Latar Belakang Tujuan PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kayu pada umumnya digunakan dalam kondisi kering udara. Oleh karena itu, sebelum digunakan dan atau diolah lebih lanjut, kayu harus dikeringkan hingga mencapai besaran kadar air KA yang sesuai dengan kondisi lingkungan dimana kayu tersebut nantinya digunakan. KA kondisi titik jenuh serat KA-TJS merupakan batas dimulainya penyusutan kayu. Bila KA kayu terus berkurang atau lebih rendah dari KA- TJS, maka kayu akan menyusut. Sebaliknya, bila terjadi peningkatan nilai KA kayu di bawah selang nilai KA-TJS, kayu akan mengembang. Dengan demikian, pengetahuan akan besarnya nilai KA-TJS sangat penting karena akan mempengaruhi kualitas hasil pengeringan yang dilakukan. Penyusutan akan mengakibatkan ukuran kayu berubah, demikian pula halnya dengan bentuk sortimen kayu. Oleh karena itu besar penyusutan diusahakan tidak lebih besar dari tegangan yang ada dalam kayu. Hal inilah yang diatur saat mengeringkan kayu menggunakan kilang, yang biasa dikenal dengan penyusunan jadwal pengeringan kayu. Penelitian tentang nilai KA-TJS kayu-kayu Indonesia relatif masih jarang atau bisa dikatakan belum pernah ada. Selama ini untuk membuat jadwal pengeringan, dipakai nilai KA-TJS rata-rata sebesar 30. Bila besarnya KA-TJS diketahui dengan tepat, dapat dipastikan bahwa kualitas pengeringan kayu dapat lebih ditingkatkan karena susut yang terjadi telah disesuaikan dengan tegangan dalam yang ada pada kayu yang sedang dikeringkan. Dengan demikian, cacat pengeringan dapat dihindari. Atas dasar itulah dilakukan penelitian ini dengan harapan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan kayu sebagai bahan baku. Bila hal ini tercapai, maka industri pengeringan kayu secara tidak langsung turut berperan dalam menjaga kelestarian sumberdaya hutan alam kita yang kualitas dan kuantitasnya mulai berkurang.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh nilai kadar air kondisi titik jenuh serat KA-TJS beberapa jenis kayu perdagangan Indonesia dan mempelajari apakah ada pengaruh jenis kayu terhadap nilai yang dihasilkan.

1.3 Hipotesis