Deskripsi Beberapa Jenis Kayu Yang Digunakan

2.5 Deskripsi Beberapa Jenis Kayu Yang Digunakan

2.5.1 Sengon Paraserianthes falcataria Pohon sengon yang dikenal dengan nama botanis Paraserianthes falcataria, merupakan salah satu anggota famili Fabaceae. Kayunya tergolong ringan, dengan rata-rata nilai BJ kayu sebesar 0,33 0,24-0,49. Dari segi kekuatan maupun keawetan, kayu sengon termasuk dalam kelas IV- V. Kayu ini umum digunakan sebagai bahan pembuatan peti kemas, papan partikel, papan semen, pulp dan kertas, serta bahan-bahan kerajinan lainnya. Di pedesaan, kayu ini juga digunakan untuk perumahan atau konstruksi ringan lainnya Mandang dan Pandit 1997. Besarnya penyusutan pada kayu sengon pada arah radial sekitar 2,5 dan arah tangensial sebesar 5,2 Martawijaya et al. 1981. 2.5.2 Gmelina Gmelina arborea Gmelina yang termasuk dalam suku Verbenaceae merupakan salah satu jenis tanaman cepat tumbuh yang banyak dimanfaatkan. Nama daerah dari tanaman ini adalah jati putih Indonesia, gamari, gumadi India, gamar Bangladesh, dan yemane Myanmar. Penyebaran alaminya mulai dari India, Pakistan, Nepal, Bangladesh, Sri langka, Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, Cina, hingga Vietnam. Di hutan alam jenis ini selalu tersebar dan berkelompok dengan jenis lain. Dijumpai selalu hijau di Myanmar dan Bangladesh, tetapi menggugurkan daunnya di hutan kering di India Bagian Tengah. Tanaman ini sudah ditanam luas di berbagai negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia, Afrika Barat, dan Amerika Selatan. Pemanfaatan kayunya digunakan sebagai bahan konstruksi ringan dan pulp. Beberapa bagian pohon juga digunakan untuk obat sementara daunnya untuk pakan ternak. Pohon dapat sedang sampai tinggi, batang silindris, diameter rata-rata 50 cm kadang-kadang mencapai 140 cm. 2.5.3 Akasia Acacia mangium Akasia merupakan salah satu jenis legum yang potensial untuk reboisasi lahan kritis dan merupakan primadona hutan tanaman industri. Kayunya dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai macam industri. Di Indonesia diketahui terdapat beberapa jenis pohon akasia. Namun hanya tiga di antaranya yang dikenal luas, yakni auri Acacia auriculiformis, mangium A. Mangium, dan pilang A. Lecophloea. Rata-rata BJ kayu auri, mangium, dan A. Lecophloea berturut-turut adalah 0,69 0,49-0,84, 0,61 0,43-0,66, dan 0,79 0,71-0,89. Ketiganya termasuk kelompok kayu dengan Kelas Awet III, namun berbeda dalam hal kekuatannya. Auri dan mangium termasuk dalam Kelas Kuat II-III, sedangkan pilang Kelas Kuat II. Kayu umumnya digunakan untuk konstruksi ringan-berat, rangka pintu dan jendela, perabotan rumah tangga, lantai, papan, dinding, tiang, gagang alat-alat pertanian, kotak dan batang korek api, papan partikel, papan serat, vinir, dan kayu lapis, pulp dan kertas serta bahan bakar Mandang dan Pandit 1997. Menurut Silitonga 1993, perbandingan perubahan dimensi kayu mangium pada arah radial dan arah tangensial sekitar dua. Hal ini membuktikan perbedaan yang cukup besar dari kayu dengan BJ yang sama Tabel 1. Tabel 1. Perubahan dimensi A. mangium pada berbagai taraf KA Quarter Sawn KA Perubahan Dimensi Arah Radial Arah Tangensial TangensialRadial 55 30 10 1,08 1,33 1,33 2,50 3,00 3,00 2,31 2,26 2,26 Sumber: Silitonga 1993 2.5.4 Manii Maesopsis emini Kayu manii yang dulu dikenal sebagai kayu afrika memiliki nama botani Maesopsis emini Engll. Kayu ini termasuk dalam famili Rhamnaceae dan merupakan spesies asli dari Afrika Tengah, yang kemudian disebarkan antara lain ke Fiji, Indonesia, dan Malaysia FAO 1956 dalam Khana Eka Dharma 2002. Berdasarkan pengelompokan kayu daun lebar, karakteristik kayu manii secara kuantitatif adalah sebagai berikut: kerapatan berkisar antara 0,48-0,62 gcm 3 , kekakuan MOE 98439-123037 kgcm 2 , dan keteguhan patah MOR 325-562 kgcm 2 . Kayu tergolong tidak awet, mudah dimasuki bahan pengawet, pengeringannya cepat dan sifat pengerjaannya mudah FAO 1956 dalam Khana Eka Dharma 2002. Dalam Anonymous 1977 disebutkan bahwa kayu manii merupakan kayu ringan dengan BJ sekitar 0,38-0,48. Termasuk dalam Kelas Awet IV dan Kelas Kuat III. Bagian teras berwarna coklat. Pohon manii tumbuh di daerah dengan suhu sedang antara 22-27 ยบ C, pada tanah yang subur, cukup air, tanah bertekstur rendah sampai sedang dengan pH netral dan biasanya ditemukan pada elevasi 100-700 mdpl. Penyebaran tanaman ini di Indonesia antara lain di Jawa Barat dan di Jawa Timur, baik berupa kebun-kebun percobaan atau sebagai tanaman pengisi pada Kelas Hutan Rimba yang dikelolah Perum Perhutani atau sebagai pengganti sengon karena tahan terhadap serangan Xystocera sp. Warsopranoto dan Soerjono 1966 dalam Khana Eka Dharma 2002. Kegunaan kayu manii antara lain untuk konstruksi dalam rumah, kotak pengepak, meubel, vinir, kayu lapis, serta bahan pulp dan kertas. 2.5.5 Nangka Arthocarpus heterophyllus Pohon nangka termasuk kedalam suku Moracea. Nama ilmiah dari nangka adalah Arthocarpus heterophyllus. Pohon ini berasal dari India, yakni di wilayah Ghats Bagian Barat, dimana hingga kini jenis liarnya masih ditemukan tumbuh tersebar di hutan hujan disana. Menurut Kooders dan Valeton 1923 dalam Hartono 1991, pohon nangka merupakan tumbuhan asli Nusa Tenggara serta dibudidayakan di seluruh Asia yang beriklim tropis. Kini nangka telah tersebar secara luas di berbagai wilayah tropik terutama di Asia Tenggara. Pohon nangka biasanya berukuran sedang, dapat mencapai ketinggian 20 meter tetapi ada juga yang mencapai 30 meter, dengan batang bulat silindris. Tajuk padat dan lebat, melebar dan membulat apabila ditempat terbuka. Kayu nangka berwarna kuning dibagian terasnya, berkualitas baik dan mudah untuk dikerjakan. Kayu ini cukup awet, kuat dan tahan terhadap serangan rayap atau jamur serta memiliki pola yang menarik. Kayu tergolong mudah mengkilap apabila diserut dengan halus dan digosok dengan minyak. Kayu nangka termasuk dalam Kelas Awet II atau III, dengan BJ 0,66 0,61 sampai 0,71 dan mengandung bahan berwarna kuning yang disebut marine. Bahan ini dapat diekstrak dari dalam kayu dengan air mendidih atau dengan alkohol Anonim 1979 dalam Basith 1981. Kayu nangka kerap dijadikan perkakas rumah tangga, mebel, konstruksi bangunan, konstruksi kapal sampai dengan alat musik. Di Jawa banyak digunakan sebagai tiang bangunan, kentongan, dan lesung.

BAB III METODE PENELITIAN