39 coagulans
LH 28.38 waktu panen 7 hari,
55
o
C 2. Crude enzyme
amonium sulfat 80
65.39 Umg
Bacillus circulans
MH-K1 Supernatan bebas sel
waktu panen 3 hari, 30
o
C 4.0 Umg
Yabuki, 1989
Bacillus licheniformis
UTK 1. Supernatan bebas sel
waktu panen 8 hari,30
o
C 2. Crude enzyme
amonium sulfat 60 – 90
3.28 Uml
124 Uml Uchida et al.,
1992
Mucor rouxii Crude enzyme amonium
sulfat 65 6.65 Umg
Arcadiacono et al., 1989
C. PEMURNIAN Kromatografi Filtrasi gel
Kromatografi filtrasi gel merupakan metode pemisahan protein berdasarkan perbedaan berat molekul, dimana molekul ditempatkan secara
partisi antara solven dan fase diam berpori. Solven yang dimaksud pada penelitian ini adalah bufer fosfat 0.05 M pH 6. Dimana proses pemisahan
menggunakan filtrasi gel, matriks gel yang berpori dipak kedalam kolom dan dikelilingi oleh solven. Molekul besar akan lolos dari fase diam dan terelusi
lebih awal, molekul sedang akan masuk kedalam fase diam tetapi punya waktu tinggal yang lebih sedikit dari molekul kecil dalam fase diam. Sedangkan
molekul kecil akan terselusi paling akhir karena memiliki waktu tinggal yang paling lama di dalam fase diam Suhartono, 1989.
Pada penelitian ini digunakan sephadex G-100. Dimana pemilihan matriks dilakukan berdasarkan kisaran berat molekul dari enzim yang akan
dipisahkan. Sephadex G-100 memiliki kisaran fraksinasi antara 5 – 100 kDa sehingga matriks ini dianggap mempunyai kisaran fraksinasi yang cukup
40 untuk memisahkan kitosanase. Berdasarkan penelitian sebelumnya kitosanase
memiliki berat molekul antara 22 – 87 kDa tabel 6. Sebelum matriks sephadex G-100 ini diaplikasikan kedalam kolom
dilakukan tahap pengembangan swelling, dimana matriks dikembangkan dengan air dan kemudian matriks diagitasi. Adapun tujuan dari pengembangan
matriks adalah agar matriks yang berbentuk butiran bisa mengendap dan membentuk gel bubur kental. Sifat gel yang baik adalah mudah mengendap,
bersih, bebas gelembung udara, dan jernih,. Waktu pengembangan gel yang dilakukan pada penelitian ini adalah 3 hari 72 jam pada suhu dingin.
Sedangkan tujuan dari agitasi adalah untuk menghilangkan gelembung udara pada gel yang telah dikembangkan, dimana gelembung udara dapat
menghalangi jalannya enzim kedalam kolom dan dapat mengganggu proses pemurnian.
Gel yang telah mengalami pengembangan diaplikasikan kedalam kolom dan diperoleh panjang gel dalam kolom sebesar 25 cm. Ekulibrasi
dilakukan pada kolom yang telah berisi gel. Ekuilibrasi merupakan tahap pengaliran sejumlah bufer kedalam kolom sehingga dicapai laju aliran yang
konstan. Hal yang paling utama dalam memilih larutan bufer adalah kestabilan molekul yang dikehendaki dalam bufer yang dipilih. Bufer yang ditambahkan
ditampung dalam tabung reservoir sehingga pengaliran bufer kedalam kolom dilakukan secara otomatis dengan mengatur katup pada tabung reservoir.
Selanjutnya enzim hasil dialisat dilewatkan pada kolom filtrasi gel setelah proses pengepakan matriks selesai.
Waktu pemurnian filtrasi gel dilakukan selama 25 jam dengan kecepatan elusi 0.22 mlmenit dan sampel hasil pemurnian ditampung dalam
100 buah tabung sebanyak 3 ml untuk tiap tabung dengan menggunakan fraction collector. Pada grafik hasil kromatografi filtrasi gel terlihat adanya
peak dari fraksi protein gambar 10, dimana Peak ini menandakan adanya enzim. Peak yang dimaksud pada gambar adalah protein enzim fraksi 9 yang
memiliki aktivitas sebesar 1.049 Uml. Dari hasil penelitian diperoleh nilai aktivitas enzim yang lebih rendah dibandingkan dengan aktivitas tahap
sebelumnya dan juga didapatkan penurunan kadar protein menjadi 0.032
41 mgml. Hal ini menyebabkan peningkatan aktivitas spesifik enzim yang telah
dimurnikan menjadi 32.284 Umg dan peningkatan kemurnian menjadi 7.112 kali tabel 11. Enzim Kitosanase hasil kromatografi filtrasi gel pada
penelitian ini memiliki tingkat kemurnian yang tidak begitu besar dibandingkan dengan kitosanase lainnya tabel 11. Penelitian sebelumnya
yaitu kitosanase dari isolat Bacillus licheniformis MB-2 dengan kromatografi interaksi hidrofobik memiliki tingkat kemurnian 9.5 kali F1 dan 25.8 kali
F2 Chasanah 2004. Adanya perbedaan tingkat kemurnian dengan penelitian sebelumnya kenungkinan disebabkan karena perbedaan metode
pemurnian yang digunakan. Dengan merujuk kepada tingkat pemurnian yang diperoleh, maka dapat dikatakan bahwa metode pemurnian interaksi
hidrofobik lebih efektif dalam memisahkan protein enzim kitosanase dari protein non enzim dibandingkan dengan metode pemurnian filtrasi gel.
Tabel 11. Produksi enzim kitosanase dari isolat Bacillus licheniformis MB-2
Tahapan Pemurnian
[Protein] mgml
Aktivitas Enzim
Uml Aktivitas
Spesifik Umg
Tingkat Kemurnian
Supernatan bebas sel
0.237 1.076 4.539 1
Crude enzyme
0.759 1.087 1.433 0.316 Dialisat 0.531 1.086 2.045 0.450
Fraksi 9 0.032
1.049 32.284
7.112
42 0.2
0.4 0.6
0.8 1
1.2
10 20
30 40
50 60
Fraksi protein A
k ti
vi tas
U m
l
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
A 5
9 5
nm
A 595 nm Aktivitas Uml
Gambar 10. Profil elusi aktif kitosanase pada filtrasi gel sephadex G-100
Tabel 12. Perbandingan tingkat kemurnian dengan kitosanase lain Sumber Metode
Pemurnian Tingkat kemurnian
kali Acuan
Bacillus licheniformis
MB-2 Kromatografi filtrasi
gel sephadex G-100 7.112 Penelitian
ini Bacillus
coagulans LH 28.38
Kromatografi filtrasi gel sephadex G-100
Fraksi A : 2.59 Fraksi B : 7.51
Fraksi C : 17.1 Haliza,
2003 Bacillus
licheniformis MB-2
Kromatografi Interaksi hidrofobik
butyl toyopearl F1 : 9.5
F2 : 25.8 Chasanah,
2004 Bacillus
circulans MH-K1
Kromatografi HPLC- gel filtrasi
40 Yabuki, 1989
Bacillus Kromatografi filtrasi
Uchida et
43 licheniformis
UTK gel
• sephadex G-50 • sephadex G-100
C1 :160 C2 : 242
C1 : 247 C2 : 245
al., 1992
Mucor rouxii Kromatografi ion
exchange • CM-sephadex
• DEAE-sephadex 22
70 Arcidiacono
et al., 1989
D. KARAKTERISASI ENZIM 1. KARAKTERISASI ENZIM KASAR