesopsis eminii
Acacia mangium 3,52
3,07 3,26
2,58 2,98
8,90 8,12
8,25 7,32
8,28
Dari Tabel 5 diketahui bahwa nilai penyusutan volume baik dari basah ke kering udara B-KU maupun dari basah ke kering tanur B-KT relatif
seragam untuk kelima jenis kayu yang diteliti, dengan kisaran 2,58-3,52 B- KU serta 7,32-8,90 B-KT. Nilai tertinggi dijumpai pada kayu sengon
sebesar 3,52 B-KU dan 8,90 B-KT, sedangkan nilai terendah dijumpai pada kayu manii, yakni 2,58 B-KU dan 7,32 B-KT.
Rendahnya keragaman nilai penyusutan volume hasil penelitian ini diduga ada kaitan dengan rendahnya selang nilai BJ kayu yang digunakan,
yaitu 0,36-0,54 yang setara dengan 0,4-0,5. Bila dihubungan dengan Tabel 4, hasil di atas juga memperlihatkan
adanya anomali dibandingkan dengan rujukan yang biasa dipakai selama ini dimana terdapat hubungan yang linier antara BJ kayu dengan penyusutan
Stamm dalam Sitorus 1983. Kayu sengon BJ = 0.39 memiliki susut yang lebih besar dibandingkan dengan kayu nangka BJ = 0.54 ataupun kayu
gmelina BJ = 0.44. Begitu pula susut volume dari basah ke kering tanur B- KT pada kayu mangium. Fenomena ini diduga ada kaitan dengan zat
ekstraktif yang dimiliki. Zat ekstraktif yang ada mampu mengurangi besar susut yang terjadi karena dia bersifat sebagai penghambat Haygreen dan
Bowyer 1996. Tingginya nilai susut volume pada kayu mangium, diduga ada kaitan dengan porsi kayu juvenil yang dimiliki. Semakin tinggi porsi kayu
juvenil, semakin tinggi pula nilai susut volumenya. Menurut Haygreen dan Bowyer 1996, variasi nilai penyusutan dapat
diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti ukuran dan bentuk contoh uji yang akan mempengaruhi orientasi serat dan keseragaman kandungan air,
kerapatan atau BJ contoh uji dimana semakin tinggi nilai BJ atau kerapatan nilai susut akan semakin besar, serta laju pengeringan kayu.
Dibandingkan dengan pustaka yang dijadikan rujukan, nilai susut volume dari basah ke kering tanur hasil penelitian secara umum lebih rendah
Tabel 6. Hal ini dimungkinkan akibat adanya perbedaan sampel yang digunakan terkait dengan umur sampel, asal tegakan, lokasi sampel dalam
batang, serta jumlah sampel yang digunakan.
Tabel 6 Rata-rata nilai penyusutan kayu kelima jenis kayu yang diteliti dibandingkan dengan penyusutan rujukan
Jenis Kayu Susut Volume B-KT
Hasil Penelitian Rujukan
Paraserianthes falcataria Gmelina arborea
Arthocarpus heterophyllus Maesopsis eminii
Acacia mangium 8,90
8,12 8,26
7,32 8,28
9,50 8,80
8,40 8,00
12,40
Keterangan: Sumber: www2.fpl.fs.fed.us
4.4 Kadar Air Titik Jenuh Serat