Waktu dan Tempat Analisis Data

melakukan defekasi. Untuk lebih jelasnya, posisi kandang pengambilan sampel feses dapat dilihat dari gambar 10. Gambar 10. Denah lokasi kandang kukang sumatera Keterangan: Kandang In 10 : kukang Harendong Kandang Blok A A6 : kukang Kamilo Kandang Blok B B8 : kukang Bebeb Kandang Blok D D7 : kukang Atep Kandang Blok T T7 : kukang Loco

2. Riwayat kesehatan kukang sumatera

Sampel feses kukang yang akan diamati mempunyai riwayat kesehatan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Riwayat kesehatan kukang sumatera YIARI,2016

3. Teknik Pengambilan Sampel Feses

Feses segar kukang sumatera N. coucang diambil ± 3-5 gram dengan menggunakan sendok plastik setelah defekasi. Sampel feses yang didapat dimasukkan ke dalam masing-masing botol plastik 30 ml yang telah diberi larutan alkohol 70, alkohol 80, formalin 5, dan formalin 10 sampai sampel feses terendam dan diberi label yang memuat informasi tentang nama kukang, kondisi feses, lokasi pengambilan, waktu dan tanggal pengambilan, cuaca, dan larutan media yang digunakan. Kemudian, sampel feses diletakkan dalam cooler box yang berisi jelly pack beku dan disimpan dalam kulkas dengan suhu 3°C untuk menghindari perkembangan telur Shaikenov et al. 2004.

4. Metode Pemeriksaan Protozoa Usus

Pemeriksaan sampel feses kukang sumatera N. coucang dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode natif dan metode apung. Metode pemeriksaan natif dilakukan untuk mengetahui jenis protozoa usus dan metode pemeriksaan apung untuk mengetahui jumlah ookista yang menginfeksi kukang sumatera.

4.1 Cara Pemeriksaan dengan Metode Natif

Feses kukang sumatera N. coucang ditimbang sebanyak 3 gram dan dimasukkan ke dalam gelas beaker. Kemudian ditambahkan 57 ml aquades dihomogenkan dan disaring dengan kain kasa ditempatkan pada gelas beaker lainnya. Hasil penyaringan diambil dengan pipet tetes sebanyak 3-5 tetes dan diteteskan pada gelas objek. Selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop Rinaldi et al. 2014. Hasil pengamatan protozoa yang ditemukan pada feses diidentifikasi dengan menggunakan buku rujukan yaitu atlas parasitologi kedokteran menurut Zaman 1997 ; Santoso dkk. 2002 serta jurnal parasitologi menurut Kofoid 1935; Hoare 1937; Lindsay et al.1997; Van Hoven et al. 1998; Al- Hindi 2009; Duszynski et al. 2007; Obanda et al. 2007; Kwon dan Shin 2013.

4.2 Cara Pemeriksaan dengan Metode Apung

Feses segar kukang sumatera N. coucang diambil sebanyak 2 gram dilarutkan ke dalam 3 ml aquades dan dihomogenkan di dalam gelas beaker. Setelah itu disaring menggunakan kain kasa berukuran 10x10 cm. Kemudian ditambahkan 10 ml larutan NaCl jenuh dan dihomogenkan Taylor et.al., 2007. Setelah homogen larutan disaring kembali dengan kain kasa dan dituang ke dalam tabung sentrifugasi sampai 34. Tabung disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Setelah disentrifugasi, larutan yang terdapat pada permukaan diambil dengan spatula dan diteteskan di atas object glass. Kemudian ditutup dengan cover glass dan diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x okuler x objektif Natadisastra dan Agoes, 2009.

D. Analisis Data

Hasil pengamatan didokumentasikan dalam bentuk foto dan hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif. Penentuan angka prevalensi diperoleh dari: jumlah kukang yang terinfeksi parasit protozoa dibagi dengan jumlah total kukang yang diperiksa dikali 100 seperti rumus berikut: Prevalensi = x 100 Gaspersz, 1991, Keterangan: N : jumlah kukang sumatera positif terinfeksi protozoa S : jumlah total kukang sumatera yang diperiksa

E. Bagan Alir Penelitian

Untuk lebih jelasnya proses penelitian yang dilakukan ditampilkan dalam bagan alir penelitian seperti pada gambar 11. Gambar 11. Bagan alir penelitian identifikasipemeriksaan sampel dan penghitungan protozoa usus pada sampel feses kukang sumatera Tahap pengambilan sampel feses kukang sumatera Persiapan alat dan bahan Feses diambil secara langsung pada malam hari ± 3-5 gram dengan menggunakan sendok plastik dimasukan ke dalam botol plastikpot kecil 30 ml, masing-masing telah diberi larutan alkohol 70, alkohol 80, formalin 5, formalin 10, serta botol plastik tanpa larutan media sampai sampel feses terendam Tahap identifikasi pemeriksaan sampel dan penghitungan jumlah protozoa Pemeriksaan dengan menggunakan dua metode antara lain: 1. Pemeriksaan dengan metode natif untuk mengetahui jenis protozoa usus 2. Pemeriksaan dengan metode apung untukperhitungan jumlah ookista protozoa Analisis data Penentuan angka prevalensi yang diperiksa menggunakan rumus menurut Gaspersz 1991: Prevalensi = x 100 , dimana: N : jumlah kukang sumatera positif terinfeksi protozoa S : jumlah total kukang sumatera yang diperiksa Untuk mengetahui jumlah ookista digunakan rumus menurut Colville 1991 dan Nolan 2006: Jumlah ookista = Ookista yang ditemukan pada kamar hitung x 100 selgram

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil identifikasi protozoa parasitik pada feses kukang sumatera menggunakan metode natif diperoleh tiga famili yaitu Eimeriidae, Endamoebidae, dan Balantiidae dengan empat spesies protozoa yaitu Isospora sp., Cryptosporidium parvum, Entamoeba coli, dan Balantidium coli. Sedangkan hasil identifikasi protozoa non parasitik hanya diperoleh satu famili yaitu Oxytrichidae dengan satu spesies Oxytrichia granulifera. 2. Hasil jumlah perhitungan ookista dengan metode apung ditemukan ookista Eimeria sp. dengan jumlah 200 selgram. 3. Prevalensi protozoa usus yang menginfeksi kukang sumatera yaitu Cryptosporidium parvum sebesar 27,2, Balantidium coli sebesar 10,4, Entamoeba coli sebesar 42,4, Isospora sp. sebesar 20, dan Oxytrichia granulifera sebesar 0,8. 4. Prevalensi protozoa usus yang menginfeksi kukang sumatera berdasarkan berbagai macam media dan konsentrasi berbeda adalah pada kontrol sebesar 2, pada alkohol70 sebesar 9,2, pada alkohol 80 sebesar 13, pada formalin 5 sebesar 5,8, dan pada formalin 10 sebesar 5,4. 5. Alkohol 80 merupakan larutan yang efektif sebagai media pengawet protozoa usus.

B. Saran

Dari hasil penelitian dapat disarankan kepada manajemen rehabilitasi YIARI untuk menggunakan alkohol 80 sebagai bahan pengawet feses kukang jika dalam keadaan waktu dan jarak tempuh yang cukup lama. Selain itu juga, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui perbedaan keberadaan protozoa usus pada kukang sumatera yang memiliki jenis kelamin berbeda dan ketahanan protozoa yang ditemukan dalam konsentrasi alkohol yang lebih tinggi dan perlu dilakukan pengecekan air minum dan pakan di pusat rehabilitasi untuk lebih membuktikan penyebab infeksi protozoa usus pada kukang sumatera.