MIKROBA TERMOFILIK SDS-PAGE PAGE dengan Sodium dodesil sulfat

8 misalnya suhu panas dan pH ekstrim. Penentuan daya tahan enzim terhadap panas umumnya dilakukan pada suhu optimum dan pH optimum enzim tersebut Suhartono, 1989. Adanya perbedaan sumber atau asal enzim dapat menyebabkan perbedaan terhadap daya tahan panas enzim tersebut meskipun jenis enzimnya sama Winarno, 1983. Tabel 6 menunjukkan beberapa karakteristik dari enzim kitosanase.

C. MIKROBA TERMOFILIK

Mikroba termofilik merupakan mikroba yang mampu tumbuh optimal pada lingkungan ekstrim panas yaitu daerah-daerah geotermal di darat maupun di laut dalam. Mikroba termofil dapat lebih tahan pada suhu tinggi disebabkan oleh keistimewaan yang dimiliki pada membran selnya yang berhubungan dengan lingkungan luar. Diduga asam lemak penyusun komponen membran lebih jenuh sehingga membuat membran ini lebih stabil dan tahan pada suhu tinggi. Mengingat beraneka ragam kehidupan mikroba, maka mikroba diklasifikasikan berdasarkan suhu pertumbuhan optimalnya pada tabel 3. Tabel 3. Klasifikasi mikroba berdasarkan suhu Klasifikasi Suhu Pertumbuhan Minimum °C Optimum °C Maksimum °C Psikrofil 0 – 5 5 – 15 15 – 20 Mesofil 10 – 20 20 – 40 40 – 45 Termofil 25 – 45 45 – 60 60 – 80 Prescott et al., 2003 Bacillus licheniformis MB-2 merupakan salah satu jenis mikroba termofil yang menghasilkan enzim kitosanase. Berdasarkan identifikasi mikroba yang telah dilakukan oleh Chasanah 2004, Bacillus licheniformis MB-2 merupakan jenis bakteri gram positif dan bersifat aerobik atau anaerobik. Spora dari mikroba ini berbentuk oval, bisa memanfaatkan glukosa, maltosa, dan pati sebagai sumber karbonnya, memberikan hasil positif pada 9 reaksi katalase serta hasil negatif pada reaksi indole, methyl red, dan voges preusker.

D. PEMURNIAN ENZIM 1. Pemurnian Kitosanase

a. Umum

Pemurnian merupakan suatu usaha untuk mengisolasi enzim tertentu dari ekstrak enzim kasar yang masih mengandung sel mikroorganisme ataupun komponen lainnya Hooper Homes, 2000. Walsh 2002 menggolongkan metode kromatografi menjadi empat yaitu kromatografi ion exchange, kromatografi interaksi hidrofobik, kromatografi afinitas, dan kromatografi filtrasi gel. Kromatografi ion exchange adalah pemisahan protein yang memanfaatkan perbedaan afinitas molekul bermuatan di dalam larutan dengan senyawa pengisi kolom yang muatannya berlawanan Harris dan Angal, 1989. Suhartono 1989 berpendapat bahwa ada dua macam bahan penukar ion yaitu bahan penukar kation dan bahan penukar anion. Contoh penukar kation adalah Dowex 50, IRC-150, CM-selulosa, sephadex, dan sulfoetil selulosa. Sedangkan contoh penukar anion adalah aminoetil, DEAE dietil-aminoetil, dan quartener-aminoetil. Kromatografi interaksi hidrofobik merupakan pemisahan protein berdasarkan adanya perbedaan interaksi hidrofobik antara larutan protein dan matriks gel sebagai fase diamnya. Jenis matriks yang biasa digunakan adalah turunan dari sepharose seperti fenil sepharose Suhartono, 1989. Kromatografi afinitas merupakan tipe kromatografi adsorpsi Scouten, 1942. Dalam hal ini molekul yang akan dimurnikan secara khusus dan bersifat reversibel diadsorpsi oleh ikatan komplemen ligan yang terikat pada matrik. Sedangkan Kromatografi gel filtrasi merupakan jenis metode pemurnian yang memisahkan larutan protein berdasarkan berat molekul Walsh, 2002. Pada tabel 5 dapat dilihat 10 beberapa tahap pemurnian enzim kitosanase yang dihasilkan dari berbagai sumber mikroba yang berbeda.

b. Kromatografi filtrasi gel

Kromatografi filtrasi gel digunakan untuk memisahkan protein yang mempunyai berat molekul tinggi dari protein atau molekul lain dengan berat molekul rendah, jadi bekerja sebagai suatu penyaring molekul. Prinsip dari filtrasi gel yaitu digunakanya bahan pengisi berupa gel yang berpori-pori, dimana pori-pori pada permukaan gel ini cukup untuk mencegah molekul-molekul besar masuk kedalamnya tetapi hanya dapat menampung molekul-molekul kecil. Pada filtrasi gel, campuran protein di dalam larutan dialirkan kedalam kolom butiran kecil berpori dari polimer hidrofilik, sehingga molekul besar akan terelusi keluar kolom lebih cepat daripada molekul kecil karena molekul besar tidak dapat berpenetrasi ke dalam granula-granula filtrasi gel tetapi hanya melalui sisi granula saja. Sedangkan molekul kecil dapat berpenetrasi ke dalam granula-granula filtrasi gel sehingga molekul kecil terperangkap didalamnya, menyebabkan molekul kecil terelusi keluar lebih lambat daripada molekul besar. Akan tetapi protein yang memiliki berat molekul menengah akan mengalir kebawah dengan kecepatan antara tergantung pada tingkat kemampuan menembus butiran Lehninger, 1993. Filtrasi gel merupakan metoda pemurnian yang dipilih pada penelitian ini. Mekanisme pemisahan molekul di dalam kolom filtrasi gel dapat dilihat pada gambar 3. 11 Gambar 3. Mekanisme pemisahan molekul pada kolom gel filtrasi http:www.imb-jena.de...proteins_purification.html Menurut Darwis dan Sukara 1989 beberapa jenis gel yang dapat dipakai dalam filtrasi gel antara lain dekstran, poliakrilamida, polistirena, agarosa, selulosa, silikat, serta pore glass. Jenis gel yang paling umum digunakan adalah dekstran yang secara komersial dikenal dengan nama sephadex. Sephadex merupakan polisakarida dekstran yang berikatan silang dengan epiklorohidrin yang mengandung sejumlah besar gugus hidroksil. Gel ini mempunyai sifat tahan terhadap garam atau basa, namun rusak oleh asam di bawah pH 2 dan oksidator kuat Suhartono, 1989. Tipe dari sephadex menentukkan kisaran ukuran yang dapat dipisahkan. Beberapa tipe gel sephadex dan ukuran molekul yang dapat dipisahkan dapat dilihat pada tabel 4. 250 kDa 125 kDa 75 kDa Campuran protein Volume elusi Pori matriks Jumlah protein 12 Tabel 4. Beberapa tipe dari gel sephadex Tipe Gel Nilai pengikatan air gg sephadex kering Batas pengeluaran BM Dalton Kisaran fraksinasi Dalton G-10 1.0 700 - 700 G-25 2.5 5000 100 – 5000 G-50 5.0 10.000 500 – 10.000 G-75 7.5 50.000 1000 – 50.000 G-100 10.0 100.000 5000 – 100.000 G-200 20.0 200.000 5000 – 200.000 Mangunwidjaja 1988 Huruf G dibelakang nama sephadex menunjukkan bahwa sephadex tersebut dikembangkan dengan air. Sedangkan nomor dibelakangnya menunjukkan besarnya pengembangan tersebut. Misalnya, 25 kali, 50 kali, dan sebagainya Suhartono, 1989. Gambar 4 menunjukkan struktur dari sephadex. Gambar 4. Struktur sephadex http:ead.univangers.fr...1GelSephadex.htm 13

2. Pemurnian Kitosanase yang telah dilakukan

Tahapan pemurnian kitosanase yang telah berhasil dilakukan tertera pada tabel 5. Tabel 5. Tahap pemurnian enzim kitosanase Sumber Tahapan Acuan Bacillus cereus 1. Presipitasi PEG 22 2. Cation exchange s- sepharose Piza et al., 1999 Bacillus sp. Strain KCTC 0377 BP 1. Dialisis PEG 2. Anion exchange CM- Toyopearl Choi et al., 2004 Bacillus coagulans LH 28.38 1. Presipitasi amonium sulfat 80 2. Filtrasi gel sephadex G- 100 Haliza, 2003 Bacillus circulans MH-K1 1. Presipitasi amonium sulfat 70 - 90 2. Dialisis Bufer Tris Malat 0.02 M pH 6.2 3. Anion exchange CM- selulosa dan HPLC Yabuki, 1989 Bacillus licheniformis UTK 1. Presipitasi amonium sulfat 60 – 90 2. Filtrasi gel sephadex G- 50 dan sephadex G-100 Uchida, 1992 Mucor rouxi 1. Presipitasi amonium sulfat 85 2. Ion exchange CM- Sephadex dan DEAE Sephadex Arcidiacono et al., 1989 Matsuebacter chitosanotabidus 1. Presipitasi amonium sulfat 70 Park et al., 1999 14 3001 2. Dialisis Bufer Tris-HCl 20 mM pH 8.0 3. Kromatografi isoelectric LKB-Produkter Aspergilus fumigatus KB-1 1. Dialisis Bufer sodium asetat 10 mM pH 5.0 2. Kromatografi anion exchange Eom dan Kang, 2003

E. SDS-PAGE PAGE dengan Sodium dodesil sulfat

Teknik SDS-PAGE merupakan metode yang sudah lama digunakan secara luas untuk menentukkan berat molekul. Selain itu SDS-PAGE pun digunakan untuk memonitor pemurnian protein dan mendeteksi penggunanaan pemalsuan bahan-bahan Nur dan Adijuwana, 1987. SDS- PAGE adalah metoda yang murah, mudah dibuat, dan cepat untuk menentukkan, membandingkan, dan mengkarakterisasi protein Bollag dan Edelstein, 1991. SDS-PAGE merupakan pemisahkan fraksi-fraksi suatu zat berdasarkan migrasi partikel bermuatan atau ion-ion makromolekul dibawah pengaruh medan listrik, dimana migrasi partikel bermuatan dapat terjadi karena perbedaan ukuran, bentuk, dan muatan Harris Angal, 1989. SDS CH 3 -CH 2 10 -CH 2 OSO 3 - Na + merupakan detergen anionik dan merupakan grup ion sulfat. Disamping itu SDS pun sebagai bahan pendenaturasi protein bila dipanaskan bersama dengan β-merkaptoetanol selama 100°C selama 3 menit. Pemanasan menyebabkan rusaknya struktur tiga dimensi protein menjadi konfigurasi random coil. Hal ini disebabkan oleh terpecahnya ikatan disulfida yang selanjutnya tereduksi menjadi gugus-gugus sulfihidril. Gel poliakrilamida diperoleh dengan cara polimerisasi akrilamida dengan sejumlah cross linking agent metilena bis akrilamida dan amonium persulfat APS sebagai inisiator. Radikal-radikal bebas yang terbentuk dari amonium persulfat dalam air akan bereaksi dengan akrilamid, dalam hal ini 15 akan terjadi penyimpanan radikal bebas di dalam molekul akrilamid sehingga terbentuk akrilamid aktif. Akrilamid aktif ini dapat bereaksi dengan cara yang sama dengan molekul akrilamid yang lain sehingga dihasilkan suatu rantai polimer yang panjang. Larutan dari rantai polimer ini meskipun kental viscous, tapi tidak membentuk gel. Untuk membentuk gel diperlukan N, N’- metilen-bis-akrilamida yang bertindak sebagai cross linking agent. Polimerisasi menyebabkan jala dari rantai akrilamida. Ukuran pori jala tersebut ditentukkan oleh jumlah akrilamida yang dipergunakan per unit volume medium reaksi T dan derajat ikatan silangnya C Nur dan Adijuwana, 1988. Adapun mekanisme dari pembentukan gel poliakrilamida dapat dilihat pada gambar 5. Gambar 5. Pembentukan gel poliakrilamida http:www.davidson.edu...MolbioSDSPAGESDSPAGE.html Analisa hasil elektroforesis SDS-PAGE pada umumnya didasarkan pada elektroforetik protein. Mobilitas suatu partikel adalah kecepatan yang dicapai oleh partikel tersebut pada suatu medan listrik dan mobilitas relatif suatu protein merupakan perbandingan jarak antara titik awal ke pita protein dengan titik awal ke titik akhir elektroforesis Suhartono, 1989 dan Nur Adijuwana, 1988. Dimana penentuan berat molekul protein ditentukkan Matriks poliakrilamida 16 dengan membuat hubungan antara log berat molekul dan mobilitasnya Nur dan Adijuwana, 1988. Tabel 6. Beberapa karakteristik enzim murni kitosanase Sumber Suhu Optimum °C pH Optimum Berat Molekul kda Acuan Bacillus cereus 54 5.8 47 SDS- PAGE Piza et al., 1999 Bacillus sp. strain KCTC 0377 BP 60 4 – 6 45 SDS- PAGE Choi et al., 2004 Bacillus circulans MH- K1 50 6.5 32 SDS- PAGE 27 HPLC- gel filtrasi Yabuki, 1989 Bacillus licheniformis UTK 45 6.9 31 SDS- PAGE 26 Filtrasi gel-sephadex G-100 Uchida, 1992 Bacillus coagulans LH 28.38 60 - 70 8 – 11 74 – 87 SDS-PAGE Haliza, 2003 Matsuebacter chitosanotabidus 3001 30 - 40 4.0 34 SDS- PAGE Park et al., 1999 Bacillus subtilis 168 csn 60 5 – 7 29 SDS- PAGE Rivas et al., 1999 Bacillus megaterium P1 45 4.5 – 6.5 43, 39.5, dan 22 SDS- PAGE Pelletier dan Sygusch, 1992 17 Bacillus sp. Strain CK4 60 6.5 29 SDS- PAGE Yoon et al., 2000 Aspergillus fumigatus KB-1 60 dan 70 5.5 – 6.5 25.5 SDS- PAGE Eom dan Kang, 2003 18

III. METODOLOGI PENELITIAN A.

BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari : 1 isolat bakteri Bacillus licheniformis MB-2 yang merupakan koleksi Laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia PAU Institut Pertanian Bogor. 2 Tepung kitin Rajungan dan substrat terdiri dari : kitosan dan koloidal kitosan Haliza, 2003 lampiran 1 dan 2, soluble kitosan disiapkan dari metoda Chasanah 2004 lampiran 3. 3 Bahan-bahan kimia untuk media padat Chasanah, 2004 dan thermus media cair yang disiapkan dari metoda Park et al., 1999 yaitu K 2 HPO 4 , KH 2 PO 4 , MgSO 4 , ekstrak khamir, casiton, bacto agar, dan gelrite 4 Reagen terdiri dari larutan schales dan larutan bradford lampiran 7 5 Bahan kimia untuk pembuatan kurva standar adalah glukosamin, BSA Bovine serum Albumin 6 Amonium sulfat, Na-karbonat, dan EDTA digunakan untuk tahap presipitasi dan dialisis 7 Sephadex G-100 digunakan untuk kolom kromatografi metode filtrasi gel 8 Bufer terdiri dari bufer asetat, bufer fosfat, bufer universal, bufer sitrat, bufer fosfat sitrat, bufer tris lampiran 6, bufer elektroforesis dan bufer sampel lampiran 7 9 Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk SDS-PAGE terdiri dari larutan A, larutan B, larutan C, larutan fiksasi, silver nitrat, Na 2 CO 3 , APS amonium persulfat, TEMED N,N,N’,N’-tetrametil diamin, aquabidestilata, etanol 30 dan 50, formaldehida, larutan enhancer, marker pharmacia lampiran 7. semua bahan yang digunakan dalam penelitian ini berspesifikasi pro-analisis p.a.

2. Alat

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah peralatan yang berada di Laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia PAU Institut Pertanian Bogor antara lain: neraca analitik, ruang dingin cool room, bunsen, oven, autoklaf, mesin pengering beku, spektrofotometer, kantong dialisis dari selofan berukuran 10.000 dalton, kolom kromatografi pharmacia panjang